Keesokan harinya.
Adit terbangun dari tidurnya dan bersiap menjalani hari yang indah untuk terakhir kalinya.Entah bagaimana Arka mengakhiri hidup Adit, namun Adit tidak sabar- tunggu sebentar.....
Adit langsung berdiri dan menghampiri Arka yang sedang membuat omelet, "Arka, bagaimana dengan kesepakatan kita berdua?"
Arka menghentikan pergerakannya dan menoleh kebelakang, "Engkau sendiri yang meminta."
Adit tidak habis pikir kenapa dirinya mau saja mati, "A- aku rasa permintaanku sebelumnya begitu konyol.... Bagaimana jika kita membatalkan ajalku?"
Arka menatap Adit dengan tidak suka, "Engkau bercanda? Jikalau tidak aku kabulkan?"
Adit tidak tau harus menjawab apa pertanyaan Arka, "Engkau tau? Sebenarnya aku sudah menunggu momen ini, begitu sayang sekali aku melakukan hal ini," Lanjutnya.
Arka berjalan pelan ke arah Adit sambil membawa pisau dapur, langsung Adit mundur secara perlahan hingga di ujung tembok, "Kau sangat cocok jikalau tidak bernyawa."
Segera pisau itu menyentuh dagu Adit dan tangan kiri Arka membelai pipi Adit, "Pasti sangat sempurna melihatmu tidak bernafas."
Adit merasa sesak dan tidak bisa bernafas, entah kenapa Arka terlihat seram, "Apakah ini mimpi? Kumohon ini hanya mimpi-"
"Aku tau apa yang engkau pikirkan, aku akan segera mengakhiri semuanya dan engkau hanya perlu duduk manis di kamar," Arka menyela Adit, Arka tau apa yang Adit pikirkan dalam benaknya.
"A- Arka, hiks kumohon.... Hiks," Air mata Adit berjatuhan karena takut melihat Arka.
Tuk!
Arka langsung menancapkan pisau dapurnya di tembok samping Adit berada, "Engkau tidak perlu merasa takut, hanya aku yang peduli kepadamu, sisanya palsu."
Tubuh Adit melorot jatuh kebawah karena takut berlebihan.
"Segeralah sarapan dan sampaikan pesan terakhirmu kepada semua orang yang mengenalmu- jikalau ada mengenalmu," Lanjutnya.
Arka mengambil pisau dapurnya dan melanjutkan memotong daun bawang.
Selama Arka memasak, Adit tidak bergerak sedikitpun, hanya terisak.
"Bercanda, engkau masih berhak untuk hidup," Celetuk Arka yang membuat Adit sedikit bernafas lega.
Adit membersihkan air matanya dan duduk di kursi makan yang sudah tersedia nasi omelet.
Keduanya terdiam dan sibuk makan, sampai pada akhirnya Adit membuka percakapan duluan, "A- Arka, bolehkah aku untuk jalan-jalan keluar sebentar?"
Arka melihat Adit dan menimbang-nimbang permintaan Adit, "Hmm, sepertinya tidak masalah dan cepatlah kembali sebelum siang."
Adit mengangguk dan segera mempercepat makannya agar pergi keluar.
"Sesekali mintalah pertolongan kepadaku," Lanjutnya dan Adit mengangguk.
. . .
Adit keluar dari kamar rusunnya dan segera menuju ke sekolah.
Mengapa sekolah? Karena Adit mencoba untuk kembali berteman dengan Wisteria dan Sasha.
Adit juga memutuskan untuk keluar dari sekolah agar tidak mengganggu kehidupan para murid di sana.
Adit menunggu di pagar depan sekolah, sesekali beberapa murid mencuri perhatian kepada Adit karena kejadian di lapangan sekolah.
Beberapa murid secara terang-terangan mengejek Adit sebagai orang gangguan jiwa.
Adit mengabaikan semua ocehan itu dan matanya menangkap kedua insan yang saling berpegangan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arka N Adit [End]
Teen FictionSeorang pemuda yang bernama Aditama Dhirendra adalah korban bullying di sekolahnya dikarenakan Adit itu yatim piatu dan miskin serta dianggap gangguan jiwa karena sering berbicara sendiri. Adit memiliki sahabat yang bernama Arkatama Kansais yang se...