BAB IV "Menghangatkan pohon yang telah mendingin".
Pernah mikir nggak sih kalau doa kita itu juga bisa jadi bikin orang lain tertekan? Mungkin terkadang doa kita sangat bertentangan dengan doa orang lain. Lantas, doa siapa yang akan dikabulkan oleh-Nya? Tentunya doa yang membawa kebaikan bagi semuanya.
***
[Surabaya, Kembali ke masa SMA Abidzar]
"Itu si Abi anak indihome apa ya, sukanya kesurupan terus," sebuah suara terdengar rilih.
Ocehan seperti itu sudah biasa Abi dengarkan. Layaknya asupan nutrisi yang harus dia makan setiap hari, ada saja praduga-praduga dari teman-temannya itu yang ditujukan kepadanya. Sebagai orang awam yang tidak mengetahui mengenai keadaan Abi, tentunya sudah wajar apabila banyak yang menduga yang aneh-aneh tentang Abi.
Respon Abi pun seperti biasa, cuek dengan sekitar. Siap memasang earphone di telinga untuk menutup suara-suara hujatan netijen agar dia tetap bisa menjaga kewarasannya. Jika boleh jujur, Abi sudah muak dan ingin menghentikan ocehan-ocehan ngawur mereka tentang dirinya. Tapi apa bisa? Tentunya tidak.
Percuma menjelaskan hal yang sangat sulit diterima akal manusia. Pastinya mereka mengira bahwa Abi adalah pasien rumah sakit jiwa yang sedang kabur. Sampai saat ini pun tidak ada yang mempercayai kemampuannya, termasuk Rio dan Sinta. Jadi lebih baik Abi diam saja dan memasang wajah seolah tidak peduli, padahal aslinya dia kepikiran dengan tanggapan orang-orang kepada dirinya.
"He, ojok ngawur nek ngomong. Abi iku normal. Iyo se nak omahe onok IndiHome e. Njalok ta gae dulinan mobile legends?," Bimo bersuara membalas kasak kusuk suara yang sedang membicarakan temannya itu.
Mereka langsung terdiam. Karena percuma melawan Bimo, si mulut perempuan. Laki-laki sih, tapi suka ngomong kayak cewek. Jadi, harus punya skill nyerocos dulu baru bisa ngalahin si Bimo.
Selalu begini. Bimo datang di saat banyak orang yang menghujat dirinya. Awalnya Abi merasa risih dibegitukan, seolah Abi tidak bisa melindungi diri sendiri dan selalu bergantung kepada Bimo. Tapi, lama-kelamaan dia betah juga, bahkan merasa nyaman dengan kehadiran bocah abstrak macam Bimo.
Dibalik sikap cueknya, sebenarnya Abi adalah pengamat yang handal, terutama jika berkaitan dengan Bimo. Abi bahkan sudah hafal di luar kepala mengenai jadwal tanding beserta lawan main futsal timnya Bimo di musim yang akan datang. Jika persahabatan cewek dianggap normal jika terlalu dekat dengan sahabatnya, maka berbeda dengan persahabatan cowok. Makanya jika cowok sahabatan jarang menunjukkan rasa sayangnya, padahal sebenarnya sudah dianggap lebih dari saudara.
Setelah melihat 'pohon' yang dimiliki oleh Bimo, Abi berusaha untuk tetap terlihat baik-baik saja. Meskipun sangat sulit untuk terlihat tidak khawatir atas temannya satu itu. Apa Bimo butuh bantuannya ya? Tapi, bantuan seperti apa yang bisa Abi lakukan? Bimo saja selalu tertutup jika ditanya mengenai masalah pribadinya.
Pernah suatu ketika, Bimo tidak masuk sekolah. Semua pada heran, jarang sekali Bimo izin tidak masuk. Apalagi di hari itu juga bertepatan dengan jadwal ekskul futsalnya. Mana mau Bimo meninggalkan jadwal futsalnya meskipun sehari saja. Waktu dia masuk di hari berikutnya, Abi gengsi untuk bertanya. Abi hanya diam sambil menunggu Bimo bercerita sendiri kepadanya atau kepada orang tuanya.
"Wong tuwoku wingi mari sidang cerai. Aku saiki melok mamaku. Papaku minggat, emboh nak ndi," Bimo bersuara dengan pelan ketika jam istirahat.
Sesuai dugaan. Bimo tidak betah jika tidak bercerita. Hal serandom apapun saja dia ceritakan kepada Abi, apalagi masalah terberatnya. Meskipun tidak diceritakan mengenai alasannya, tapi energi sedih dan kecewa yang dimiliki Bimo, Abi bisa merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KAROMAH: Kisah Para Pendosa yang Dimuliakan #ACR_2024
SpiritualKarya ini berisi antologi cerbung yang dikurasi oleh Remember Me dari para pengarang berbakat.