03:00 pm.
Kembali ke mansion Lisa.Pukul 3 sore ini, Jenlisa sedang bersama di ruang kerja milik Lisa. Sedangkan Clara sudah tidur di kamarnya.
Posisi duduk keduanya saat ini sangat intim; Jennie duduk di pangkuan Lisa dan keduanya terlihat sedang berciuman seperti biasanya.
Sejak malam subuh yang terjadi waktu itu, mereka berdua hanya sebatas ini. Tubuh yang saling menggiling, berciuman, dan bercumbu leher dengan sensual.
Terkadang Jennie tidak bisa menahan diri, sehingga wanita itu membuka baju Lisa lalu menggores punggung Lisa dengan sensual menggunakan kukunya.
Seperti sore ini, Lisa sudah bertelanjang dada—Jennie sedang memainkan puting kecilnya dengan sedikit berikan cubitan-cubitan kecil disana.
“Jika ini pria lain, aku sudah rusak sejak awal. Kenapa kau kuat sekali menahan diri, hm? Aku bisa merasakan pusakamu sangat kencang dan keras.” Bisik Jennie dengan serak.
Lisa sedikit melenguh saat Jennie mengggigit kecil telinganya. Pria itu meremas bokong sintal milik Jennie dengan kuat, dia juga sedikit menekan pinggulnya sehingga membuat Jennie tanpa daya meletakkan dahinya di bahu milik Lisa. Dia bisa merasakan tekanan itu tepat pada inti basahnya.
“Bagaimana kalau minggu depan kita pergi ke Jeju?” Tawar Lisa.
Sebenarnya jawaban ini tidak sesuai dengan pertanyaan Jennie. Tapi karena tawaran itu terlalu indah di telinga Jennie, dia mengangguk seperti anak kecil membuat Lisa terkekeh.
“Berdua?” Lisa mengangguk.
“Lalu bagaimana dengan Clara?” Tanya Jennie lagi.
“Bisakah kita titipkan Princess ke Ibumu?” Jawab Lisa dengan pertanyaan.
Dan Jennie langsung menatap Lisa dengan menggoda. Alhasil Lisa memerah dan memilih untuk menutupi wajahnya yang memerah malu itu ke tengah-tengah payudara milik Jennie.
Tentu saja Jennie langsung terkikih, dia pun memeluk kepala Lisa lalu menunduk mengecup pucuk kepalanya berulang kali.
“Nanti aku tanyakan pada Eomma. Clara pasti setuju, manusia bidadari itu terlalu bersemangat kalau kita pergi bersama.” Jawab Jennie.
Mendengar itu, Lisa mengangkat wajahnya menatap Jennie. Dia menatap wajah cantik itu dengan intens, mimik wajah tampan itu langsung berubah sendu membuat Jennie bingung. Saat Jennie ingin bertanya, Lisa sudah lebih dulu membuka suaranya;
“Sejak awal dia sudah mendukungku untuk mencarikannya Ibu sambung. Dari bayi, hanya aku yang mengurusnya Nini—kalau dia sakit atau apapun yang dia butuhkan, hanya aku yang menjadi satu-satunya pribadi yang mengabulkan semua itu…”
“...dari saat dia bisa berbicara, dia selalu menanyakan: Apakah aku bukan anak yang diinginkan oleh Mommy? Hatiku selalu sakit kalau ada kata Mommy yang keluar dari mulutnya…”
“...dan kau harus tahu Nini, sejak awal mula—dia sudah meminta untuk aku menjadikanmu Ibu sambungnya. Itulah kenapa dia sangat bersemangat kalau kita berduaan.”
Yang bisa Jennie lakukan sekarang adalah memeluk Lisa dengan penuh kasih sayang.
Apalagi yang bisa dia katakan? Clara haus akan sosok seorang Ibu, dia berharap—dia bisa memenuhi rasa dahaga yang Clara rasakan sepanjang usianya.
“Meski begitu, kita tidak bisa menjadikan itu sebagai alasan, kau tidak bisa terburu-buru. Jangan khawatir Lili, aku setia menunggu sampai kapanpun.” Balas Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bitch (JENLISA)
FantasyWARNING 21+++++. . . . -Cintaku semanis Madu, seputih Salju, Selembut Lenan Halus. Dan semua itu hanya milik satu Nama: Lalisa Manobal.- Jennie Ruby Jane.