Beri eomma satu kesempatan lagi, Joon
Eomma tidak akan meninggalkan mu lagi setelah ini
- Lee Jieun-
.
.
.
Hari demi hari berlalu, tepat di sebuah ruang rawat tampak sesosok pemuda dengan paras pucatnya tengah termenung. Dia bersandar pada bantal di brankar, bersamaan itu binar mata yang dulunya bersinar kini meredup. Senyuman yang dulu sering terukir manis diwajahnya itu kini sirna.
Datar, dibalik tatapan kosong pemuda itu terus diam sembari menatap jendela. Sejak kepergian gurunya, hidupnya berubah. Biasanya ia akan diceramahi tiap kali kedapatan termenung.
Yoongi begitu peduli dengannya, bahkan merawatnya bak anak sendiri. Untuk sekian lamanya dalam hidup akhirnya namjoon merasakan kasih sayang orang tua lewat Yoongi. Bagaimana rasanya pelukan hangat, kata-kata penyemangat dan protektifnya orang tua.
Yoongi melakukan itu semua, bahkan di saat namjoon membutuhkan sosok orang tua disampingnya, Yoongi yang datang menggantikan peran itu.
Tapi sekarang, gurunya yang ia anggap ayahnya itu pergi. Sosok itu pergi, tanpa kata perpisahan atau pelukan hangat. Yoongi pergi begitu saja seperti angin. Tanpa menjelaskan apapun padanya.
Namjoon terdiam, setetes air mata mengalir dipipinya. Ia takut, setelah insiden itu ia takut pada kedua orang tuanya. Takut appa akan memukulnya dan Eomma nya yang menamparnya. Biasanya ada gurunya yang melindunginya, tapi sekarang sosok itu pergi meninggalkannya.
Namjoon takut, kilasan masa lalu menghantuinya kembali. Dimana dirinya di tampar pertama kali, di bentak, dituntut untuk menjadi lebih berguna. Semua kata-kata kasar itu, caci maki, dibanding-bandingkan, lalu disudutkan dari keluarga.
Seketika air matanya semakin gencar, ia mengepalkan kedua tangannya, ingatan demi ingatan di masa lalu terud terlintas membuatnya perlahan tenggelam dalam rasa takutnya.
" Ssaem, aku takut "
" Aku takut mereka memukuli ku lagi"
Sebuah tangan menyentuh pundaknya, Namjoon sontak tersentak. Matanya membulat sempurna mendapati sosok Jieun di sampingnya. Tanpa sadar Namjoon mencengkram erat selimutnya.
" Namjoon-ah... kau menangis nak", ucap jieun terdengar sendu. Namjoon langsung memalingkan wajahnya. Kedua tangan yang terlihat puntung itu gemetar sembari meremat selimut.
Jieun yang melihat reaksi Namjoon tertegun, ia tahu kesalahan nya sudah besar. ia sudah banyak mengukir luka pada namjoon, membuat namjoon semakin rapuh dalam lukanya sendiri. Jieun menyadari betapa rapuhnya Namjoon nya sekarang dan itu semua karena keegosiannya.
Jieun mengapai tangan gemetar Namjoon, menyentuh punggung tangan itu. Spontan Namjoon menepisnya kasar.
" Ja-jangan..."
" jangan pukul aku", ujar pemuda itu gemetar, hati jieun berdenyut perih. Ia tidak menyangka putranya akan setakut ini padanya. Jieun menghela nafas, tangannya lagi-lagi terulur untuk menyentuh pipi namjoon, mengusap air mata putranya pelan.
Namjoon tersentak, ia ingin menepisnya lagi tapi usapan lembut itu menghentikannya. Namjoon diam, tanpa mau menoleh ke ibunya ia diam membiarkan tangan lembut ibunya mengusap pipinya.
" Namjoon coba lihat eomma, nak"
" Joonie-ah..", panggil jieun dengan suara pecah. Perlahan hati Namjoon terenyuh, ia sebenarnya tidak tega namun entah mengapa ia ragu untuk menatap mata ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Okay [ Revisi ]
Fanfiction" Jangan khawatir. Aku baik-baik saja kok. Sungguh!" . " Dasar Bego! Kau lah orang paling bodoh yang pernah aku temui, Jeon Namjoon!" Kisah suka duka Namjoon dalam menjalani kewajiban sebagai anak tengah. Memiliki tanggung jawab layaknya anak tertua...