6

695 119 34
                                    

Hinata sudah pernah berkata bila menyentuh ponsel orang lain, terlebih mengotak-atik dan memeriksa isinya, merupakan tindakan yang jauh dari kata sopan-santun.

Tetapi, untuk sekarang, Sasuke tidak peduli sama sekali.

Nam yang terpampang di layar ponsel membuatnya ingin tahu -- Sakura siapa yang sebenarnya selalu saling menghubungi Hinata.

Tangan Sasuke sudah hampir mencapai benda tersebut, namun mendadak saja, pintu depan terbuka dengan Hinata yang datang bersama napas sedikit terengah.

'Benar tertinggal di sini,' Hinata membatin. Melihat Sasuke berdiri tepat di dekat ponselnya, ia langsung menerjang begitu cepat.

Hembusan angin saat tubuhnya mendekat, membuat rambut Sasuke sedikit berkibar.

Ini bahaya. Sangat-sangat bahaya.

"Hinata ..."

Hinata tersentak hanya karena namanya disebut. Tanpa sadar, ia menggeser layar ponsel untuk menolak panggilan yang terjadi, lantas berpura-pura menelpon.

"Ya, Sakura, ponselku sudah ketemu." Tanpa ingin membuang waktu lagi, Hinata segera beranjak dari tempat. Ingin menghindar sebisa mungkin.
.

.

Naruto setia menunggu. Deru panggilannya masih terus terdengar sejak tadi.

Semalam, Naruto merasa Hinata sedikit berbeda. Tampaknya, sedang terjadi sesuatu, sehingga dia tidak merespon dengan semangat saat mereka bicara. Hinata juga menyudahi obrolan lebih cepat dari biasanya.

"Maaf ya, Kak. Aku tutup dulu. Aku mau segera istirahat."

Entah dia ada masalah atau tak enak badan, dan itulah alasan Naruto menghubunginya pagi ini.

Tapi sayang, respon yang diterima sedikit membuat pemuda itu terkejut. Hinata mematikan panggilan begitu saja.

Naruto tidak ingin berpikiran negatif, mungkin saja ia menelpon di saat yang tidak tepat.

Pelan, hembusan napas lolos dari mulut Naruto. Lebih baik, ia melanjutkan perjalanan ke sekolah.

Ia lanjut mendayung sepedanya, tapi--

"Akh!"

Naruto terkejut. Saat berbelok, ia tak sengaja menabrak seseorang.

Ponselnya ikut terlempar dan layarnya retak karena menghantam permukaan jalan.

Ketika meraihnya, Naruto mendesis dalam hati.

Tidak mau menyala.

"Aw ..."

Mendengar suara rintihan dari depan, Naruto mendongak.

Dia adalah teman Hinata. Jika tak salah, namanya Saara.

"Kau baik-baik saja?" Naruto menghampirinya. Ada luka kecil yang ia lihat ketika Saara mengangkat tangan.

"Sakit."

Naruto jadi merasa bersalah. Semua terjadi karena dia tidak fokus pada jalanan.

"Maafkan aku. Ini salahku karena tidak memperhatikan jalanan."

"Aku baik-baik saja, Kak. Tidak perlu dipikirkan."

"Tetap saja ..." Naruto melirik sekitar. "Ah! Ayo, kuantar pergi membeli plester."

"Tidak perlu, Kak, aku--"

"Aku akan semakin merasa bersalah kalau tidak melakukan apa-apa untukmu. Ayo, jangan menolak."

Love Attack [ NaruHina ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang