Naruto merebahkan diri menghadap langit-langit kamar dengan tangan yang menopang belakang kepala. Pikirannya sedang bekerja cukup keras untuk menyelami semua yang sudah terjadi.
Bila seandainya masalah itu tidak ada, seharusnya, ini adalah hari mereka akan berkencan.
Seharusnya, sekarang Naruto sudah bersiap-siap dengan pakaian bagus dan rapi, lalu pergi ke tempat pertemuan yang sudah disepakati bersama Hinata.
Namun, rencana hanyalah tinggal rencana.
"Kalau begitu, putus saja."
Demi Tuhan, Naruto masih tidak percaya Hinata bisa semudah ini mengakhiri hubungan.
Padahal, Naruto sudah mencoba memberi pengertian, namun ... kenapa? Kenapa perempuan harus serumit itu?
Naruto kira, kaum hawa hanya suka berulah ketika sedang kedatangan tamu bulanan, tapi ternyata, masalah sepele pun bisa dijadikan ledakan bom.
"Kalau Kakak memang lelah, kita akhiri saja semuanya."
Naruto akui dirinya sempat terbawa suasana karena Hinata yang seakan-seakan menuding hubungan mereka berat sebelah padanya.
Namun, bukan keputusan seperti ini yang Naruto mau.
"Kakak tidak mengerti denganku!"
Hinata cukup egois. Kurang mengerti apa lagi Naruto selama ini? Ia sudah bersusah payah menahan diri dalam jalinan mereka yang terasa mengekang.
Jika laki-laki lain, belum tentu akan tahan. Mungkin, Hinata sudah diduakan sejak lama.
Mau dapat dimana pria setegar Naruto?
Sudah tampan, setia, tidak macam-macam lagi, meskipun memang sesekali suka berpikir yang 'iya-iya' bila melihat sang kekasih.
Tapi, itu wajar, 'kan? Karena Naruto laki-laki normal, pasti akan tetap tergoda bila melihat yang indah-indah. Lagi pula, Ia melakukannya hanya pada Hinata, bukan pada perempuan lain.
"Terserah saja," setelah bergumam, Naruto menarik napas. Memang susah kalau sudah berurusan dengan perasaan.
Lantaran cinta, hidup ini jadi terlalu banyak drama.
.
.
Terisak.
Meskipun sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan, tetap saja Hinata tidak mampu menyangkal bila hatinya terasa begitu sakit.
Menaruh harapan terlalu tinggi pada seseorang yang disayangi setulus hati, ternyata memberi dampak buruk bila semuanya tidak sesuai dengan yang diingini.
Sakit sekali. Lebih sakit lagi ketika Hinata sadar Naruto seolah menerima begitu saja perpisahan mereka.
Tidak ada usaha untuk memperbaikinya.
Setelah mendapat pernyataan itu, Naruto langsung menghilang begitu saja.
"Jahat."
Jika tahu rasanya akan semenyiksa ini, mungkin, sejak awal Hinata tidak akan mau mencicipi yang namanya cinta.
Setetes air mata kembali jatuh di pipi. Matanya sudah lumayan sembab dan memerah karena banyak menangis sejak tadi.
Ada satu hal bodoh yang sedang Hinata lakukan sekarang; sudah tahu sedang patah hati, tapi malah membaca kembali pesan-pesan mesra yang pernah ia lakukan bersama Naruto.

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Attack [ NaruHina ]
FanficJadi Hinata itu lumayan rumit. Punya cinta kepada Namikaze Naruto sang senior tampan pujaan hati, tapi juga punya Uchiha Sasuke sebagai kakak banyak aturan yang protektifnya setengah mati. "Kau tidak lupa apa yang sudah kubilang, 'kan? Jangan dekat...