prolog

21K 663 5
                                    

"Kita tidur di kamar terpisah" ucap Agasa, ia meminum soda yang sedari tadi dipegangnya sembari menatap gadis yang duduk didepannya.

Herna menganggukan kepalanya mantap "Harus" hey, laki-laki didepannya ini tidak mengira Herna berharap untuk tidur satu ruangan dengannya kan? 

"Tidak ada sentuhan fisik" lanjut Agasa.

"Harusnya saya yang bilang begitu" Herna merapatkan tubuhnya pada sofa yang ia duduki, tak lupa kakinya dinaikkan dan lengannya menutup bagaian dadanya, berusaha mengcover pandangan laki laki yang ada didepannya ini, justru ia yang takut dilahap, melihat sedari tadi laki laki itu menatapnya seolah ia adalah santapan siangnya.

Agasa mendengus pelan "Bisakah kamu hanya mengiyakan apa yang saya ucapkan? saya tidak butuh mendengar suara cemprengmu" ia menutup hidungnya dan mengibaskan tangan diudara. "cukup anggukan kepala, paham?" lanjutnya.

seketika Herna mencondongkan tubuhnya, ia menaikkan sebelah alisnya "hey, pak, dengar ya ini pernikahan antara kita berdua" ia menunjuk dirinya kemudian menunjuk laki laki didepannya.

"jadi saya jelas berhak ikut mengajukan syarat disini" ia menegakkan tubuhnya posis duduk mereka cukup jauh.

" Pertama, saya minta dibelikan ponsel lengkap sama kuotanya, hanya itu bentuk materi yang saya minta dipernikahan ini, kedua jangan mengganggu privasi, urus urusan masing-masing, bila perlu jangan ada komunikasi tanpa alasan jelas" Herna menghentikan ucapannya sejenak melihat laki-laki didepannya menyimak, ia pun melanjutkan.

"Oke terakhir, Kita bisa cerai kapan aja kita mau, terserah siapa yang mengajukan, kedua pihak harus setuju, itu saja, ada tambahan?" Herna melipat lengannya serta menaikan satu kakinya diatas sebelah kaki lainnya, menunjukan ia tidak bisa diintimidasi.

"Oke, cukup. saya rasa kita satu prinsip" Agasa setuju saja dengan yang diucapkan gadis ini, toh tidak ada satu poinpun yang merugikannya.

"Ga ada lagi nih?" Herna jelas skeptis, jika tau semudah ini sedari tadi ia tidak perlu merasa tegang, sialan laki-laki ini, walau mengatakan ia tidak terintimidasi jelas ia sedikit gentar, hanya sedikit, aura laki-laki ini terlalu kuat mendominasi, bagaimanapun juga ini adalah daerah kuasanya.

"Ada" Agasa menunjuk salah satu pintu di dalam ruangan ini dengan dagunya "bersihkan dirimu, sedari tadi saya menahan napas".

SIALAN!.

Sekuat PesonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang