"ka. kita ngapain kesini?"
"aku bakal jawab semua pertanyaan yang ada dipikiran kamu selama ini tentang aku"
"Raka. kamu ga perlu maksain diri. maafin aku untuk ucapan aku tadi"
"kenapa minta maaf?. emang seharusnya aku ngasih tau kamu. supaya kamu bisa mengenal aku lebih dalam lagi. aku ga mau ada hal yang aku sembunyiin dari kamu"
Dira terdiam tak lagi membalas ucapan Raka. ia hanya menurut kala lelaki itu menarik tangan nya menuju sebuah pemakaman. dalam perjalanan pertanyaan diotak Dira semakin bercabang.
seperti....apakah orang tua Raka sudah tiada.... sejak kapan.....
apa penyebab kematian keluarga kekasihnya......
apa selama ini Raka hidup dalam seorang diri.....mereka sampai di sebuah makam.
melihat Raka jongkok di samping makam itu, Dira ikut melakukan hal yang sama."pah. gimana kabar papah?. maaf Raka baru kesini lagi jenguk papah.
"oh ya pah. biasanya Raka kesini sendiri. kali ini Raka bareng Dira, dia pacar Raka. cantik yah pah. baik juga. papah ga usah khawatir, Raka udah ga sendiri. sekarang udah ada Dira, raka ga akan kesepian lagi"
lelaki itu terdiam beberapa detik sebelum menengok kearah Dira. menggenggam kembali tangan nya yang sebelumnya ia lepas.
"Ra, ini papah aku. dan yang ini adik aku, Kayla. mereka meninggal karena kecelakaan waktu aku masih SMP. 2 tahun lalu"
Dira terus menatap Raka dalam. tanpa sadar Dira mengeratkan genggaman tangannya. seolah mencoba menguatkan lelaki itu.
tatapannya beralih pada makam lebih kecil di samping kiri nya, jadi mereka berdua berada ditengah tengah makam antara ayah dan adik Raka.
"halo om. halo Kayla. seneng bisa ikut berkunjung kesini. aku Dira, Adira Az-Zahra. om, tenang aja, ga perlu khawatirin Raka lagi, sekarang udah ada Dira, Dira bakal jagain Raka, buat Raka terus tersenyum, ga akan ninggalin Raka dan buat dia ngerasa sendiri lagi. Kayla, kak Dira seneng banget bisa kenal kamu, seandainya kak Dira bisa kenal kamu lebih awal. kamu pasti tumbuh jadi gadis yang cantik, pinter, baik.
"kamu mau tau ga. Abang kamu ini sebenernya ngeselin, suka bikin kak Dira kesel, terus suka berantem juga. kalo kamu masih ada, kamu juga pasti bakal marah kayak kakak. kamu sesekali harus Dateng ke mimpi Abang kamu, marahin dia supaya ga berantem terus dan suruh jangan males kerjain tugas sekolah"
mendengar ucapan terakhir Difa, Raka terkekeh kecil. matanya sudah berkaca kaca mendengar ucapan Dira yang seolah tengah mengajak bicara dua orang yang Raka sayangi.
***
setelah berbincang sedikit seolah ayah dan adik Raka mendengar. tak lupa mereka kita mengirim doa untuk keduanya.
kini Raka dan Dira sudah di mobil. Raka melajukan mobilnya dengan kecepatan rata rata. satu tangan nya tak pernah lepas dari genggaman tangan Dira. setelah kepergian mereka dari makam. suasana menjadi hening. tak ada obrolan diantara mereka.
sesekali Dira menengok ke samping. melihat Raka yang fokus menyetir.
sampai mobil Raka berhenti di sebuah pekarangan rumah sakit jiwa. Dira mengerutkan keningnya.
"kenapa kita kesini?"
"aku belum selesai nunjukin sesuatu ke kamu"
Raka keluar dari mobil diikuti Dira. mata gadis itu terus menatap sekeliling. sebelum Raka kembali menggenggam tangan Dira mengajaknya masuk kedalam.
selama perjalanan Dira melihat sekeliling banyak pasien kesan kemari di dampingi perawatnya.
Raka menghentikan langkahnya di depan seorang wanita paruh baya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKADIRA
General Fiction*** cup~ Dira terjatuh diatas tubuh Raka. dan tanpa sengaja bibir keduanya menempel. Raka tersenyum miring lalu dengan cepat dia kembali menarik tengkuk Dira kemudian menciumnya lagi, tak hanya itu Raka bahkan menjilat bibir Dira dan sedikit melumat...