sembilanbelas; Tak Terduga.

540 54 17
                                    

"Kau yakin mengenai hal ini, Hyung?"

"Seratus persen."

Taehyung maupun Minjae berdiri pada anak tangga bawah menuju lantai dua; tempat di mana Taehyung diserang pria dengan pisaunya, serta Jeongguk yang dalam mimpi Taehyung mengalami hal yang sama. Yakin sekali bahwa tempat keduanya berdiri sekarang ini adalah jalan masuk menuju dimensi yang berbeda. Menuju tatar mereka.

"Kau bilang tatar mereka hanya bisa dimasuki ketika pikiran tengah kosong atau melamun, sedang sekarang kita berdua penuh dengan kebingungan, bagaimana cara untuk mengkosongkan pikiran kalau begini?"

Taehyung juga tidak tau jawaban dari pertanyaan Minjae. Mengingat Minjae bukan seperti dirinya yang terlampau sensitif pasti tidak mudah berpindah dari satu tatar ke tatar lain.

"Pegang tanganku." Taehyung menarik tetangganya mendekat, sedang Minjae tidak mengulur waktu untuk diperintah dua kali. "Aku tidak tau ini akan berlangsung dengan berhasil atau bagaimana, setidaknya untuk beberapa saat ke depan kita tidak akan terpisah satu sama lain, jadi jangan dilepas jika bukan dalam keadaan yang sangat darurat."

"Dengan senang hati Hyung, lalu ini kita akan naik ke lantai dua sekarang?"

"Kita menunggu di sini."

"Aku hanya berharap kita tidak bertemu dengan perempuan bernama Seohyun itu. Pasti menakutkan sekali jika tiba-tiba ia muncul mendadak."

"Kau harus menyiapkan mentalmu lebih kuat dari sekarang kalau begitu."

"Aku bukannya takut." Jeda. "Aku hanya benci dikejutkan."

Dan Minjae tidak bicara lagi.

Taehyung memanfaatkan keheningan ini untuk menetralkan detak jantungnya, sekaligus memfokuskan isi fikirannya. Namun sebelum itu, ia mengetik beberapa kalimat di layar ponsel, mengirimkan pesan pada seseorang.

Setelahnya memejamkan mata.

Menunggu.

____________________

"... Yung, Tae Hyung."


Taehyung merasakan bahunya disenggol berkali-kali, buat pejaman matanya dibuka. Hawa di sekitarnya mendadak dingin, ditambah aura yang mencekam. Bukan seperti tempat yang layaknya manusia kebanyakan huni.

"Kau merasakannya?"

Minjae mengangguk. "Sepertinya kita sudah berpindah tatar."

Taehyung melirik sekitar.

Semua barang masih berada di tempat. Tidak ada perubahan yang signifikan, selain bulu kuduk Taehyung yang terus menerus bergidik ngeri karena merasa tidak nyaman.

"Kita mulai dari lantai dua."

Langkah mereka dibuat pelan, menyusuri anak tangga satu per satu. Sehening ini rumahnya, Taehyung bahkan dapat mendengar hembusan nafas Minjae yang berjalan bersamanya, bahkan mendengar deru detak jantungnya yang kuat.

Sosok kabut putih melayang di hadapan mereka dengan gerakan kilat saat keduanya mencapai anak tangga teratas, buat keduanya saling tatap. Meneguk saliva masing-masing.

"Kau mau melihat kemana dulu, Hyung?"

"Sebaiknya dari lorong kiri dahulu, kamar ayahku."

Selepas kalimat itu dikatakan Taehyung, pintu kamarnya yang berada di lorong kanan terbuka perlahan dengan sendirinya. Keduanya lagi-lagi saling pandang.

"Ingin mengeceknya?"

"Kau yakin mentalmu sudah siap?"

"Tujuh puluh persen, karena Hyung sudah menggenggam tanganku erat sejak tadi."

𝐈𝐍𝐃𝐈𝐆𝐎; 𝐒𝐎𝐔𝐋 𝐄𝐀𝐓𝐄𝐑. [KookV] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang