Seketika, mata Sasuke memicing. "Kau bertukar pesan dengan siapa?"
Hinata mengambil duduk. Bibirnya tertekuk karena Sasuke merusak semua bunga-bunga yang bermekaran di hatinya.
Padahal, sesaat lalu, dia dan Naruto sudah susah payah menanamnya dengan sepenuh hati, tetapi, Sasuke datang dan menginjak-injak tanpa paham situasi.
"Tidak ada. Kakak mengganggu. Aku mau tidur, keluarlah."
"Kau bertukar pesan dengan siapa?"
"Sudah kubilang, tidak ada."
Sasuke masih ingat gelagat Hinata beberapa detik lalu; senyum-senyum dan menggeliat tidak jelas. Mana mungkin ia akan percaya begitu saja.
"Berikan ponselmu."
"Apa?!" Hinata tidak terima. "Kenapa harus? Memangnya, aku pernah melihat isi ponsel Kakak? Tidak sopan."
"Naruto?"
Hinata terkejut saat nama Naruto disebut.
"A-Apa maksud Kakak?"
"Kau saling menghubungi dengannya?" Memang pemuda itulah yang saat ini memegang kecurigaan Sasuke paling tinggi.
"Bukan! B-Bagaimana mungkin? Kami ... bahkan tidak dekat," Hinata memberi penjelasan.
Tatapan Sasuke semakin sengit.
"Aku bertukar pesan dengan Sakura," akhirnya, Hinata membuat alasan lain.
Sakura? Sasuke berpikir sejenak. Dia mengetahui gadis itu walaupun tidak mengenalnya secara baik. Yang pasti, dia orang yang sering bersama Hinata. Perempuan cerewet yang sangat merusak udara sekitar.
"Kau pikir aku akan--" Sasuke terdiam. Hinata menghadapkan layar ponsel padanya, di mana nama Sakura tertera di barisan paling atas.
Satu pesan yang belum dibaca di sana bertuliskan 'Hehehe'.
"Kami membahas tentang target nilai ujian nanti."
Sasuke tidak menanggapi, tapi matanya berbicara banyak.
"Kakak tidak percaya? Mau kubuat bicara dengannya? Tanyakan langsung kalau memang berpikir aku bohong."
"Coba."
Hinata termakan perangkapnya sendiri. Padahal ia hanya menggertak, karena tahu Sasuke paling tak suka diminta bicara dengan orang yang tidak dekat dengannya.
Lebih sial lagi, ponsel Hinata malah menyatakan panggilan masuk yang berasal dari kontak dengan nama 'Sakura'.
Hinata meringis dalam hati.
"Ini pasti alasan Kakak supaya bisa bicara dengan Sakura, 'kan?" Hinata mencoba membalikkan keadaan. Mungkin terkesan mengada-mengada, namun setidaknya, ini bisa menambah waktu untuk mencari alasan.
Kening Sasuke mengernyit. Apaan!
"Hinata, Sasuke, kenapa berisik sekali malam-malam begini?"
Beruntung, Ibu datang ke depan pintu kamar.
Hinata tentu tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. "Ibu, Kakak menggangguku. Dia tidak mau pergi."
Sasuke memberi decakan kecil saat Ibu menatapnya. Tanpa respon lebih jauh, Sasuke sudah melangkah pergi.
.
.
Naruto baru selesai memarkirkan sepeda saat sebuah sapaan dari belakang, membuat pemuda itu menoleh.
Ada Kiba dan Deidara yang sedang berjalan menghampirinya. Tampaknya, mereka juga baru tiba.
"Kau terlihat lebih cerah hari ini," Kiba berkata. Sangat mudah untuk menebak suasana hati orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Attack [ NaruHina ]
FanfictionJadi Hinata itu lumayan rumit. Punya cinta kepada Namikaze Naruto sang senior tampan pujaan hati, tapi juga punya Uchiha Sasuke sebagai kakak banyak aturan yang protektifnya setengah mati. "Kau tidak lupa apa yang sudah kubilang, 'kan? Jangan dekat...