Chapter 3: Appa

369 20 4
                                    

Namjoon tidak tahu hal ini akan terjadi padanya. Mendapat tamparan keras? Sebenarnya ia sudah sering mendapatkan nya. Tapi kali ini, Namjoon tidak dapat mengatakan apapun lagi. Setelah pengakuan ayahnya, ia menjadi mengerti satu hal.

Bahwa ia tidak ada apa-apanya dibandingkan sang kakak.

Mungkin di depan orang, ialah yang paling disanjung dalam keluarga. Karena kepintaran dan kehandalan nya dalam belajar. Ia juga sering mengikuti olimpiade dan membawa prestasi di sekolah nya.

Ia yang sering mendapat nilai sempurna dibandingkan saudara-saudara nya dan mendapatkan peringkat teratas di sekolah nya. Ialah kebanggaan sang ayah sewaktu kecil dan menjadi andalan ibunya untuk menjaga saudara-saudara nya.

Ialah anak kecil yang mengira dirinya mampu dan harus sempurna di depan keluarga. Mengira ia mampu melakukan apapun yang disuruh oleh ayah ibunya. Entah itu besar ataupun kecil. Entah itu harus mengorbankan waktu tidur dan bermain nya.

Perlahan semua itu memudar seiring kesalahan demi kesalahan tertoreh gara-gara kecerobohan nya. Umpatan bodoh dan tidak berguna sering ia dengar. Lalu keteledoran nya dalam menjaga kedua adik kembarnya yang berujung salah satunya sakit.

Namjoon memegangi pipinya, di cermin ia melihat dengan jelas jejak tangan ayahnya yang kontras dengan warna kulitnya.

Dasar tidak berguna! Laporan ini saja salah!

Kenapa kau bisa salah,huh?! Kemana otak jenius itu mu berada?!


Tes


Seok jin saja tidak pernah membuat kesalahan berulang kali seperti ini!

Aish! Jika saja Seok jin tidak sakit, aku tidak akan melimpahkan semua ini pada mu!


Tes


Apa karena aku terlalu memanjakan mu makanya kau jadi bodoh begini? Benarkan Jeon Namjoon?!

KU TANYA APA ITU BENAR, NAMJOON?! JAWAB PERTANYAAN KU!

A-ap-pa...a-aku

Plak!


Tes


Anak laki-laki itu kuat! Anak laki-laki tidak boleh menangis!

Appa tidak suka melihat mu menangis seperti wanita!


Tes


Jieun memang benar, Seok jin lebih baik dari pada dirimu

" Jangan menangis,Joon..", ucapnya seketika. Hatinya bergemuruh, kalimat itu masih ia ingat dengan jelas. Namjoon mengusap wajah nya kasar. Air mata itu terus saja mengalir walaupun berkali-kali ia mengusapnya.

" Berhentilah mengalir... Ku mohon", ucapnya sambil terisak. Namjoon meremat kuat wastafel sembari menunduk, membiarkan air matanya mengalir dengan bebasnya. Beberapa menit berlalu, ia menengadah kepalanya melihat dari cermin wajahnya yang pucat pasi.

" Kau benar-benar menyedihkan,Joon" Namjoon menghela nafas panjang, matanya yang sebam terarah pada laporan yang sebelumnya ia kerjakan. Semuanya berantakan, laporan tersebut kini berubah menjadi kepingan demi kepingan kertas berukuran kecil-kecil.


Flashback on

Mata indah pemuda itu membulat sempurna. Jungkook merobek laporan miliknya hingga berubah menjadi potongan kecil-kecil. Laporan yang ia kerjakan mati-matian semalam, kini di lempar begitu saja di lantai.

I'm Okay [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang