15

1.3K 126 54
                                        

Baru saja berniat turun ke lantai satu untuk mengambil camilan, Hinata sudah dibuat terpaku di anakan tangga.

Setahu Hinata, Ibu dan Ayah sedang pergi. Di rumah hanya ada dirinya dan Sasuke yang beberapa saat lalu berkata ingin keluar sebentar.

Tapi sekarang, ia melihat ada orang yang mendiami ruang tamu.

Bergeser ke sisi lain, Hinata semakin terkejut lagi saat mendapati kemunculan Sasuke dari area dapur. Tidak membawa apa-apa, tapi, dia ... berdiri di dekat Naruto, seolah ...

"..." Hinata terdiam.

Tunggu, sejak kapan kakaknya dan Naruto terlihat dekat?

"Kenapa?" Sorot tidak menyangka Hinata membuat Sasuke bertanya. Meskipun sudah tahu alasannya, namun, pemuda Uchiha ini berlagak tidak paham. "Kau mau ke mana?"

"K-Ke dapur," Hinata berkata dengan nada patah-patah. Saat Naruto menoleh dan membalas tatapan, ia langsung berpaling seakan-seakan tidak merasa penasaran dengan kemunculan Si Mantan di rumah mereka.

Hinata berlalu. Sasuke melirik pada Naruto yang duduk manis di sofa.

Sial. Sesungguhnya, Sasuke sangat tidak rela melakukan semua ini.

Ketika Naruto mengajak ia membuat sebuah kesepakatan, Sasuke sudah sangat curiga dan tidak senang.

Dan kecurigaan itu menjadi nyata ketika dengan kurang ajarnya si Namikaze berkata;

"Aku akan membantumu mendapatkan gadis yang kau inginkan, asalkan kau juga mau membantuku dekat lagi dengan Hinata."

What the iyuu~

Permintaannya sama saja dengan memohon agar udara di seluruh dunia cukup dibungkuskan untuk dirinya sendiri. Mustahil dan takkan pernah terjadi.

Namun sialnya, saat itu Sasuke malah terpengaruh oleh ungkapan-ungkapan penuh harapan yang dia berikan.

"Percaya padaku. Hal ini akan berhasil."

Sasuke sendiri bahkan tidak menyangka bila dirinya akan sekonyol ini mau menyetujui.

Gampangan sekali, bukan?

Ia seolah menjual harga dirinya sebagai seorang kakak yang melindungi adik dari hewan buas, hanya demi seongok manusia yang ... yang ... yang berhasil mencuri hati.

"..."

Sial.

"Kau masih ingat rencana kita, 'kan?"

Sasuke ingat rencananya, tapi, tidak ingat sejak kapan Naruto mulai berani mengaturnya. Ucapan yang baru saja ia katakan -- seakan-seakan dialah bos-nya di sini.

Tanpa menanggapi, Sasuke sudah berjalan ke arah dapur dengan kesal. Ia menyusul Hinata yang sedang berdiri termenung di dekat meja.

"Hinata."

Saat namanya dipanggil, Hinata tersentak pelan.

"Kakak mengagetkanku." Hinata melanjutkan kegiatan memasukan potongan semangka ke piringnya. "Kenapa?"

"Aku boleh minta tolong?"

Hinata melirik.

"Belikan obat di apotik. Perutku sedang sakit. Sepertinya, aku salah memakan sesuatu atau asam lambungku sedang kambuh."

Hinata mengernyit, Sasuke memang punya riwayat sakit maag karena kerap terlambat makan.

"Ini sudah malam. Aku tidak berani pergi sendiri. Tunggu Ibu saja."

"Agh ..." Sasuke merintih pelan. "Tidak bisa. Aku butuh sekarang." Sejenak, ia melirik pada Naruto. "Padahal, kami baru saja berencana ingin mengerjakan tugas bersama karena besok harus dikumpulkan. Aku tidak enak jika memintanya pergi sekarang. Orang itu--maksudku Naruto sudah terlanjur datang."

Love Attack [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang