Flashback
Yang Hinata lakukan saat ini bukanlah atas sebuah perintah, melainkan karena inisiatif diri sendiri.
Beberapa saat lalu, ada pemaparan materi dari para ahli yang mengharuskan semua penghuni sekolah mengikutinya di aula. Setelah kegiatan selesai, Hinata memberikan bantuan. Bukan hanya dia, namun juga beberapa teman seangkatan ikut serta di dalamnya.
"Untung saja aku menarikmu ikut kegiatan, kalau tidak, setelah ini kau pasti dapat masalah."
Obrolan dari dua orang di sana terdengar jelas oleh Hinata.
"Guru Anko sudah mencatat siapa-siapa saja yang tidak datang. Berterimakasihlah karena aku sudah menyelamatkanmu."
"Hahh ... menyebalkan sekali. Kenapa mereka harus datang mendadak seperti tadi? Padahal, aku sudah menunggu kelas renang."
"Kalau aku malah terselamatkan karena tadi sedang jam Biologi, haha."
Diam-diam, Hinata ikut tersenyum. Benar juga, sebelum ini, kelasnya juga sedang diisi oleh Guru Anko. Namun, karena ada kegiatan ini, mereka membatalkan urusan belajar di kelas. Secara tidak langsung, Hinata juga terselamatkan dari suasana kelas yang begitu tegang.
"Maaf ..."
Mendengar teguran dari arah belakang, Hinata menoleh.
"Apa pekerjaanmu sudah selesai?"
"Iya, Kak."
"Kalau begitu, aku bisa minta tolong? Kursi ini rusak. Aku ingin membawanya, tapi aku juga diminta untuk membereskan pekerjaan lain."
"Tentu. Ini mau dibawa ke mana, Kak?"
"Ke atap sekolah. Di sana ada tempat penumpukan kursi yang sudah tidak terpakai lagi."
.
.
Akhirnya sampai.
Hinata tidak menyangka bila membawa dua lembar kursi untuk menaiki tangga -- rasanya akan semelelahkan ini.
Ketika pintu menunju atap sekolah terbuka, Hinata disambut oleh matahari yang cerah dan juga semilir angin yang membuat helaian rambutnya bergerak kecil.
Setelah meletakkan kursi tersebut, Hinata tidak langsung kembali ke bawah. Ia memutuskan berdiri di sisi pembatas untuk memandangi alam di hadapannya.
Senyumannya hadir dengan lembut. Mungkin, ia bisa mengajak Sakura datang ke sini juga.
"Aku harus ke kelas."
Puas berada di sana, Hinata bermaksud turun.
Tetapi, suara kecil seperti orang sedang berbicara, membuat ia memilih mendekati sebuah tabung penampungan besar di sana dan mengintip diam-diam.
"Terserahlah. Aku tidak suka mengikuti kegiatan membosankan seperti itu."
Hinata yakin, orang itu pasti salah satu murid yang tidak mengikuti kegiatan di aula.
"Jangan katakan jika aku--oh!"
Melihat wajah terkejut itu, Hinata juga ikut terkejut. Bahkan mungkin rasa terkejutnya lebih besar sampai Ia bergerak mundur dengan cepat dan kepalanya terbentur palang di belakangnya.
Teng!
"Akh!"
"Kau baik-baik saja?" Pemuda yang semula sedang asyik bermain gim di ponsel, lekas mendekat.
Tetapi, ia kembali terkejut. "Hm? Kau lagi."
Hinata jadi salah tingkah. Sambil memegang kepalanya yang masih sakit, ia mencoba mundur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Attack [ NaruHina ]
Fiksi PenggemarJadi Hinata itu lumayan rumit. Punya cinta kepada Namikaze Naruto sang senior tampan pujaan hati, tapi juga punya Uchiha Sasuke sebagai kakak banyak aturan yang protektifnya setengah mati. "Kau tidak lupa apa yang sudah kubilang, 'kan? Jangan dekat...