Chapter 16: Lebih dari kata-kata

222 27 8
                                    

" Baru 3 Minggu kamu bekerja, dan kamu terlambat lagi?!",bentak seorang manager menarik perhatian pelanggan di cafe. Didepan nya, Namjoon menundukkan tubuhnya 90 derajat sambil meminta maaf.

" Apa saya menggaji mu hanya untuk terlambat,huh?", ucap manager itu sambil berkacak pinggang.

" Maafkan saya, tuan", ucap Namjoon sesal, ia masih dalam posisi menundukkan kepalanya. Ini sudah kelima kalinya dia dimarahi habis-habisan oleh manager. 

Sebelumnya ia pernah dimarahi karena ia tanpa sengaja menjatuhkan gelas. Lalu karena terlambat sebanyak 2 kali. Ini ketiga kalinya Namjoon terlambat, jadi wajar saja manager nya marah.

Namjoon masih menundukkan kepalanya, manager itu masih marah-marah sambil menunjuk-nunjuk ke arahnya. Tanpa melihatnya kondisi, mereka sudah menarik perhatian pelanggan dan karyawan di sana.

" Maafkan saya, tuan"

" Huh, ini kesempatan terakhir. Jika kau kembali terlambat, saya pecat kamu"

" Cepat bekerja!", manager itu pergi dengan wajah masam. Walaupun begitu, manager itu masih menggerutu kesal. Namjoon menegakkan kepalanya, ia menghela nafas perlahan. Telinganya menangkap bisik bisikan pelanggan yang tengah membicarakan dirinya.

" karyawan yang sama lagi"

" dasar memalukan"

" itu contoh ya, nak. Kalian harus melanjutkan pendidikan sampai ke perguruan tinggi,hm?"

" Iya, eomma"

" Kenapa cafe ini mau menerima karyawan tidak terpelajar sepertinya?"

" kalo aku jadi dia, malu banget tuh"

" iya"

Namjoon mengeratkan pegangan nya pada tas selempangannya, menahan rasa malu setelah dimarahi oleh manager sendiri. Ia pergi mengabaikan tatapan para pelanggan itu, berjalan menuju ruang ganti. Mengganti pakaian nya dengan seragamnya.

Sebelum bekerja, Namjoon meminum pil obat nya. Tak lupa ia juga mengambil botol obat penahan rasa sakit, menaruh nya di dalam kantong celana nya untuk berjaga-jaga.

Semoga saja tidak kumat

Apalagi kesempatan ku tinggal satu

Aku harus berusaha, jangan sampai kesalahan lagi


Di tempat lain

" Tae, ada apa? Kenapa kau terus mengganggu ku?", ujar Jimin kesal pada telepon nya. Disisi lain, Tae hyung yang tampak frustasi mengusap rambutnya kasar.

" Jim, tolonglah aku. Aku benar-benar tidak paham"

" Appa bisa membunuh ku jika tahu laporan nya belum siap",lanjut Tae hyung dengan nada memelas. Di sisi lain, Jimin menghela nafas, merotasi bola matanya malas.

" Ya itu urusan mu, Tae. Kau yang menyanggupi jadi ya selesaikan lah. kau tahu juga kan aku punya urusan di rumah sakit?",sahut nya dengan nada kesal.

" Tolonglah Jim, hanya kau yang bisa membantu ku. Ya, bantu aku! Ya!"

"Aku bilang nggak ya nggak. Sudahlah, kau hanya membuang waktu ku saja. Ku tutup"

"eh Jimin-"

Pip

Panggilan itu dimatikan sepihak, Tae hyung mendengus frustasi lalu menjauhkan ponselnya dari telinga.

" Padahal kau satu-satunya harapan ku"

" Bagaimana jika laporan ini salah lagi? Appa bisa memarahi ku lagi", Tae hyung menundukkan kepalanya murung. Ia menaruh kepalanya di meja membenturnya beberapa kali.

I'm Okay [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang