7

696 135 56
                                    

"Kak Sasu ..."

Hinata hanya bisa tertunduk. Jika sudah begini, ia tidak mampu mengelak.

Kata orang, cinta itu bisa membuat mata buta dan pikiran lupa akan segalanya. Mungkin, itulah yang terjadi hingga Hinata lalai bila Sasuke masih ada di sekolah.

"Kau!"

Hinata tersentak. Bentakan Sasuke bukan tertuju padanya, namun, ia langsung sembunyi di balik tubuh Naruto.

"Kau menganggap lelucon peringatanku? Sudah kubilang, jangan--"

"Memangnya, di mana letak kesalahan bila kami bersama?"

Meskipun Naruto menjawab begitu tenang, tapi, dampaknya menciptakan badai dalam diri Sasuke.

Di mana letak kesalahan bila mereka bersama?

Tatapan Sasuke melirik tangan Naruto yang menggenggam jemari Hinata.

"Menyentuh adikku, dan itu masalah besar untukku," Sasuke berkata.

Bukankah dengan begini Naruto sudah mengakui jika dia memiliki hubungan bersama adiknya?

Oh astaga, Sasuke cukup takjub.

Siluman kadal kuning biadab! Selama beberapa waktu ini ia berlagak sok sekali di depannya, seolah-seolah tidak punyak salah apa pun. Tapi ternyata, bermain kurang ajang di belakangnya.

"Berani sekali kau--"

"Kakak!" Hinata berseru cepat. Mulut Sasuke itu beracun. Jangan nilai seberapa dingin dan irit bicara dia selama ini. Karena jika sudah mengatai dan menghina orang lain, bibirnya tidak punya rem.

"Kau membentakku?" Sasuke menarik sang adik, hingga pegangan Naruto di tangannya langsung terlepas.

"Ah!"

"Hei, apa yang kau--" ucapan Naruto tidak berlanjut.

"Ini peringatan terakhir untukmu," penuh penekanan, Sasuke berkata. "Jangan mendekati adikku lagi."

Setelah mengatakannya, Sasuke membawa Hinata pergi.

Rahang Naruto mengetat. Kalau saja tidak berpikir ada Hinata, mungkin biji mata Sasuke sudah disentil berkali-kali. Cara menatapnya membuat darah mendidih.

.

.

Sepenuh tenaga, Hinata berusaha melepaskan diri cari cengkeraman Sasuke.

Hal itu berhasil dilakukan ketika mereka sudah berada di jalan menuju ke rumah.

"Kakak membuat tanganku sakit."

"Sudah sejak kapan?" Bukannya merespon keluhan sang adik, Sasuke menerjang dengan pertanyaan.

Maksudnya, hello~

Sasuke memang melarang Hinata dekat dengan pria, setidaknya sampai dia mencapai kedewasaan.

Tapi, meskipun nanti Hinata sudah dewasa, Sasuke tidak sudi bila harus si Namikaze yang mendapatkannya.

"Apa maksud--"

"Berhenti berlagak bodoh, Hinata. Sudah berapa lama kau dekat dengan dia?!"

Hinata jadi tidak berani menunjukkan sikap membangkang. Namun, ia juga tidak ingin diperlakukan seperti ini.

"Memangnya, kenapa kalau aku dekat dengan Kak Naruto? Dia orang baik."

Kak Naruto, Kak Naruto. Sasuke geli sekali mendengar Hinata memanggil Naruto seperti itu.

"Baik dari mananya?! Hanya pria tidak normal yang berdekatan dengan lawan jenis dan tidak merasakan apa-apa. Pada dasarnya, semua laki-laki itu memiliki jalan pikiran yang sama saat melihat perempuan."

Love Attack [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang