10

675 99 61
                                    

Orang-orang dalam ruangan itu tak ada yang berkutik.  Mereka terlampau kaget, hingga hanya bisa menatap dan menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mata Naruto dan Sasuke bertemu dengan sorot tajam yang sama.

Satu saja gerakan atau ucapan yang memprovokasi, kepalan tangan dari salah satunya mungkin akan melayang dengan segera.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

Namun apalah daya, suara teriakan yang berasal dari posisi lain, berhasil membuyarkan keadaan.

Semua serempak tersentak.

Sepertinya, kericuhan ini sudah berhasil menarik perhatian seorang guru yang kebetulan melewati area tersebut.

Secara perlahan, cengkeraman Naruto pada kerah pakaian Sasuke terlepas, disambung dengan decakan tipis pada bibirnya.

"Apa yang terjadi? Kalian mau berkelahi?"

Tidak ada yang menjawab. Bukan hanya Naruto dan Sasuke, bahkan murid di sekeliling ikut bungkam tanpa berani menyambung kalimat.

"Uchiha Sasuke, kau lupa dengan posisimu di sekolah ini? Kenapa memberi contoh buruk di hadapan teman-temanmu?!"

Sasuke tertunduk.

"Dan kau Namikaze Naruto, ingin menambah buruk kelakuanmu dengan berkelahi di sekolah? Kau pikir dirimu preman?!"

Dalam hati, Naruto mendesis. Ia tidak akan begini kalau mulut Sasuke tidak berkedut-kedut seperti pantat ayam.

"Kalian semua ..." Sejenak, Iruka melirik sekeliling. Membalas tatapan para murid yang masih memperhatikan. "Apa yang lihat? Ini bukan sesuatu yang pantas untuk ditonton. Mereka bukan artis. Bubar!"

Secara bergilir, orang-orang di ruangan tersebut mulai pergi. Sebagian tanpa komentar, dan sebagian lagi menyayangkan kedatangan Guru Iruka yang terkesan mengganggu.

Padahal, mereka mungkin saja bisa melihat perkelahian yang menarik.

"Kenapa masih di sini?" Kini, Iruka bertanya pada Deidara dan Kiba yang belum beranjak.

"K-Kami menunggu Naru--"

"Tidak usah ditunggu. Mereka masih berurusan denganku. Kalian berdua, pulang sekarang!"

"Ba-Baik, Guru."

.

.

Mendapatkan omelan setelah melakukan kesalahan, merupakan hal yang biasa bagi para murid.

Meskipun bisa dikatakan peristiwa antara Naruto dan Sasuke terjadi di saat jam sekolah telah usai, tetapi, mereka melakukannya masih di lingkungan sekolah.

Mau adu skill gulat? Silahkan lakukan di ring-nya. Bukan di ruang loker dan membuat kekacauan di depan murid-murid lain. Ini adalah contoh yang begitu buruk, terlebih mereka sudah di tingkat senior.

Jadi, sebagai bentuk apresiasi dan kemurahan hati Guru Iruka, beliau tidak hanya melontarkan omelan dan nasehat yang panjang-lebar, tetapi juga bonus membersihkan lapangan indoor, yang kebetulan lantainya belum di pel.

Naruto berada di ujung lapangan, dan Sasuke berapa di ujung lainnya.

Seolah berganti lokasi di Kutub Utara, suasana mereka begitu dingin satu sama lain.

Tak ada obrolan. Jangan harap. Lagi pula, apa yang mau diobrolkan dua pemuda berdarah panas dengan ego dan emosi yang belum dapat terkontol dengan baik?

Setelah bersih-bersih, mau pulang bersama?

Bokong! Memangnya mereka sepasang kekasih?!

Metode pembersihan ini sengaja mereka lakukan dari bagian ujung. Yang secara tidak langsung, hal tersebut membuat jarak keduanya menjadi semakin dekat seiring dengan kian ketengah mereka membersihkan.

Love Attack [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang