Bab 9. Terbiasa dengan Luka

48 43 12
                                    

“Semua orang itu bisa cape, tapi tidak semua orang bisa saling menyemangati kepada sesama manusia. ”

— pesan Anonim

•┈┈┈•┈┈┈•┈┈┈

Shylla pulang ke rumah nya dengan keadaan mata yang kosong. Pikirannya entah melayang kemana. Yang pasti, saat ini dia memikirkan selama ini abang nya berada di dekat nya namun enggan menunjukan kehadirannya.

“Mana janji abang dulu. Yang kata nya mau ngelindungi peri kecil nya.” Shylla ingat persis janji abang nya dulu saat diri nya bermain di taman dan saat itu abang nya berjanji akan melindungi nya dari orang jahat.

Flashback on

Saat itu, Kaivan tengah panik tidak menemukan adik nya di halaman rumah nya. Dengan meyakinkan diri nya sendiri Kaivan bertekad keluar rumah dan mencari adik nya. Siapa tau adiknya itu tengah bermain dengan anak anak lain di taman.

Dan benar saja dugaan Kaivan. Saat dia tiba di di taman, Kaivan melihat adik nya tenga di ganggu oleh anak laki laki yang berjumlah lima anak. Kaivan marah ketika adik nya menangis akibat anak anak nakal itu. Lantas, Kaivan langsung menghampiri mereka dan melindungi adik nya.

“KALIAN APAKAN ADIKKU!” bentak Kaivan.

Bukan nya takut, mereka malah mengejek Shylla yang kini bersembunyi di belakang Kaivan.

“Liat. Dia itu anak cengeng!”

“Anak manja!”

“Berani berani nya dia mau main sama kita!”

“Anak manja! ”

Mendengar bullyan terhadap adiknya, Kaivan langsung melawan anak anak itu. Tidak perduli nanti nya dia akan kena marah papah nya.

Meski terluka, Kaivan berusaha menenangkan adik nya yang masih menangis sesenggukan. Anak anak itu sudah lari akibat terkena pukulan pukulan dari Kaivan.

“Heyy, peri kecil nya abang. Liat abang. Abang akan jagain Nana peri kecil nya abang sampai kapanpun. Jadi jangan sedih lagi ya,” ujar Kaivan.

“Abang janji?” Kaivan mengangguk. Dia langsung menggendong adik nya dan langsung pergi ke rumah nya.

Flashback off

Kamar Shylla yang tadi nya rapih kini terlihat sedikit berantakan. Lebaran tisu berceceran kemana mana. Sedari tadi dia masih memikirkan mengapa abang nya pergi menjauh.

“Hah. Apa gue senajis itu sampai sampai abang nggak mau gue dekati? ”

Saking banyak nya dia memikirkan abangnya, Shylla tidak sadar akan kedatangan Dirga, papahnya.

BRAK!

“APA APAAN INI KAMU SHYLLA. SAYA KERJA CAPEK CAPEK DAN KERJAAN KAMU CUMA BOLOS DAN LIAT NILAI KAMU ADA YANG 80!” bentak Dirga.

Shylla terlonjak. Dia menatap ayah nya sayu. Dia sudah tidak perduli apa yang akan terjadi selanjutnya. Dapat Shylla lihat ayah nya marah besar.

Bukan hanya sekali dua kali Dirga datang ke kamar nya dengan amarah yang tidak jelas. Hanya karena nilai dia yang 80, menjadi permasalahan besar. Bukankah nilai itu hanya sebuah angka, pikir nya.

“Terserah. Shylla juga capek dengan sikap papah yang suka main kasar!”

Entah keberanian dari mana Shylla menganggapi ucapan Dirga. Lantas amarah Dirga langsung memuncak. Dia langsung menampar pipi putri nya.

Triangle Love with Allah (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang