26 : seblak

49 4 0
                                    

Sudah sekitar jam dua siang dan Rahma masih menempuh pelajaran.

*Bel kapan kau datang?*
Tanya Rahma dalam batinnya, sedari tadi ia di fokuskan kepada jam dinding yang terletak di atas sebelah kanan papan tulis.
Di samping Rahma tepatnya Haruto, pria itu juga tampak memperhatikan jam dari pada pelajaran terakhir ini.

Kring...Kring...

Akhirnya, bel yang di tunggu-tunggu semua murid berbunyi. Pastinya semua murid yang sedari tadi menunggu bel berbunyi pasti sekarang tengah bersorak gembira sama hal seperti kelas Rahma.

"Ruru, nanti beli seblak dulu ya"
Haruto terlihat bingung, apa yang barusan Rahma panggil adalah dirinya ?

"Manggil aku ?"
Rahma mengangguk dengan senyuman tipis, begitupun dengan Haruto

"Nanti seblaknya jangan terlalu pedas ya ?, Nanti kamu sakit perut"

"Dalem sayang"
Entah mengapa wajah Haruto langsung memerah bak kepiting rebus.

Sekarang Haruto dan Rahma sedang membelah jalan raya yang amat sangat padat, bisa di pastikan di sebrang jalan sana ada Rajia.
Ada banyak polisi yang berjaga di depan agar tak ada yang kabur, Rahma dan Haruto sih santai santai aja.

"Misi pak, bisa lewat ?"
Ucap Haruto dengan wajah datarnya, polisi itu tersenyum setelahnya memberi jalan untuk Haruto dan Rahma lewat.
Sudah jauh dari jalan raya, Haruto belok ke gang yang tak terlalu kecil, gang itu cukup besar dan di sana ada tukang seblak langganan Rahma.

Setelah memarkirkan motornya dekat dengan mereka makan, Rahma memilih untuk makan di tempat karena kalau di bawa pulang takut seblaknya jadi dingin dan tak panas lagi.

"Pak lek, pesan seblaknya yang level empat ya"
Pesan Rahma kepada penjual itu, Rahma melirik ke Haruto untuk memastikan tak apa jika ia memesan seblak level empat

"Satu lagi yang level tiga"
Yap kali ini Haruto yang memesan, pikir Rahma Haruto tak suka seblak karena waktu Rahma pulang ke rumah membawa seblak level lima belas Haruto malah memarahinya.

Mereka berdua duduk di kursi panjang yang di sediakan di sana, Oia bukan hanya seblak yang di jual pak lek, nasi goreng, ayam goreng, bakso dan lain sebagainya masih di jual oleh pak lek.

Rahma melihat di sebelah kirinya namun bagian depan, bukan samping.
Ada dua orang yang sepertinya Rahma pernah melihatnya.
Dua orang pria itu menghadap ke depan bukan ke belakang, jadi hanya rambut bagian belakang yang Rahma lihat.

Haruto yang berada di depan Rahma bingung akan apa yang di lihat istri nya.

"Liat apa ?"
Rahma menggeleng, bisa mampus dia kalau ketahuan sedang melihat cowo, seblak yang Rahma dan Haruto pesan akhirnya sampai, Rahma makan seraya menguping pembicaraan dua pria yang mencurigakan itu.

"Jadi yah, kapan aku bisa dapetin dia ?"

"Cepat atau lambat tapi ayah yakin kamu bisa ngejauhin suaminya dan rebut istrinya"

"Yah, apa gak keterlaluan bunuh hyunsuk, Yoshi, yedam, jeongwoo dan yang lainnya?"

"Engga sayang, kalau mau dapetin-"

"Rahma ??"
Haruto lah yang memangil Rahma, jadi Rahma tak bisa mendengar apa yang di bicarakan dua pria itu.

Tapi Rahma mendengar kata 'bunuh hyunsuk, Yoshi, yedam, jeongwoo' apa maksudnya itu ?, Rahma mulai bertanya tanya dalam pikirannya sembari menjawabi pertanyaan Haruto.

"Kamu kenapa sayang ?, Ada apa ?, Ada yang salah dari seblaknya?"
Haruto terus bertanya kepada Rahma, hingga Rahma full depresi

"Aiss, ruru lo berisik banget"
Sahut Rahma, Haruto bingung berisik?, Emang salah kalau khawatir kan istri sendiri ?

"Maaf"
Rahma hanya mengangguk setelahnya kembali menguping pembicaraan dua pria itu, sepertinya yang satu adalah anak dan satu lagi adalah seorang ayah.

Tapi semua terlambat, Haruto sudah selesai makan begitu pun dengan Rahma, jadi mereka sekarang pulang.

Di perjalanan otak Rahma masih berusaha mencerna apa yang ia dengar tadi, kata pintar tapi gak nyambung piye Iki ?

*Maksud dari dua cowo tadi apaan sih ?, Apa mereka yang bunuh hyunsuk dan yang lainnya ?*
Rahma kali ini benar benar di hantui oleh pikiran pikiran yang aneh dan pertanyaan pertanyaan aneh.

Siapa dua pria itu ?, Apa ada hubungannya dengan kematian sahabat Haruto ?

Sampai lah dua pasutri itu ke rumah, Rahma yang biasanya langsung mandi dan ganti baju ini malah bermain handphone.

"Ganti baju dulu sayang kuu"
Senyuman Haruto mampu membuat sang empu menurut, apa yang harus Rahma lakukan kalau sudah begini ? Ia hanya bisa nurut sekarang

Baiklah sekarang Rahma sudah mandi dan sudah memakai baju santai, ia duduk di pinggiran kasur seraya memainkan Handphone nya.

"Rahma ?, Dari tadi handphone mulu, gak bosen apa ?, Giliran sama gw aja gampang bosen !"
Ambek Haruto, dasar ambekan ya walau makin lucu sih, cuma kalau ngambek susah di bujuk

"Maaf lah, istrinya gojo sibuk ini, maapin aje"
Rahma mulai menaruh handphone nya dan berusaha membujuk Haruto yang bisa di bilang sekarang ia tengah ngambek

"Aisss jangan ngambek lah, maaf loh"

"Sana ah jangan deket deket !"

Baiklah ternyata Haruto ngambek sampai malam, sekarang saatnya Rahma yang ngerjain dia.

"Yaudah sana tidur sendiri, biarin di sebelahnya ada pocong!"
Omel Rahma, jujur Rahma di buat pusing oleh Haruto karena sifatnya yang makin kesini makin kesana.

"Ihh, jangan gitu lah !!, Rahma !!"
Ya Haruto mengejar Rahma yang lari dengan mematikan lampu kamar dan membanting pintu kamar

Hikss...Hikss..

Suara tangisan itu bisa di dengar oleh Rahma yang duduk santai di sofa, namun seketika panik mendengar tangisan Haruto, ya Haruto nangis kenapa ? Masalah ?

"E-eh kok nangis ??"
Panik Rahma, ia langsung bangkit dari duduknya dan memeluk Haruto

"Hikss, Rahma jahat"
Ucapnya dengan suara gemetar dan tangisan yang semakin menjadi jadi

"Weh jangan nangis, bercanda aing teh"
Ucap Rahma berusaha menenangkan Haruto yang semakin menangis

"Hiksss.... Hikss..."
Rahma merotasi bola matanya malas, malas untuk menenangkan Haruto yang nangis, kalau suami nya aja cengeng gak usah punya anak buat di takut takuti, tinggal suaminya aja yang di takutin.

Kini dua orang bucinable itu duduk di sofa, engga sih cuma Rahma yang duduk sedangkan Haruto menaruh kepalanya di paha Rahma.

"Baby, kamu kalo dari bawah dadanya makin besar"

Tak..

Ya satu jitakan mulus mendarat di dahi Haruto, sang empu hanya meringis kesakitan.

"Udah diem lo, dari pada gw tinggal di negri antabranta !"
Ucap Rahma, Haruto hanya cengengesan mendengar itu.

Rahma kembali fokus kepada film kembar botak yang bahkan lebih asik di lihat dari pada suaminya itu.

"Sayang, bobo yukk, ruto ngantuk"
Ajak Haruto, Rahma sih ogah toh dia lagi asik nonton malah di ganggu?

"Gak"

"Ayolah"

"Gak, kalo mau tidur tidur sendiri sana !"
Bukanya nurut Haruto justru menggigit dada Rahma, membuat sang empu kesakitan

"Aaa, Haruto !!"
Setelahnya Haruto berlari ke kamar, Rahma mengejar namun ia matikan dulu tv nya dan lampu.

Rujii : itu sih kesempatan Haruto buat tidur. Mangkanya di gigit tuh gunung

Oke segini dulu ya.
Well mari kita lihat dalang dari pembunuhan ini :)

My Mafia || End + Revisi ✓ ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang