BAB 61 "Kamu Berhak Marah"

2.8K 336 52
                                    

Sudah 2 menit berlalu semenjak Herna dan Agisna memasuki kamar, atau semenjak Herna menyeret Agisna untuk memasuki kamarnya.

Sejujurnya ini bukan keahlian Agasa untuk membuka percakapan, apalagi dengan seseorang yang terlihat jelas sekali tidak menyukainya, namun dibandingkan dengan sebelumnya, akhir-akhir ini Agasa lebih bisa, Herna yang menimbulkan sifat cerewetnya, namun apakah Agasa bisa mengaplikasikannya pada seseorang yang bukan Herna?

Agasa mengetuk ngetuk lengan sofa dengan jemarinya, menatap Adamas yang terlihat tengah meneliti setiap interior yang terdapat di apartemennya "Adamas" Agasa mengeja nama adik iparnya itu.

"hm?" Adamas merespon tanpa menatap Agasa.

"benar kan? ejaannya begitu?" Ucap Agasa, benar kan? Begini cara membuka obrolan?

"terserahmu" balas Adamas.

"kamu Kaya raya?" setidaknya itu yang bisa Adamas simpulkan selama meneliti barang-barang yang ada disekeliling suami kakaknya ini.

Beralih melarikan tatapan menelitinya pada penampilan Agasa, Adamas menaikan sebelah alisnya, yah penampilan suami kakaknya ini juga menjelaskan segalanya.

Agasa merilekskan duduknya, menaikan sebelah kakinya di kaki yang satunya "seperti yang kamu lihat?" anak ini tidak sopan, tidak salah kan jika dirinya sedikit menunjukan kekuasaannya? itu yang Ia pelajari pada Herna.

Adamas mendengus "Kaya tapi cuma punya apartemen?"

Agasa menurunkan lagi kakinya, merasa gagal mengintimidasi Adamas  "ummm, memang ini tidak terlalu mewah, tapi ini apartemen masa saya bujangan, nanti saya beli yang lebih besar" Agasa berusaha menjaga Harga dirinya, yang sepertinya tengah berusaha Adamas jatuhkan.

Adamas menatap Agasa datar "kak Herna lebih suka lingkungan perumahan, gitu aja ga tau"

"Eh?"

"Kebiasaan Kak Herna kalau lagi ga ada kerjaan itu ngerawat tanaman pagi pagi sambil merhatiin kegiatan tetangga atau orang yang lewat" kenapa pula Ia menjelaskan pada pria ini?

"Merhatiin orang?-" tunggu..

"Agasa, aku suka banget berdiam diri melihat rutinitas orang sekitar, aku suka melihat cara kehidupan orang berjalan setiap harinya" sekelebat kalimat yang pernah diucapkan Herna terputar di benak Agasa, oh sial, kenapa aku kurang peka?! Kenapa aku tidak pernah bertanya perihal kenyamanan Herna? Tentang tempat tinggal?!  Batin Agasa.

Sejenak Agasa terlarut dengan ingatan itu, selama kebersamaan mereka, Herna banyak memberikan kenyamanan untuk dirinya, tapi Agasa belum memikirkan dengan benar apa yang menjadi kenyamanan Herna.

Adamas mendengus "suami ga berguna"

Agasa mendongak, "adik ipar" Agasa sepertinya tidak mendengar atau memilih untuk tidak mendengar sindiran halus yang dilontarkan Adamas.

Adamas melemaskan punggungnya, meletakkan kepalanya bersandar pada sofa yang Ia duduki, tidak merespon panggilan Agasa, namun membuka telinganya lebar, siap mendengar kalimat apa yang akan diucapkan Agasa.

"gimana kalau kamu bantuin saya mendesain rumah untuk kakakmu?" tawaran yang sangat to the point itu mampu membuat kepala Adamas terangkat dari sandaran sofa dan menatap ekspresi yang ditunjukan Agasa., orang ini...gila ya? Batin Adamas.

Mana ada orang yang langsung mau mendesain rumah hanya dengan gertakan kecil itu? Kecualii orang ini memang mampu, tidak sangat manpu.

Adamas menyipitkan kelopak matanya, meneliti keseriusan pada wajah Agasa, hanya butuh beberapa detik untuk menerbitkan senyum miring diwajah Adamas "oke, heh, tidak ada yang lebih tahu apa yang disukai kak Herna" Adamas menunjuk dirinya sendiri '"itu aku"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sekuat PesonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang