tujuhbelas; Kenapa Terburu-buru?

2.1K 205 48
                                    

“Bagaimana rasanya melihat sesuatu yang kau sendiri tidak ingin lihat?”

Jeongguk menoleh, Taehyung tampak tenang dengan coklat hangatnya ditangan. Saat ini keduanya memilih duduk di balkon kamar Taehyung setelah mengalami drama dimana Taehyung yang bermimpi buruk dan Jeongguk yang jatuh terjerembab karena Taehyung merasa mereka terlalu dekat. Adu mulut sebentar, lalu berakhir hening di tempat ini.

Angin malam yang bertiup lambat menghantarkan dingin yang nyaman, mungkin karena ini malam musim panas, jadi hawa yang terasa tidak sedingin musim-musim lainnya.

“Apa kau merasa aneh pada dirimu sendiri? Merasa gila? Atau spesial karena dapat melihat yang sebenarnya tidak bisa dilihat?”

Taehyung kembali menyesap coklat hangatnya lamat-lamat. Meresapi rasa manis yang menjalar disekitar lidahnya. Jeongguk masih setia menatapnya.

“Bagaimana menurutmu Jeongguk?”

“Entahlah, ada beberapa hal di dunia yang sulit diekspresikan, ataupun diungkapkan dengan perkataan, bagiku apapun yang kurasakan baik itu aneh ataupun menyulitkan,” Jeda. “Semuanya adalah bagian dari hidupku, mau tak mau aku harus terbiasa dengan keadaan, bukan berarti aku pasrah, hanya saja menunggu waktu yang tepat untuk bertindak cukup efisien bagiku.”

Taehyung mendengus. “Andai saja hidup normal itu berbayar, aku akan membayar berapapun untuk mendapatkannya, hidup berbeda itu menakutkan.”

“Kau takut menjadi berbeda?”

Jeongguk mendekat pada Taehyung, ia mengarahkan jempolnya kearah sudut bibir Taehyung. “Ada noda, maaf." lalu beringsut menjauh lagi.

“Sedikit.” Taehyung berdehem, tiba-tiba hawa sekitarannya menjadi panas sesudah Jeongguk mengelap sudut bibirnya dengan lembut tadi. Namun ia memilih untuk tidak mempedulikan. “Namun cenderung lebih tak nyaman, seperti perkataan orang-orang di sekitar, adanya cap buruk dari mereka untuk orang yang memiliki apa yang tidak dimiliki oleh orang kebanyakan dianggap sebagai pembawa sial, aku membenci spekulasi yang terus bertebaran tanpa tau apa yang dirasakan oleh orang yang dicap begitu, sangat tidak adil.”

“Iya itu memang menyebalkan, terkadang orang-orang serasa dirinya paling sempurna ketika membicarakan orang lain, padahal tau tidak ada yang paling benar di dunia ini, kecuali yang Menciptakan manusia,” Jeongguk menimpali.

Hening sejenak.

“Tae, aku sudah tau."

Perkataan Jeongguk yang tiba-tiba membuat Taehyung menoleh dengan penasaran. “Tau... Apa?”

Jeongguk menatap balik.

“Tentang apa yang telah terjadi dan tengah terjadi pada dirimu, juga soal kemampuan spesial yang berusaha kau sembunyikan.”

“Ba-bagaimana bisa?”

Bohong Taehyung tidak terkejut, karena sekarang ia membulatkan matanya dengan jantung yang berdetak begitu kencang.

Kemungkinan-kemungkinan terburuk menyeruak dipikirannya dengan cepat.

“Tidak usah terlalu terkejut begitu, lihat.” Jeongguk mengusap alis Taehyung yang terangkat. Bermaksud untuk menurunkannya. “Alismu sampai naik begini."

“Jeongguk serius, kau—bagaimana bisa? Darimana kau mengetahuinya?”

“Minjae, aku bertanya padanya karena dari awal pandanganku tentangmu sudah berbeda, bukan berarti kau aneh, bukan, ini seperti ada yang kau sembunyikan. Ingat ketika kita di taman belakang sekolah seminggu atau lebih yang lalu? Dari situ aku sudah menangkap ada yang berbeda darimu."

“Lalu kita bicara tentang wanita muda yang pernah kulihat waktu mengantarmu pulang untuk pertama kali, aku bisa melihatnya bukan berarti aku sama seperti dirimu, aku orang biasa, kurasa wanita itu menampakkan wujudnya karena mengira aku dekat denganmu.”

𝐈𝐍𝐃𝐈𝐆𝐎; 𝐒𝐎𝐔𝐋 𝐄𝐀𝐓𝐄𝐑. [KookV] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang