11

618 109 42
                                        

"Ibu?!"

Naruto tidak butuh aturan etika, karena yang mesti ia lakukan sekarang adalah memastikan keadaan sang Ibu yang kabarnya baru saja mengalami kecelakaan.

Di atas ranjang, didapatinya Namikaze Kushina sedang memejamkan mata, ditemani seorang wanita yang merupakan asisten rumah tangga di kediaman Namikaze.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" Naruto bertanya cepat.

"Nyonya jatuh dari tangga."

"Jatuh dari tangga?" Naruto terkejut. Tampaknya, ini cukup serius. "Lalu, kenapa tidak langsung dibawa ke rumah sakit? Kenapa hanya--"

"Kau berisik sekali, Naruto."

Naruto tersentak. Saat ia menoleh, sang Ibu sudah membuka mata.

"Ibu masih sadar?"

"Kau berharap Ibu kritis?" Kushina menyingkap selimut yang membungkus tubuhnya. "Kaki Ibu hanya terkilir."

Terkilir?

Ya ampun. Sudah Naruto duga, seharusnya, ia tak perlu cemas berlebihan. Tulang Ibunya bahkan lebih kuat daripada besi dan kulitnya setebal kulit badak.

"Lalu, kenapa sampai menghubungiku?"

"Ayame panik."

Naruto menoleh. Tawa kikuk Ayame membuatnya memejamkan mata sejenak.

Astaga. Naruto sampai meninggalkan Hinata karena mengira ada hal serius.

"Memangnya, apa salahnya? Biarpun hanya teriris pisau di ujung jari, seorang anak tetap harus khawatir pada Ibunya."

"Kalian keterlaluan."

"Keterlaluan? Kau tidak lihat ini? Ibu benar-benar cedera. Kau memang tidak ada pedulinya pada orang tua."

"Tidak peduli bagaimana? Demi Ibu, aku sampai meninggalkan pa--" Naruto terdiam.

"Pa, apa?"

Naruto menimang sejenak, setelah itu berdecak lidah. Sudahlah.

"Ibu baik-baik saja, 'kan?"

"Kau meremehkan Ibu? Yang seperti ini tidak ada apa-apanya."

Tidak peduli salah, peduli pun salah. Semua serba salah.

"Syukurlah."

"Kau mau ke mana sekarang?"

"Mau mandi."

"Setelah itu, pergilah ke tempat Pamanmu Nagato. Sepertinya, dia perlu bantuan."

.

.

Untuk pertama kalinya semenjak mereka berpacaran, Hinata tidak ragu lagi untuk mengajak Naruto pulang bersama.

Dan untuk pertama kalinya semenjak mereka berpacaran, Hinata juga langsung dibuat merasakan menunggu seperti orang bodoh.

Rasanya, mustahil bila Naruto melupakan janji mereka. Dia  tahu kalau Hinata ada di lapangan belakang dan berkata akan menyusul sesudah urusannya selesai.

Namun, selama apa pun Hinata di sana, pemuda itu tidak menampakkan eksistensi.

Karena lelah, Hinata sempat datang ke ruang klubnya. Secara kebetulan, dia bertemu dengan seorang senior dan mendapat penjelasan bila rapat mereka sudah selesai sejak tadi.

Inilah yang membuat Hinata seketika terkejut.

Lalu, kenapa Naruto tidak datang?

Hinata coba berpikir positif. Mungkin Naruto memiliki urusan mendadak yang membuatnya lupa.

Love Attack [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang