Bab 56 "Dua Hal yang berbeda?"

5.2K 446 67
                                    

Arash mengeraskan rahangnya, menatap penuh amarah kearah Agasa "Agasaa"

Ruby tersadar dari keterkejutannya, sungguh moment yang pria itu ciptakan beberapa detik lalu membuat Ia lumayan kehilangan kontrol tubuhnya.

Ruby menggigit lengan pria tak berskepresi yang menahan tubuhnya ini, tak lupa Ia sempatkan untuk menginjak kaki pria ini.

Namun Leon hanya mengibaskan lengannya yang Ruby gigit, kemudian menjauhkan kakinya, tak ada ekspresi terganggu sedikitpun dari wajahnya.

Ruby tak ambil pusing, segera melangkahkan kakinya dengan tergesa menuju Arash.

Ruby menarik Arash untuk berdiri, sebenarnya itu percuma karena saat Arash berdiri 90% Arash menggunakan tenaganya sendiri.

Melihat tatapan amarah dari Arash, Ruby segera menyingkir sedikit menjauh.

Masih dengan tatapan yang sama, Arash mendekati Agasa, Arash hendak melayangkan tinjunya.

Melihat pergerakan Arash, Agasa segera menahan kepala Arash dengan moncong pinstolnya, mendorong sedikit menyebabkan kepala Arash mundur kebelakang.

"Menjauhlah, gue lagi ga bisa ngontrol jari gue, bisa aja jari gue kepeleset dan ngebuat lubang abadi disini" Agasa menekan sedikit pistolnya pada dahi Arash.

Arash segera menepik pistol yang ada di dahinya "kurang ajar"

Agasa tersenyum miring "apa yang salah? Gue cuma latihan, lagipula ruangan ini udah gue booking"

"Heh, Apa perlu gue kasi kartu nama? Gue pemilik tempat ini" geram Arash

"Udah tahu, makanya gue kesini" tatapan Agasa mendingin.

Arash berdecih sinis, kemudian tertawa remeh "lo kesini karna Agisna kan? Gimana? Lo tau sesuatu?" Arash mencondongkan wajahnya mendekati Agasa, memberikan tatapan mencela.

"Gue tau lo lagi ngawasin gue, lo kira lo hebat dapetin informasi gue? Gue yang sengaja melonggarkan penjagaan gue" Arash tersenyum penuh kemenangan.

Agasa menelengkan kepalanya, Agisna ya? Agasa terkekeh "Lo apain Agisna?"

Arash melepaskan sarung tangannya, kemudian melemparkannya pada Agasa sehingga mengenai bahu Agasa, Agasa melirik sarung tangan yang terjatuh di dekat kakinya, menggeser sarung tangan tersebut menggunakan kakinya dengan ekspresi jijik.

"gimana kalau gue bilang, hubungan gue dan kakak lo, lebih dari yang lo bayangkan?" Arash kini sudah mengikis jarak membuat tubuhnya hampir menempel di tubuh Agasa, menciptakan kesan menantang.

"Gue tau" dan bisa-bisanya bajingan sepertimu masih bisa menggoda istriku!

"Lo marah? Lihatlah ekspresi mengetat itu hahahaha, gue menang Agasa"

"Menang dari apa?" Agasa mengangkat sebelah alisnya.

"Lo ga bakalan bisa nyentuh Agisna seperti yang gue lakuin"

"Untuk apa gue nyentuh kakak gue seperti yang lo lakuin?" Aku punya istri.

Arash berdecih "lo gausah masang muka bego, semua orang tau Agasa, lo punya penyimpangan"

Agasa menaikan dagunya angkuh "apa peduli gue sama pemikiran orang?"

Dada Arash semakin bergemuruh, kenapa ekspresi anak ini tidak seperti dahulu? Apa Ia sudah bisa mengendalikan emosinya?

"Kalau bukan itu, untuk apa lo kesini? Menghadap gue, dengan cara kurang ajar?"

"Apa yaa? Lo mau tau? Lagipula lo kira gue cuma dapetin informasi tentang lo karena kemurahan hati lo melonggarkan penjagaan?" Agasa menunjuk pelipis Arash "gue bahkan lebih tau info tentang diri lo, dibandingkan diri lo sendiri"

Sekuat PesonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang