Bab 60 "Serangan Verbal"

5.7K 484 80
                                    


Adamas terdiam didepan sebuah mobil, salah satu mobil yang Ia tahu merupakan mobil yang dimiliki orang yang berada "mercedes ya?" Hmm kakaknya pintar juga.

"Mari masuk" melihat adik iparnya yang terdiam, Agasa berinisiatif mengambil alih koper kecil yang dipegang Adamas dan meletakkannya dikursi belakang, setelahnya Agasa meminta Adamas duduk dikursi sebelahnya.

Adamas mendatarkan wajahnya, pria ini tahu powernya, Adamas malas menatapnya lebih lama dan memilih duduk dikursi belakang yang tersisa.

Herna hanya bisa menyimak situasi, menurut sepenglihatannya, Adamas tidak begitu menyukai Agasa namun juga tidak membenci Agasa sebagaimana Adamas membenci Hendy.

Herna menepuk pundak Agasa pelan yang tengah membukakan pintu mobil depan untuknya, kamu masih ada harapan, ucap Herna dalam hati.

"Berapa lama liburan?" Agasa membuka percakapan, Agasa tidak mengira Ia perlu mengumpulkan energi yang besar untuk membuka percakapan dengan Adamas, Ia menjadi heran kenapa ya dengan Herna malah menambah energinya?

"Kenapa? Kalau ga suka keberadaanku, aku bisa cari hotel"

"Adamas" peringat Herna, sedari tadi Ia hanya berdiam diri karena memilih untuk meneliti sikap apa yang sekiranya akan dikeluarkan oleh remaja labil yang sayangnya adalah adiknya ini.

Adamas mendengus "satu bulan kalau bisa"

Agasa mangut-mangut mengerti  sementara Herna sudah menatap belakang memastikan ucapan adiknya bukan candaan semata.

Agasa sepertinya harus mulai memikirkan situasi seperti ini, lain kali Ia harus sudah siap, untungnya yang datang hanya satu, jadi Ia masih bisa menempatkan keluarga Herna yang juga menjadi keluarganya ini di apartemennya, sepertinya Ia harus menyewa jasa dua sahabatnya itu, secepatnya.

*****

Sudah ketiga kalinya Agisna mencoba memasukan pin apartemen Agasa dan sudah tiga kali pula Ia gagal, karena kesal Agisna memukul mukul pintu unit Agasa dengan telapak tangannya.

Sementara itu Ibra dan Rega yang masih belum meninggalkan unit Agasa saling lirik didepan pintu.

Ibra menyenggol lengan Rega "ini siapa sih? Apa maling ya?"

"Lihat sana, intip" Rega menunjuk lubang intercom.

"Ogah, biarin aja diluar" Ibra meninggalkan pintu dan lebih memilih mencari cemilan yang Ia tahu selalu Agasa sediakan.

"Gimana kalau tamu penting Agasa?"

"Ya kalau tamu kenapa ngotot banget buka pintu gitu? Harusnya tunggu Agasa dong" Ibra membuka kulkas dengan lebar "waaah" Ibra seperti melihat surga, sebelumnya Agasa memang selalu menyedialan banyak cemilan, tapi ini luar biasa banyak, Ibra jadi mesem-mesem tidak jelas.

"Kayanya Agasa sayang banget sama gue, makanannya banyak banget, dari yang sehat sampai yang junkfood, lengkap banget" Ia tidak ingin mengucapkan makanan itu dengan kata tidak sehat, tangannya dengan cepat bergerak mengambil beberapa cemilan.

"Ga, ambilin susu" ucapnya meminta Rega mengambilkannya susu karena kedua tangannya sudah penuh.

"Ini seriusan kita biarin di luar?" Rega mengambil susu UHT berukuran besar dari kulkas.

Ibra berfikir kembali sambil melirik pintu, masalanya orang di luar sana sepertinya sangat gigih, terbukti dengan upaya memasukan pin apartemen yang tak kunjung berhenti.

"Ummm biarin ajalah, emangnya Lo berani tanggung jawab kalau itu maling?" Ibra meremang "Gue sih ogah" membayangkan apa yang akan Agasa lakukan seandainya orang dibalik pintu itu benar adalah maling membuat Ibra lebih memilih mengabaikannya saja.

Sekuat PesonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang