Selepas mendapatkan izin Kiera lekas memberikannya kepada wali kelas esoknya dan kini seminggu telah berlalu semua prosedur sudah di lalu untuk ke berangkatan, dan untuk tempat singgah mereka nanti adalah sebuah hotel tiga lantai yang memang hanya di pakai oleh para sekolah saja.
Mereka berangkat dengan bis dan dari ribuan siswa, kelas sepuluh hanya beberapa kelas yang full ikut semua sementara sisanya ada yang tidak ikut, dan dari kelas sebelas pun sama.
"Banyak juga ya, yang gak ikut." Celetuk Jesa sembari memakan camilannya di bis.
"Mungkin males karena dua Minggu di luar rumah," balas Kiera menduga.
"Iya juga sih, lu sendiri kok bisa ikut? Bukannya lu males ikut beginian?" Tanya Jesa.
"Papah udah terlanjur bilang boleh, ya semua orang di rumah pasti bilang boleh lah!" Kesal Kiera membuat Jesa tertawa melihat wajah kesalnya.
"Dahlah, gue mau tidur dulu.. bangunin kalo dan sampe ya?" Jesa hanya mengangguk.
"Kenapa harus sebangku sama elu sih?!" Di kursi belakang justru ada dua orang yang sedang adu mulut sejak tadi.
Siapa lagi kalo bukan Justin dan Faris.
"Ya mau gimana lagi, kita dapet tugas jaga tas di belakang. Mau gue bilangin ke pak guru lu males?" Ucap Faris membuat Justin mencebik.
"Ya seenggaknya jangan sama elu, lagian kenapa sih nama gue harus keluar pas pemilihan tadi?! Pasti udah lu mantra mantra in ya?! Iyakan?!" Tuduh Justin.
"Sakit gue kalo harus mantrain elu, lagian itu salah nama lu gak hoki. Dah diem mau tidur gue!"
Justin menutup mulutnya dan mengepalkan tangannya rasanya ia ingin sekali meninju muka sok tampan milik Faris, tak mau ambil pusing Justin juga ikut tidur.
Kiera berdiri di sebuah halte bis dengan beberapa tas di sampingnya cuaca sangat cerah tapi stasiun sepi, hanya ada dirinya dan tasnya ia berjalan perlahan meninggalkan tasnya melihat ke sekeliling dan menikmati bangunan.
"Kiera!" Mendengar namanya di panggil ia segera menoleh, Kiera tersenyum senang saat melihat Eyang ada di sana melambaikan tangan padanya.
Namun senyum Kiera pudar saat melihat sebuah mobil truk yang kehilangan kendali memasuki area stasiun.
"Eyang awas!!"
BRAAKKK!!
"Eyang!"
"Ra? lu gak papa? Kita udah sampe, ayo turun." Ajak Jesa yang tengah membawa tasnya.
Tersedar dari tidurnya dan menyadari itu mimpi Kiera menghela nafas dan mengusap wajahnya rasanya sangat nyata Kiera menarik nafas berulang kali menepis pikiran buruk tentang eyangnya.
"Ra belum turun? Mau di bantuin?" Faris datang dari arah belakang membawa satu tas punggung dan tak lagi membawa apapun.
"Eh engga, makasih.. gue bisa kok sendiri." Tolak Kiera sopan.
"Owh oke, gue turun duluan ya?" Kiera hanya mengangguk sebagai jawaban.
Tak lama setelah Faris pergi Justin datang.
"Halo princess! Mau gue bawain gak? Tuh yang gede pasti berat." Tawar Justin.
"Gak usah gue bisa," tolak Kiera tak selembut menolak Faris.
"Ah elah.. udah siniin!" Justin mengambil alih satu tas besar milik Kiera dan membawanya, ia bahkan menahan pintu agar Kiera bisa keluar duluan.
"Makasih,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Will Never Be Together
Teen Fiction"aku tidak suka bertatapan, tapi jika dengan mu itu berbeda"-Gala "aku benci berpegangan tangan, tapi jika itu tanganmu tidak akan aku lepas."-Gala "aku tidak suka kebisingan, tapi jika itu suaramu aku suka.." - Gala 🌹🌷🌹 "Jangan mecintaiku atau k...