5. Penasaran

116 5 1
                                    

Seburuk-buruknya dia, dia adalah ibuku juga.

•Masya Anatasya•

__________

"Silahkan diminum Dinda." Ucap Masya sopan seraya memberikan minuman dan cemilan dihadapan Dinda. Sahabatnya itu menerima dengan senang hati pemberian tuan rumah.

"Dinda ada keperluan apa main kerumah Masya?" Tanya Masya penasaran seraya duduk disamping sahabatnya itu.

"Sebentar ya, gue makan cookiesnya dulu." Ucap Dinda seraya melahap makanannya. Masya menagngguk polos melihat sahabatnya itu memakan cemilan yang dia beri dengan sangat khusyuknya.

"Heksa harusnya sih, berangkat haji sekarang, berdoa dan berterimakasih karena sudah diberikan istri yang bisa membuat cookies seenak ini." Takjub Dinda menyanjung makanan Masya.

"Kenapa harus berangkat haji, Dinda?" Tanya Masya polos.

"Biar bisa dipanggil Haji Heksa." Jawab Dinda seenaknya, membuat Masya berfikir keras.

"Belum bisa din, sepertinya tabungan Mas Heksa belum cukup." Jawab Masya dan Dinda menggerang tertahan. Sahabatnya ini tidak bisa diajak bercanda sedikitpun.

"Emang dari dulu tuh lo gak ada sinyal. Susah ngomong sama lo." Kesal Dinda.

"Lagian kamu duluan ngomongin Mas Heksa naik haji sih." Ujar Masya malah menyalahkan Dinda.

"Gue cuma bercanda elahh... maksud gue tuh, Heksa harusnya bersyukur dapetin istri yang pintar membuat Cookies seperti lo." Ujar Dinda dan Masya mengulaskan senyumnya. Sepertinya Masya baru mengerti apa yang Dinda katakan.

"Oh gitu. Mas Heksa sudah bersyukur kok. Kamu tahu gak sih? Setiap Mas Heksa tahajud pasti dia bawa-bawa nama Masya tau. Masya seneng banget." Ucap Masya benar-benar membuat Dinda terpelongo diam.

"Terus ya–"

"Stop!" Sahut Dinda karena tidak ingin mendengar ocehan Masya lagi.

"Gue main kesini bukan untuk mendengar keromantisan keluarga baru lo." Ujar Dinda terdengar sangat kesal. Masya hanya mengerucutkan bibirnya.

"Terus kamu kesini mau ngapain?" Tanya Masya penasaran.

"Gue mau main aja. Lagian gue bosen di panti gak ada teman sejak lo keluar." Ujar Dinda membuat Masya sangat kasihan kepada sahabatnya itu.

"Rumah lo ternyata besar juga ya. Gak salah lo dapetin Heksa yang tajir." Takjub Dinda seraya melihat sekeliling rumah tersebut.

"Ah, kasihan sahabat Masya." Ucap Masya terlihat sedih dan langsung memeluk Dinda dengan sangat erat.

"Maafin Masya ya udah ninggalin Dinda dan Bu Anin. Tapi Masya harus ikut kemanapun Mas Heksa pergi, dia kan suami Masya. Surga Masya ada pada dia, Dinda." Ucap Masya dengan mata berkaca-kaca.

Dinda mengulaskan senyumnya membalas pelukan Masya dengan sayang. "It's oke, lo gak salah apapun. Nanti juga gue akan nikah kok. Kita pasti gak akan selamanya hidup di panti sya."

"Masya jadi sedih." Ucap Masya sudah menitikkan air matanya.

Dinda melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Masya. "Jangan sedih. Gue kesini cuma mau main kok, gue gak mau nangis-nangisan."

"Kita gak bisa main bareng lagi sama anak-anak, sekarang Masya sama Mas Heksa." Ucap Masya dengan sedikit terisak.

"Bisa sya, kapanpun lo bisa datang ke panti kok." Jawab Dinda membuat Masya kembali menangis dan memeluk Dinda dengan sangat erat. Dinda mengusap punggung Masya, membantu membuatnya tenang.

GAME OVER [Karyakarsa]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang