" Maaf tuan, saya berpikir akan lebih baik kita tidak berkerja sama"
" Dari persentase yang anda tunjukan tidak menunjukkan jika kerja sama ini akan menguntungkan bagi perusahaan kami"
Kalimat itu masih masih terngiang jelas di pendengaran nya, untuk sesaat rasa takut mulai berkumpul menciptakan suatu tekanan yang membuat tubuh ringkih nya gemetar. Keringat dingin perlahan mengucur dari dahinya.
Di ruang kerja sang ayah, Namjoon terus memilin jari-jemarinya takut. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya saat tahu persentasi nya gagal.
Bruk!
Tubuh ringkih itu tersentak kuat, tepat pintu itu terbuka terlihat sosok pria paruh baya yang memasang wajah tegang nya.
" Jeon Namjoon"
Sungguh demi apapun, lagi-lagi rasa takutnya tidak bisa diajak kompromi. Ia mendongak melihat sang ayah berada di depan nya, setelah itu...
Plak!
" Dasar tidak berguna!"
" Kenapa kau semakin tidak becus,Joon?"
" Kemana otak jenius mu,huh?!", ujar Jungkook murka. Melihat itu sontak Namjoon memundurkan tubuhnya dengan kaki gemetar.
" a-ap-appa aku-", Jungkook mencekal lengan Namjoon lalu menamparnya kembali.
Plak!
Panas, pipi itu terasa panas untuk kedua kalinya. Kemudian sebuah tinju mengarah tepat ulu hati Namjoon. Pemuda itu meringis, Jungkook terus saja meninju nya. Entah itu perut atau wajahnya, semuanya terasa sakit seiring tinju mengarah pada tubuh nya.
Tinju terakhir berhasil membuat Namjoon memuntahkan cairan merah pekat. Jungkook mencengkram kuat kerah kemeja Namjoon, mengangkat pemuda yang hampir pingsan itu supaya berdiri.
" Kau benar-benar payah, Namjoon!"
" Seok jin saja mampu membuat ku bangga. Kenapa kau tidak, huh?!"
" Dia masih bisa ku andalkan, bahkan saat ia sakit ia masih mampu mengurusnya!"
" Aku bahkan sampai tidak pernah melayangkan tangan ku pada nya!"
" Sedangkan kau?! Apa yang membuat mu menjadi bodoh begini, Namjoon?"
" Kemana otak jenius yang ku kagumi itu?!", Jungkook menoyor dahi Namjoon beberapa kali hingga pemuda itu mundur beberapa kali.
" A-ap-pa"
Bugh!
Tinju itu kembali dilayangkan tepat mengenai ulu hatinya. Seketika pemuda itu meringis sambil meremat kuat ulu hati nya.
" AKU TIDAK BUTUH PENJELASAN MU, BEGO!"
" PERGI DARI SINI SEBELUM AKU SEMAKIN BRUTAL MENGHAJAR MU!"
Sontak Namjoon buru-buru keluar dari sana. Ia sampai jatuh saking gemetaran kakinya. Untungnya ia berada di koridor mengingat ruangan sang ayah cukup jauh dari lobi karyawan nya. Jadi tidak ada yang melihat kondisi nya yang babak belur.
Kecuali satu orang
" Tuan muda, anda baik-baik saja?", Namjoon menoleh mendapati sesosok pria paruh baya menghampiri nya dengan raut wajah khawatir. Sektretaris Song, hanya beliau saja yang tahu pemuda itu sering di pukul hingga babak belur oleh ayahnya.
" Saya baik-baik saja, Sekretaris Song"
" Sepertinya cukup parah. Anda harus ke rumah sakit", mendengar itu sontak Namjoon menggeleng kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Okay [ Revisi ]
Fanfic" Jangan khawatir. Aku baik-baik saja kok. Sungguh!" . " Dasar Bego! Kau lah orang paling bodoh yang pernah aku temui, Jeon Namjoon!" Kisah suka duka Namjoon dalam menjalani kewajiban sebagai anak tengah. Memiliki tanggung jawab layaknya anak tertua...