Kim’s Mansion.
Lebih tepatnya di ruangan kerja pribadinya, ada Kim Sa-Rang yang duduk di depan macbooknya dengan tatapan yang sangat menusuk.
Di layar mahal itu tertera sangat jelas foto Jenlisa yang cukup mesrah.
Yang membuatnya semakin marah, ada kata-kata mengancam disana. Intinya ancaman itu mengarah pada Unite Group.
Siapa anonim ini? Itulah pertanyaan yang terus di ulang-ulang dalam benaknya.
Tidak berlangsung lama, pintu ruangannya terbuka—masuklah Jennie dan Lisa.
Nyonya Kim yang meminta mereka untuk datang kesini. Dia akan membahas masalah ini bersama mereka, biar bagaimanapun—hubungan mereka adalah pemicu untuk ancaman ini datang menghampiri.
Tanpa basa basi, Nyonya Kim langsung mengarahkan layar macbook ke pandangan keduanya, tatapan mereka berubah menjadi sangat dingin saat melihat semua itu.
“Sungguh lancang untuk orang ini mengancam Unite Group.” Itu komentar Jennie.
Lisa belum memberikan respon apapun sampai dia mengangkat pandangannya menatap Nyonya Kim—
“Jangan khawatir Eomma. Aku akan menghubungi Appa-ku sebentar.” Katanya.
Sebelum dia keluar, tanpa rasa sungkan Lisa mencium kepala Jennie. Sampai akhirnya pintu itu kembali tertutup, Nyonya Kim berbicara pada putrinya:
“Sepertinya kekhawatiranku akan sia-sia jika Ayah Lisa terlibat.”
Mendengar itu Jennie tidak mengerti, dia menatap ibunya dengan kening yang mengerut berantakan.
Lalu? Apa hubungannya?
Ah, sekarang Nyonya Kim tahu—Jennie melewatkan satu fakta baru tentang Lisa. Seketika dia merasa bangga di depan putrinya, tatapan itu sangat sombong membuat Jennie yang tahu artinya langsung memelas.
“Hatimu harus di pertanyakan, bahkan kau tidak tahu siapa Ayah Lisa.” Kata Nyonya Kim dengan bangga.
Hm, benar. Jennie melewatkan tentang ini. Yang dia tahu, Ayah Lisa sudah mati. Darimana dia mendapatkan informasi ini?
“Cepat katakan yang Eomma tahu, sebenarnya aku ingin menanyakan hal ini sejak awal tapi aku pikir tidak perlu, bahkan di rumah Lisa tidak ada tanda-tanda tentang Ayahnya.” Tuntut Jennie dengan paksa.
Nyonya Kim menatapnya dengan geli. Apakah seperti ini seharusnya Jennie bereaksi untuk meminta sebuah informasi yang juga penting bagi hatinya? Nyonya Kim tidak yakin.
Justru itu beliau tidak menjawab, tentu saja Jennie menjadi kesal.
Kehamilan membuat sumbunya menjadi semakin pendek.
“Cepat katakan Eomma.”
Tapi Nyonya Kim tidak gentar, dia menjawab dengan menggoda, “Aku punya syarat. Besok pagi datanglah kesini saat Lisa pergi ke kantor.”
Padahal Jennie bisa saja bertanya langsung pada Lisa, kenapa dia mempersulit dirinya sendiri? Tidak tahu, yang Jennie pikirkan adalah dia merasa terlalu canggung untuk bertanya.
Sebelum Jennie bisa menjawab, dia menelan kata-katanya kembali saat pintu ruangan kembali terbuka.
Lisa sudah kembali.
Akhirnya yang bisa Jennie lakukan hanya melototi ibunya. Tatapannya mengandung peringatan kalau syarat itu harus masuk akal.
“Apa ada hal lain yang Eomma khawatirkan?” Lisa bertanya penuh perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bitch (JENLISA)
FantasíaWARNING 21+++++. . . . -Cintaku semanis Madu, seputih Salju, Selembut Lenan Halus. Dan semua itu hanya milik satu Nama: Lalisa Manobal.- Jennie Ruby Jane.