Bab 16. Mencoba mengikhlaskan

55 48 12
                                    

“Yang nama nya Ikhlas itu nggak bisa langsung. Ada beberapa fase yang harus dilewati. Fase TERSIKSA, TERPAKSA, lalu TERBIASA.”

—wattpadsaa

•┈┈┈•┈┈┈•┈┈┈

Jodoh, usia, kematian merupakan takdir Allah yang pasti akan terjadi. Segala sesuatu yang hidup pasti akan mati. Seperti yang sudah di jelaskan di QS Al Imran : 185, Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati..... ( 3 : 185 ).

Kediaman Rahdian kini ramai dengan orang orang yang bertakziah. Berita meninggal nya salah satu pengusaha sukses di Indonesia menggemparkan seluruh penjuru Indonesia.

Bendera putih terpasang di depan kediaman Rahdian. Beberapa kerabat nya ikut berkumpul dan membacakan surah Yasin. Sedangkan Shylla sendiri, sepulang dari malam dia mengurung diri nya di kamar.

Aisyah sungguh khawatir saat tau Shylla mengurung diri nya di kamar. Sudah berkali kali dia mengetuk pintu kamar Shylla namun tetap saja hasil nya nihil.

“Shyll, keluar yuk. Nemenin tante Sarah. Kasian tante Sarah sendirian,” Aisyah mencoba membujuk Shylla keluar.

Tidak ada pilihan lain kecuali dia mendrobrak pintu kamar Shylla. Namun permasalahannya disini dia tidak bisa mendobrak pintu itu.

“Bangkai, Ai minta tolong dobrakin pintu kamar Shylla. Aisyah khawatir,” pinta Aisyah.

Kaivan melototkan mata nya saat mendengar adik dari sahabatnya ini memanggil nama nya. Bangkai, sungguh pelecehan nama namanya. Namun, dia tidak mempermasalahkan masalah nama panggilan kali ini. Dia memilih untuk mendobrak pintu kamar adik nyam

“NA, KALO KAMU NGGAK BUKA PINTU NYA TERPAKSA ABANG DOBRAK PINTU KAMU!”

Masih sama tidak ada sahutan sama sekali. Kaivan dengan sekuat tenaga mendobrak pintu kamar adiknya.

BRAK!

Kosong. Kamar Shylla kosong. Si pemilik kamar entah kemana menghilangnya. Namun, atensi mata Kaivan tertuju pada lantai yang putih terdapat bercak merah seperti darah. Telinga nya yang tajam mendengar suara air mengalir dari dalam kamar mandi Shylla. Begitu juga dengan berhak darah itu terhenti di depan pintu kamar mandi.

Kaivan mencoba membuka knop pintu nya berulang kali. Dengan amat terpaksa, Kaivan kembali mendobrak pintu.

BRAK

“ASTAGHFIRULLAH, SHYLLA! ”pekik Aisyah.

Kaivan dan Aisyah kaget melihat kondisi Shylla yang jauh dari kata baik. Air bat up yang sudah berubah menjadi warna merah dengan posisi Shylla yang menenggelamkan diri nya di sana.

Kaivan langsung mengangkat tubuh Shylla d an membawa nya ke kasur. Tubuh Shylla terlihat sangat pucat juga dingin. Saat mengecek kondisi Shylla, Kaivan dibuat terkejud dengan sayatan luka yang cukup dalam di lengan Shylla.

Tanpa pikir panjang, Kaivan menggendong Shylla menuju mobil dan membawa nya ke rumah sakit. Sarah yang tengah bertukar kisah dengan Umma Salma di buat kaget dengan Kaivan yang panik sembari menggendong Shylla.

“Astaghfirullah, bang. Shylla kenapa? ”

“Kaivan kurang tahu, mah. Mending kita cepat bawa Shylla ke rumah sakit. ”

Sampai nya di rumah sakit, Kaivan langsung menyerahkan semua nya ke Farah yang merupakan perawat yang magang di sana.

Kaivan mengacak rambut nya dengan kasar. Dia kecolongan dimana Shylla yang mencoba melakukan bunuh diri. Belum ada yang tahu jika Shylla mengalami gejala Self harm. Dimana dia mengalami rasa sakit namun tidak memiliki tempat untuk melampiaskan emosi itu.

“Bagaimana bisa Shylla sampai melakukan percobaan bunuh diri?” tanya Sarah dengan pandangan kosong. Dia tahu kehilangan Dirga merupakan hal paling menyakitkan apalagi bagi seorang anak perempuan yang kehilangan cinta pertama nya. Namun, apa harus dengan cara bunuh diri untuk melupakan rasa sakit itu.

“Self Harm, ” sahut Umma Salma.

Mereka memantung mendengar nya. Setahu Kaivan selama ini Shylla hanya mendapatkan kekerasan fisik dari Dirga. Namun, hal menyakitkan lainnya ternyata terjadi begitu saja.

Sungguh, sebesar itu luka yang pernah Dirga dan diri nya kasih ke Shylla. Andai saja ada obat penawar dari semua rasa sakit itu, entah berapa ratus juta harga nya akan ia beli demi kesembuhan adik nya.

***
Setelah mendapat kabar kondisi Shylla yang sudah stabil. Kini mereka semua berada di ruang rawat Shylla. Penjelasan dari Farah bahwa Shylla akan segera sadar beberapa jam lagi.

“Mah, mending mamah istirahat di rumah saja.”

“Tapi, nak. Bagaimana dengan adikmu nanti.” Jujur saja Sarah sangat khawatir dengan kondisi Shylla. Ibu mana yang tega melihat anak nya terbaring lemah di brankar rumah sakit.

“Biar Zayyan sama Kaivan saja yang menjaga nya. Kalian istirahat saja di rumah. ”

Sebenarnya sedikit berat untuk meninggalkan putri nya. Namun, benar apa yang di katakan oleh Zayyan. Dia harus mengistirahatkan badannya di rumah. Akhirnya Sarah beserta Umma Salma dan Aisyah memutuskan untuk pulang ke rumah.

“Zay, gue nitip Shylla bentar. Gue ada panggilan operasi dadakan.” Zayyan hanya mengangguk. Setelah kepergian Kaivan, Zayyan yang sadar diri nya belum shalat isya pun memutuskan untuk shalat di ruangan Shylla.

Tidak sampai setengah jam, Zayyan selesai mengerjakan shalat nya. Dia lanjutkan dengan membaca beberapa murotal Quran agar tidak hilang hafalannya.

Terlalu asik dengan murotal nya, Zayyan tidak sadar jika sedari tadi suara indahnya di dengar oleh Shylla.

“Suara nya bagus. Ternyata selain bisa ngomong pedas, buat baca quran bagus suara nya, ” guman Shylla.

“Shadaqallah hul'adzim.” Zayyan beranjak dari tempat shalat nya, dia menengok kearah Shylla yang tengah menatap nya tanpa kedip.

Shylla merasa kepergok langsung membuang pandangannya ke arah lain. “Kenapa? ” tanya Zayyan.

“Hah. Eng— enggak. Tadi ada cicak terbang, ” alibi Shylla.

Zayyan menatap Shylla datar. Dia pikir dia anak TK yang mudah di bohongi begitu saha.

“Tidak ada sejarah nya cicak bisa terbang. Lagian cicak salah satu hewan melata, jadi dia tidak punya sayap, ” jelas Zayyan dengan raut wajah yang masih sama. Shylla yang tak bisa mengelak lagi hanya bisa berdecak kesal.

“Kalo ada masalah itu selsesaikan baik baik,” ujar Zayyan tiba tiba. Shylla masih diam.

“Al Quran menjadi obat penawar bagi hati kalian ( QS Yunus : 57 ). Jadi kalo misal kamu merasa sakit hati, coba kamu buka Al Quran,” lanjut Zayyan.

Shylla terdiam mencerna semua perkataan dokter di depannya. Dia seakan akan tahu tahu apa permasalahan Shylla.

“Tapi kenapa Allah itu jahat banget?” tanya Shylla. Zayyan. Menghela napas nya ringan.

“Allah itu tidak jahat.”

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kemampuannya. Seperti yang sudah di jelaskan di QS Al Baqarah : 286, ” jelas Zayyan.

Zayyan menjadi semakin yakin jika gadis di depannya ini membutuhkan bimbingan. Apalagi dengan hanya memiliki pengetahuan agama yang minim, Zayyan takut jika Shylla akan salah ambil langkah lagi seperti waktu dimana dia bertemu dengan Shylla untuk pertama kalinya.

Lain hal nya Shylla. Dia merasa malu jika harus berhadapan dengan pria di depannya. Dia akui diri nya pintar. Namun, jika mengenai agama seperti nya pria di depan ini jauh lebih pintar.

“Coba, sesekali kamu jika sedang ada masalah atau merasa berat. Kamu shalat. Allah itu rindu dengan suara kamu, allah rindu dengan keluh kesah kamu.”

Selepas mengatakan itu, Zayyan langsung pergi keluar agar dia memberi Shylla ruang untuk berfikir secara tenang. Agar gadis itu bisa mengambil semua makna yang ia katakan tadi.

“Sejauh inilah saya dengan engkau, sampai engkau memberikan ujian yang berat ini, ” guman Shylla dengan mata yang berembun.

To be continued!

Triangle Love with Allah (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang