Gilang sutrisno.
Terlahir dari keluarga kaya raya, dan dijuluki anak tunggal kaya raya. Orang orang melihatnya mengira kehidupan gilang sangat beruntung. Ayahnya memiliki bisnis sukses dan terkenal di bidang perhotelan. Lalu ibunya adalah seorang pengacara sukses.
Di media keluarga gilang adalah keluarga impian, sudah memiliki harta banyak, satu keluarga yang memiliki paras rupawan. Dan keharmonisan keluarga itu membuat iri banyak orang.Gilang juga terlahir dengan otak cerdasnya, menuruni kedua orangtuanya. Benar benar sempurna. Itu yang terlihat oleh orang orang luar.
Tanpa tau yang sebenarnya. Tentu saja semua tak ada yang sempurna. Dalam kehidupan ini tidak ada yang sempurna kecuali penciptanya, tuhan yang maha esa.Di balik semua itu sebenarnya gilang tak bahagia dengan kehidupannya.
Orang tua gilang adalah orang yang perfeksionis, terutama sang ayah. Gilang selalu ditekan untuk belajar, menjadi orang sukses dan memiliki bisnis besar. Sedari kecil gilang dipaksa untuk serba bisa. Kehidupan nya sangat diatur oleh ayahnya, ia seperti boneka orang tuanya.Sebenarnya sang ibu tak terlalu menekan nya. Tapi wanita itu tak pernah membelanya saat dirinya dimarahi atau di pukul sang ayah karena tidak bisa melakukan sesuai keinginan dan harapan ayahnya.
Yah itulah yang terjadi. Gilang akan mendapatkan pukulan dan kemarahan jika nilai dan peringkat lelaki itu turun. Atau dia yang tak bisa memenuhi keinginan harapan ayahnya. Gilang akan di pukul, dikurung atau tak diberi makan seharian.
Ia telah mendapatkan perilaku itu sedari kecil sampai besar. Kehidupannya masih di bawah bayang bayang orang tuanya.Awalnya gilang hanya bisa menurut. Ia hanya bisa pasrah. Memang apa yang bisa ia lakukan selain menangis?.... saat itu ia masih kecil dan sangat takut pada ayahnya.
Tapi kini gilang sudah beranjak dewasa. Ia sudah bisa sedikit melawan orang tuanya untuk tidak menekan dirinya. Menjadikan dirinya boneka ayahnya.
Puncaknya. Saat itu gilang baru saja lulus sekolah menengah pertama dan akan masuk sekolah menengah atas. Harapan ayahnya gilang pendapatkan peringkat 1 pararel. Tapi gilang tak bisa mendapatkannya, ia hanya mendapat posisi kedua. Siapa yang pertama? Dia Raka. Yah.... Raka sanjaya.Saat itu kemarahan ayahnya meledak. Ayahnya memukul nya. Mengurung dirinya.
Flashback
"Kamu dapetin peringkat 1 pararel aja ga becus. Udah papah bilang untuk belajar yang bener, lebih giat lagi. Bikin malu orang tua aja kamu. Gimana kamu mau jadi kayak papah hah?...."
"Ini karena kamu kebanyakan main main main. Keluyuran rumah sama anak anak motor ga jelas. Mau jadi apa kamu dimasa depan?...."
"Kamu harusnya bisa mencontoh papah dan mamah kamu. Bisa bisanya peringkat 1 pararel kamu diambil sama temen baru kamu itu?. Papah denger dia baru masuk sekolah itu.... cih"
"Mulai sekarang kamu ga boleh keluyuran sama geng motor ga jelas itu. Atau papah bakal buat perhitungan sama anak itu. Siapa? raka?. Dia anak baru di sekolah, ketua geng motor pengaruhin kamu sampe jadi begini. Sekarang dia rebut posisi kamu. Kalo sampe papah liat kamu masih bergaul sama dia dan temen temen ga jelasnya. Kamu bakal tau akibatnya gilang"
"Mas"
Ibu gilang yang sedari tadi hanya diam kini bersuara. Ia mencoba untuk menenangkan suaminya.
"Jangan pernah kamu belain anak itu. Jangan kasih dia makan"
Setelah puas memukul dan memarahi gilang ayah gilang melangkah pergi meninggalkan gilang yang masih terduduk di lantai menunduk dengan wajah penuh lebam.
Ibu gilang menatap kepergian suaminya. Menghela nafas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAKADIRA
General Fiction*** cup~ Dira terjatuh diatas tubuh Raka. dan tanpa sengaja bibir keduanya menempel. Raka tersenyum miring lalu dengan cepat dia kembali menarik tengkuk Dira kemudian menciumnya lagi, tak hanya itu Raka bahkan menjilat bibir Dira dan sedikit melumat...