Beberapa Waktu Kemudian
CROT!
Sudah, akhirnya Naruto menyelesaikan semprotannya.
Sambil menyeka peluh, Naruto meletakkan kran air yang digunakan untuk menyiram tanaman dan lapangan kecil dekat gedung lab. Beberapa saat lalu, kepala sekolah meminta bantuan untuk itu.
"Rajin sekali murid kesayangan kepala sekolah."
Kiba yang berada di sana bersama Deidara, kini memberi ejekan. Mereka sedang menunggu Naruto dari tadi, dan sengaja menggodanya.
"Aku sedang kepanasan, jangan mengumpanku." Naruto berdecak pelan. Ia mendekat dan duduk di samping Deidara. "Kenapa panas sekali hari ini?"
"Mungkin karena sebentar lagi akan hujan. Disana sudah terlihat mendung." Deidara menunjuk bagian langit yang sudah gelap.
Benar juga, kemungkinan, hujan akan terjadi. Lalu, apa gunanya Naruto diminta menyiram?
Membuat kerjaan saja.
"Hei, aku masih penasaran soal ini," mendadak saja, Kiba mengalihkan pembicaraan. "Apa yang sebenarnya terjadi antara kau dan Sasuke?"
Semenjak kejadian waktu itu, Naruto tidak memberi penjelasan apa pun. Beberapa kali ditanya, dia selalu menghindar.
"Aku juga penasaran," Deidara menambahkan.
"Tidak ada gunanya bercerita. Kalian tidak akan bisa membantu apa-apa."
"Kau terlalu menganggap remeh kami. Memangnya, bantuan apa yang bisa--" perkataan Kiba tidak berlanjut.
Kehadiran seorang gadis yang berdiri di hadapan mereka, membuat Kiba dan Deidara saling melirik.
"Kak Naruto ..."
Raut wajah Naruto menatap heran. "Ada apa? Kau ada urusan denganku?"
"Tidak juga ..." Saara tersenyum tipis. Sebotol minuman ia sodorkan tepat di hadapan si pemuda.
"Balasan karena Kak Naruto sudah menolongku saat itu."
"Menolongmu?"
"Waktu tanganku terluka."
Saara malah mengingatkan lagi tentang kejadian itu. Naruto jadi merasa tidak enak. "Itu karena kesalahanku. Tidak perlu membalas apa-apa."
"Tidak." Saara menggeleng. "Biar begitu, Kak Naruto sudah berbaik hati padaku. Aku merasa berhutang budi dan tetap ingin Kakak menerima ini. Kakak baru selesai menyiram, 'kan? Minumlah supaya tidak kehausan."
Merasa bersalah bila tidak meresponnya, akhirnya, Naruto menerima. "Baiklah, terima kasih."
"Um. Kalau begitu, aku pergi dulu. Semangat selalu, Kak."
Setelah kepergian Saara, Kiba langsung menyenggol-nyenggol pundak Naruto.
"Apa ini? Kau sedang pendekatan dengan adik tingkat sekarang?"
"Bukan begitu."
"Memangnya, apa yang terjadi antara kalian? Dia terlihat sangat perhatian padamu."
"Kalian ada-ada saja," Naruto mencoba mengabaikan kekehan dua orang di dekatnya. Botol minuman pemberian tersebut dibuka, kemudian diteguk dengan nikmat. "Segar sekali."
"Pemberian dari gadis cantik memang sangat menyegarkan, hahaha."
.
.
Setelah hanya mendung, kini, hujan sudah turun di luar sana.
Hujan, perpustakaan dan sendirian. Ini memang kombinasi paling sempurna bagi hati yang dilanda kebimbangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Attack [ NaruHina ]
Fiksi PenggemarJadi Hinata itu lumayan rumit. Punya cinta kepada Namikaze Naruto sang senior tampan pujaan hati, tapi juga punya Uchiha Sasuke sebagai kakak banyak aturan yang protektifnya setengah mati. "Kau tidak lupa apa yang sudah kubilang, 'kan? Jangan dekat...