Gala

4 0 0
                                    

Gala menoleh, ia tersenyum pada wajah yang sedikit sembab itu. Gala berkerut bingung saat Kiera memberikan sekotak roti padanya, ia mengambilnya kedua matanya menatap Kiera penuh pertanyaan.

"Makasih udah nganterin gue pulang hari ini, ouh ya bawa ini kasih sama uwa juga dan soal di rooftop tadi, cukup Lo aja yang tau sekalipun itu mamah dan papah gue, lu gak perlu cerita." Kata Kiera, ia melipat tangan di depan Dada dan bersandar di palang pintu.

"Santai, tapi jangan nangis lagi nanti muka lu sembab. Oke? Lu kan Ade gue yang pinter, dan sombong." Ucap Gala di akhiri tawa.

Kiera terkekeh hingga sudut bibirnya tertarik membentuk senyum yang indah, yang beberapa jam lalu sempat hilang.

"Nah gitu dong senyum, udah ya gue pulang. Dah!" Gala melajukan motor Scoopy nya dan meninggal pekarangan rumah Kiera.

Sadar bahwa mobil Iyang nya tidak ada, Kiera menghela nafas dan masuk dengan sedikit membanting pintu.

"Pasti ke rumah Nakula," gumamnya.

Selepas meninggalkan rumah Kiera, Gala menuju tempat nongkrongnya untuk menukar motor miliknya dengan milik temannya, Baim.

"Baim, ni motor lu. Udah gue isi bensin ya, di jamin gak bakal dorong kok. Udah ya gue langsung pulang aja takut nyokap nyariin." Gala segera mengambil kunci motornya, memakai jaket kulit hitam ya, helm full face nya dan menyalakan mesin lalu meninggalkan tongkrongan dengan sekelip mata.

Baim berjalan mendekati motornya dan tersenyum sumringah.

"Anjay, penuh coy motor gue. Beres lah si bos gak rugi gue minjemin motor gue." Ucapnya senang. Ia pun kembali masuk ke dalam dan melanjutkan permainan kartu ya dengan anak anak yang lain.

"Kira kira si bos make motor gue kemana ya? Masa jemput cewe di lebih milih pake Scoopy sih? Bukannya cewe suka cowo yang motornya gede ya?" Kata Baim, mengundang diskusi alias ghibah dengan anak tongkrongan lain.

"Ngomongin si bos gue aduin lu.." Atta menggoda Baim, terlihat wajah Baim yang memucat panik.

"Gue gak ngomongin ya, cuma nanya aja.. si bos jemput siapa. Cepu lu!" Kesal Baim.

Atta tertawa melihat wajah Baik pucat karena panik.

"Yang pasti dia jemput cewe sih, siapa tau kan cewenya lagi di uji sama si bos." Kata Atta membuat yang lain angguk angguk saja.

Sepanjang perjalanan pulang Gala tak bisa berhenti tersenyum ia geli membayangkan saat dirinya menjadi pelawak di hadapan Kiera, jujur saja hari ini bukan Gala yang sebenernya tapi Gala yang hanya hadir saat bersama Kiera.

Iya, Gala bukanlah anak pelawak. Kehidupannya tak menjadikan dia humoris tapi justru ambis. Gala tak pernah tertawa saat menginjakan kaki di rumahnya, karena tawa bagi keluarganya hanya pembawa rasa malas.

Gala masuk ke rumah setelah memarkirkan motornya di bagasi, rumahnya tak kalah besar sebenarnya dengan Kiera tapi bedanya di sini sepi. Ia berjalan ke arah pintu kulkas untuk menaruh kue di dalam kotak yang ia bawa.

Dan di sana terdapat note kecil yang menempel dan isinya,

"Mamah sama ayah pulang jam sebelas, di dalam kulkas ada nasi instan dan beberapa lauk yang tinggal di angetin di microwave, masak sendiri jangan manja. Dan jangan nelfon Abang kamu buat minta di temenin, Abang mu sibuk kerja. Kalo kamu ganggu dia jatah Handphone mu mamah tarik satu bulan. Selamat malam, Gala. Dari mamah."

Gala tersenyum miris, bahkan di saat dirinya sudah di tinggal sendirian pun ia masih di ancam tidak boleh menganggu abangnya, harusnya ia tidak kaget karena setiap hari pun seperti ini. Akhirnya Gala tak makan sedikit pun makanan di kulkas, ia justru membawa box roti itu ke kamarnya.

Will Never Be Together Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang