Bab 50 "Agasa Ingkar Janji?"

4.4K 370 47
                                    

"Beneran yaa, jangan minta lagi?" Herna menatap menyelidik ke arah Agasa yang berdiri di depan meja riasnya.

Saat ini mereka berada di kamar Herna, kenapa bisa? Ternyata monster birahi macam Agasa ini mempunyai kunci cadangan, tidak..Agasa tidak memaksanya, Agasa hanya menggunakan raut wajah menyedihkan untuk membujuknya, sudahlah, lagipula Herna juga suka.

Agasa tersenyum memegang hair dryer "janji, engga lagi" Agasa mengisyaratkan Herna untuk duduk di kursi meja rias.

Herna mengeratkan bathrobnya mendudukan diri di kursi "Agasa serius, aku cape loh, jangan macam-macam"

Agasa melirik pantulan Herna dari cermin, tersenyum lembut, jemari tangannya memijat kepala Herna sebelum mengeringkannya "terimakasih ya"

"Kamu selalu bilang itu, bahkan saat kita sedang... ah sudah lah" Herna mengibaskan tangannya.

Agasa terkekeh, Herna sangat menggemaskan, jika Ia tahu menikah semenyenangkan ini, sudah sejak dulu Ia akan menikah, tapi apa akan semenyenangkan ini jika wanita itu bukan Herna?.

Agasa menggeleng, Ia sangat menyukai kebersamaannya dengan Herna, segela sesuatu yang ada di diri Herna menjadi candu Agasa, tidak ada yang akan bisa menandingi Herna, entah karena seleranya yang memang ada di Herna, atau Herna yang memang sangat menggoda?

"Herna"

"Ya?"

"Aku ga mau kalau bukan kamu"

Herna tersenyum miring "karena yang ada di posisi ini aku, makanya kamu berfikir begitu"

"Apa bisa aku seperti sekarang kalau yang diposisi ini bukan kamu?" Agasa mengunci pandangan Herna melalui cermin.

Herna berdiri dan menghadapkan badanya ke arah Agasa "aku ga suka kemungkinan, dengan aku disini sekarang, berarti ini adalah posisiku"

"Tapi aku bisa pastikan satu hal" Herna membingkai wajah Agasa dengan telapak tangannya "rasanya ga akan sama, karna aku Herna, tidak ada yang sama sepertiku"

Agasa mendekatkan telapak tangan Herna ke arah mulutnya, memberikan kecupan ringan "thanks God"

Suara bel mengakhiri sesi perbincangan mereka, Agasa mengernyit "aku tidak punya tamu penting"

Herna memberikan jitakan pada dahi Agasa "tetap aja tamu, sana periksa"

Agasa berjalan keluar kamar dengan malas-malasan, siapa yang berani-beraninya bertamu di hari weekend? Agasa bahkan belum sempat mengeringkan rambut Herna.

Tanpa melihat siapa yang masih sibuk memencet bel melalui layar intercom, Agasa langsung membuka pintu, saat melihat wajah siapa yang Ia temui, Agasa memasang ekspresi dingin.

Ibra dan Rega kompak mengangkat telapak tangannya menyapa "Hai" cengir Ibra.

Agasa membanting pintu, kemudian berjalan menuju dapur, Agasa mengedarkan pandangannya, dan pilihannya jatuh pada teplon yang terletak di meja, Agasa meraihnya setelahnya berjalan menuju pintu.

"Lindungi kepala kalian" peringat Agasa melalui intercom, selang beberapa detik Agasa membuka pintu kembali.

Ibra dan Rega saling lirik sembari menelan ludah, firasat mereka mengatakan mereka dalam bahaya.

Agasa langsung melempar teplon tanpa mengambil ancang-ancang terlebih dahulu, Rega dengan sigap menarik kepala Ibra untuk menunduk.

Suara debuman teplon dan tembok yang bertabrakan dibelakang mereka sangat nyaring, Ibra dan Rega merasa jantung mereka pindah tempat, dalam posisi berjongkok mereka menatap Agasa yang berdiri menjulang.

Sekuat PesonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang