"Kenapa kau menamparnya?"
Keduanya sudah berada di tangga ketika Saara membuka obrolan. Mereka sedang berjalan turun dengan tujuan kembali ke kelas.
"Aku tahu itu hanya alasan Kak Naruto saja." Saara bukanlah orang yang mudah dibodohi. Baginya, penjelasan Naruto terlalu mengada-ngada. "Apa yang terjadi?"
"Tidak. Aku memang hanya ingin--"
"Sungguh? Apa itu yang sebenarnya?"
Sempat terhenti dalam menjawab, Hinata mengangguk kecil.
"Hmm ..." Pandangan Saara mengarah ke depan. Raut wajah gadis itu hanya datar semenjak mereka keluar dari ruang kesehatan. "Lalu, kenapa Kak Naruto ada di sana?"
"Aku tidak sengaja bertemu dengannya."
"Bertemu di ruang kesehatan?"
"Bukan, kami bertemu di tangga."
"Dia menawarkan bantuan?"
Sejenak, langkah Hinata terhenti. Padahal, Saara bukanlah orang yang terlalu suka ikut campur urusan orang lain, apalagi sampai terkesan mengulik.
Tapi sekarang, mendadak saja dia jadi lebih banyak bertanya dari biasanya, walau memang pertanyaan itu masih dalam takaran wajar.
"Ya, dia menawarkan bantuan."
Setelah itu, senyuman tipis mengembang di bibir Saara. "Dia memang orang yang baik."
"Kenapa kau datang ke ruang kesehatan?"
"Aku mencarimu dan katanya kau diminta Guru Shizune ke ruang kesehatan."
"Oh ..."
.
.
Dari bagian sudut manapun, ruang kelas tampak begitu ramai.
Tak adanya kegiatan belajar yang berlangsung, menjadi alasan para murid sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Ada sebuah dudukan yang berada di dekat jendela, dan di sanalah Namikaze Naruto menempatkan diri.
Deidara dan Kiba juga bersama dengannya. Dari tadi, mereka asyik berbincang tentang topik para lelaki; olahraga, video game, dan sesuatu yang lucu.
Dibanding Kiba dan Deidara, Naruto sebenarnya termasuk yang paling tenang di mata orang-orang. Bahkan, saat ini dia lebih sibuk berkutat dengan komik daripada banyak bersuara.
Tenang, tampan, ramah dan suka menolong.
Tidak heran bila seringkali membuat para gadis salah paham dengan perlakuannya.
"Kalian sudah dengar berita yang beredar?" Kini Kiba mulai merambat ke hal berbau gosip.
"Berita apa?" Deidara.
"Katanya, ada murid yang kedapatan melakukan sesuatu yang tidak senonoh saat jam istirahat tadi."
Naruto yang begitu asyik menikmati bacaannya, kini menatap Kiba dengan was-was.
"Konohamaru melihat mereka secara diam-diam."
"Sungguh?!"
"Katanya begitu, tapi dia belum mau melaporkannya ke pihak sekolah," Kiba berbisik pelan. "Mereka peluk-pelukan di tempat sepi, hahaha."
"..." Naruto kehabisan tindakan. Apa mungkin yang dimaksud itu--
"Konohamaru melihat mereka di ruang musik lama."
Tetapi, setelah mendengar kata 'ruang musik', Naruto merasa dihempas angin kecil.
Kalau di ruang musik, berarti bukan dia dan Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Attack [ NaruHina ]
FanfictionJadi Hinata itu lumayan rumit. Punya cinta kepada Namikaze Naruto sang senior tampan pujaan hati, tapi juga punya Uchiha Sasuke sebagai kakak banyak aturan yang protektifnya setengah mati. "Kau tidak lupa apa yang sudah kubilang, 'kan? Jangan dekat...