Bab 2 "pertemuan"

6.9K 410 1
                                    

Agasa melihat hujan lebat yang tengah mengguyur kota melalui jendela apartemennya, ditangan kanannya terdapat ponsel yang menampilkan nama orang yang sama sejak beberapa menit yang lalu, sedari tadi Ia berusaha menghubungi seseorang, namun tidak kunjung diangkat, Ia mengacak rambutnya frustasi.

"Agisna..." geramnya, Ia membanting ponselnya kesembarang arah, kemudian membawa dirinya berbaring di sofa, meletakkan sebelah tangan diatas kepalanya.

"Sa, lo kaya bukan orang yang abis pulang liburan, lo kacau banget" ucap Rega yang sedari tadi duduk di sebrang sofa bersama Ibra, mereka berdua duduk berhadapan disofa panjang dan tengah asik memainkan kartu remi.

Agasa melirik dua sahabatnya itu sekilas, liburan apanya, Ia kesana mewakili perusahaan ayahnya untuk urusan bisnis, bahkan Ia tidak memiliki waktu untuk sekedar jalan-jalan karena ketika urusanya selesai Ia segera memesan tiket untuk kembali, baginya 3 hari sudah cukup lama jika harus ditambah waktu liburan.

Agasa kembali menutup matanya, pikirannya tidak tenang, wanita yang seharusnya ia temui saat baru sampai di kota ini malah tidak bisa dihubungi, bukannya Agasa ingin membatasi pergerakan wanita itu namun wanita itu saat ini tengah hamil besar, dan benar-benar membutuhkan perhatian lebih darinya.

Agasa ingat sekali meminta wanita itu jangan meninggalkan apartementnya hari ini karna Ia akan kembali dari perjalanan bisnisnya.

"Haha, Lo siap-siap gantiin gue ambil alih proyek pak Herman" ucap Ibra terdengar senang Ia tidak bisa duduk dengan tenang, kalau tidak melompat kecil pasti tangannya memukul sofa, Ibra merasa Ia akan memenangkan permainan kali ini, Ia mengangkat sisa 2 kartu terakhirnya 10 kelor dan King.

Rega memandang Ibra remeh "terlalu dini untuk percaya diri Bro" Ia mengelurkan kartu As, kemudian kartu terakhir yang ia miliki, selesai, ia memenangkan permainan ini, Rega dengan sombong menaikan dagu dan melipat tangannya di depan dada.

Shit! Ibra mengumpat pelan, menghadapi pak Herman sama saja menggadaikan kewarasannya, masalahnya orang tua itu begitu teliti dan banyak menuntut, Ibra benar-benar heran berapa uang yang dimiliki tua bangka itu sampai sering sekali memakai jasa mereka untuk membangun rumah dan bangunan lainnya.

"Gak, ulang-ulang," Ibra mengumpulkan kartu, namun tangannya langsung di sepik Rega, Rega memberikan pelototan mautnya.

"Enak aja lo, ga ada ya, Perjanjian awal ga ada main 3 kali, ogah gua" Rega mengambil kartu tersebut dan menyingkirkannya dari jangkauan Ibra.

Tiba-tiba saja kaleng minuman soda melayang di depan wajah mereka berdua dan hampir mengenai televisi de samping kanan mereka, setelahnya mereka kompak menolehkan kepala ke kiri dimana Agasa sudah diposisi duduk, mereka menatap Agasa horor.

"Enyah" ucap Agasa yang mendudukan dirinya dari posisi terlentang, sedari tadi otaknya dipenuhi dengan banyak asumsi negatif, bagaimana jika Agisna menemui mantan suami laknatnya itu, bagaimana jika Agisna dipaksa ikut keluarga laki-laki bejat yang tidak bisa bertanggung jawab itu? ditambah ocehan dua mahluk ini membuat kepalanya seakan mau meledak.

Ibra dan Rega saling tatap, saling melempar kode.

"Sa, kita nginep sini ya" Ibra mendekat duduk disamping Agasa, Ia menggandeng lengan sebelah kiri Agasa sambil menaik turunkan alisnya.

Agasa mendelik kemudian menarik belitan tangan Ibra, Ia berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kamarnya "up to you" ucapnya dan berlalu tanpa melirik mereka.

Rega dan Ibra bersorak senang serta bertos ria, tanpa menunggu waktu lama mereka melengos menuju kulkas dan meraup isi kulkas yang bisa mereka gunakan sebagai teman nonton.

Sementara dikamarnya Agasa membuka kancing kemejanya, ia akan mandi sebentar, tubuhnya terasa lengket juga sepertinya Ia butuh air dingin untuk menjernihkan pikirannya.

Sekuat PesonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang