"Boleh aku menciummu?"
Awalnya, Naruto sempat mengira kalau Dewi Keberuntungan sedang memberi kelonggaran bagi mereka.
Sebagai pasangan yang jarang bertemu dan menghabiskan waktu bersama, sentuhan fisik adalah sesuatu yang terlampau minim terjadi antara keduanya.
Itulah kenapa, Naruto tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan saat Hinata memberinya izin.
Hinata yang sudah memejamkan mata, membuat jantung Naruto bertalu-talu senang.
Jarak mereka masih terbentang beberapa senti, tapi aroma manis dari pewarna bibir Hinata sudah membuat Naruto bisa menebak seberapa lembut bibir sang kekasih.
Tidak apa-apa. Karena Hinata gadis yang lembut, Naruto akan memulainya dengan lembut pula.
Tapi, setelah dia terbiasa, Naruto akan meningkatkannya ke ciuman lid--ARGH!
Naruto tersentak pelan. Matanya terbuka saat Hinata tiba-tiba menjauh.
Gadis itu menjaga jarak dengan melangkah mundur. Naruto hampir saja tersungkur ke depan.
Apa Hinata mendadak berubah pikiran?
Tak!
Namun, suara pintu yang digeser hingga terbuka lebar, membuat pemuda itu menoleh.
Naruto mendesis dalam hati disertai makian tanpa suara. Pantas saja Hinata menjauhkan diri.
Ada Uchiha Sasuke.
Mata dingin itu sekarang sedang menatap dua orang di hadapannya secara bergantian; pada Hinata yang berdiri lurus menghadap padanya, dan Naruto yang seperti orang nyaris terjatuh di sana.
"Rapatnya sudah selesai?"
Sasuke mendekat saat Hinata bertanya. Satu hal yang ia tangkap, suara adiknya sedikit bergetar.
"Apa yang kau lakukan?" Setelah berdiri di sisi Hinata, Sasuke berkata. Ia menatap Naruto dengan dingin sekali. "Kau mendekati adikku?"
"A-Apa?" Entah mengapa, Naruto tergagap. "Tidak, aku tidak--"
"Tidak begitu. Kak Naruto hanya datang karena Guru Kakashi memintanya mengambil sesuatu," Hinata ikut menjelaskan.
Sasuke melirik singkat melalui pudak, tapi tidak menyurutkan niatnya untuk kembali menatap tajam Naruto.
"Kau tidak lupa apa yang sudah kubilang, 'kan? Jangan berdekatan dengan laki-laki, terlebih yang kuning busuk."
Kuning busuk?
Naruto tersinggung. Mulut Uchiha satu ini memang mengumpan pertikaian.
Kenapa tidak sekalian saja bilang yang mengambang di sungai?!
"Kak Sasu!" suara Hinata sedikit meninggi. Sebelum Sasuke makin menyulitkan keadaan, lebih baik, ia bertindak cepat. "Ayo, kita pulang saja."
Sasuke belum bergerak.
"Kakak!"
Akhirnya, pemuda itu menghela napas. "Jika berani mendekat adikku, kau berhadapan denganku." Setelahnya, Sasuke berjalan keluar tanpa kata-kata yang lebih banyak.
Hinata menghela napas. Ia bergegas pergi setelah sebelumnya mengucapkan kata 'maaf' pada Naruto melalui bahasa tubuh.
Naruto tersenyum.
Tetapi, setelah Hinata dan Sasuke tak lagi terlihat, ia mendengus.
Payah! Padahal tinggal sedikit lagi.
.
.
Me
[ Aku minta maaf untuk yang tadi. ]
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Attack [ NaruHina ]
FanfictionJadi Hinata itu lumayan rumit. Punya cinta kepada Namikaze Naruto sang senior tampan pujaan hati, tapi juga punya Uchiha Sasuke sebagai kakak banyak aturan yang protektifnya setengah mati. "Kau tidak lupa apa yang sudah kubilang, 'kan? Jangan dekat...