Bab 30 "Aku Menunggumu"

4.4K 299 3
                                    

Herna berbaring dikamar kontrakannya, menatap langit-langit kamar, pikirannya melayang mengingat ucapan Agasa di lift.

Saat itu Herna hanya diam dan tidak membalas ucapan Agasa, Herna keluar meninggalkan Agasa begitu pintu lift terbuka, Ia sama sekali tidak tau mau bereaksi apa mengenai pengakuan tiba-tiba laki-laki itu.

Herna menendang angin dan berguling kesana kemari, jujur saja ucapan Agasa sedikit membuatnya memikirkan apa yang Ia rasakan selama ini.

Sedikit berbeda dari Agasa, Herna merasa bingung mau dibawa kemana hubungan mereka, kenapa Herna harus bersusah payah bolak-balik kesana kemari dari apartemen ke kontrakan.

Sebenarnya kenapa Herna tidak diam saja di kontrakan, Agasa sama sekali tidak pernah memintanya untuk kembali ke apartemen.

Hanya saja seperti yang dirasakan Agasa, alam bawah sadarnya seolah memerintahkannya untuk sedikit hormat pada laki-laki yang berstatus suaminya itu.

Alam bawah sadarnya seolah meminntanya untuk setidaknya mengunjungi apartemen Agasa, bahkan selama ini, bukan kontrakan ini yang dikepalanya ingat sebagai tempat tinggal utamanya, melainkan apartemen suaminya, Agasa.

Sial!

Herna mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk, Herna menatap bulu halus yang ada dilengannya yang berdiri "kenapa aku merinding cuma mikirin Agasa itu suamiku sih"

"Suami?" Herna mengacak rambutnya mengenyahkan perasaan janggal yang bersarang dihatinya.

"Mereka kemana si? Lamaaa" Herna beranjak dari duduknya dan berjalan, sepertinya menunggu sahabatnya didepan lebih baik dari pada didalam ruangan, otaknya dengan tidak sopan terus memutar ucapan Agasa secara berulang seperti radio.

Herna duduk dibangku luar melirik jalanan siapa tau mobil Cika sampai di depan kontrakannya, niatnya mereka ingin pergi membeli bahan masakan untuk pesta nanti malam.

Herna juga sudah mengirimkan pesan permintaan maaf untuk Mada, dan mengajak laki-laki itu bergabung dengan mereka nanti malam.

Herna memeriksa sekali lagi ponselnya siapa tau ada pesan dari sahabatnya.

"Mba Herna" Herna mengangkat pandangannya.

"Mas Bima" Herna memanggil Bima dengan nada sumringah "sini masuk"

Bima yang memakai baju olah raga mendekat ke arah Herna "Mba Herna boleh nanya ga?"

"Boleh dong"

"Sebenarnya kalau engga pulang ke sini, Mba Herna tidur dimana?"

Herna menelan ludahnya mendengar pertanyaan yang diluar bayangannya "umm di tempat Cika"

"Mba Cika bilang, Mba Herna ga nyaman tinggal bareng soalnya ada pacar Mba Cika"

Herna terdiam, cika ituuu "kan engga tiap hari"

Bima hanya mengangguk menanggapi "acara pesta yang Mba Herna bilang tempo hari jadi?"

Herna mengangguk "jadi ini mau pergi beli persiapannya"

"Saya luang loh Mba"

Herna tertawa, paham yang dimaksudkan Bima "gih sana ganti baju"

"Oke" setelahnya Bima pergi ke rumahnya.

Tak lama sebuah mobil berhenti di depan kontakannya "Ena ayo" Cika membuka kaca mobil dan memanggil Herna dari dalam.

Herna berjalan mendekat "bentar tunggu Mas Bima" Herna berdiri didepan kontrakannya, dibandingkan dengan kontrakan Bima yang lain, tempatnya memang bersebelahan dengan rumah yang ditempati Bima.

Sekuat PesonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang