Chapter 30: Kepergian [ End ]

337 34 17
                                    

Terima kasih Namjoon

Berkat mu aku mendapatkan kesempatan untuk hidup kembali

- Jeon Seok jin -
.
.


Beberapa hari berlalu, sesosok pria paruh baya yang diketahui bernama Jeon Jungkook kini berdiri mematung di depan guci sang anak. Namjoon sudah dikremasikan dan abunya sudah diabadikan dalam guci dengan foto dan guci, tak lupa masih ada dupa yang sengaja dihidupkan.

Kepergian Namjoon membawa luka tersendiri buatnya, rasa sakit dan penyesalan yang tiada tara, pemuda itu akhirnya memilih menyerah dan pergi dengan luka yang masih menganga lebar.

Belum ada kata atau perbuatan yang dapat ia perbuat untuk membayar semua kesalahan pada putranya itu. Ia kehilangan kesempatan itu, Yang Mahakuasa sendiri sudah membawa sang anak yang terlampau menderita.

Namjoon nya, anak yang sering ia andalkan, akhirnya sudah menemukan tempat untuk berpulang. Jungkook yakin tempat yang tepat buat anaknya sekarang adalah berada di sisi-Nya.

Jungkook menunduk, ia terlalu malu untuk marah atau berteriak pada Tuhan, menteriakkan betapa sakit hatinya saat sang anak dibawa darinya. Jungkook sadar ia pantas mendapatnya, rasa penyesalan yang akan ia tanggung seumur hidupnya.

Ia mendongak melihat guci itu sekali lagi, kini senyuman manis itu hanya menjadi kenangan saja. Jungkook mengusap air matanya lalu tersenyum, ia memandangi guci itu terakhir kalinya sebelum ia pergi.

" Appa akan membayar semua kesalahan appa, nak"

" Appa tidak tenang jika appa tidak melakukan nya, kesalahan appa padamu dan pada keluarga kita sudah terlalu besar"

" Appa harap dengan ini dapat meringankan dosa appa walaupun itu sedikit"

" Beristirahat di sana dengan tenang ya sayang, maaf appa bukan ayah yang baik buat mu"

" Appa pergi dulu", ucap jungkook lalu menyerahkan sebuah bunga mawar putih dekat guci itu. Ia melangkah keluar gedung, sesampai di tangga ia bertemu dengan Yoongi beserta polisi dibelakangnya.

" Jungkook-ssi, anda ditahan atas kasus kekerasan anak"

Jungkook diam, perlahan senyuman sendu itu terpatri di wajahnya. Ia mengulurkan kedua tangan nya untuk borgol. Matanya beradu dengan mata yoongi, menatap pria itu penuh kelegaan.

Sedangkan Yoongi sendiri, ia mengangguk kepalanya pelan sambil diam melihat jungkook kini akan dibawa.

" Terima kasih Yoon "

" Tolong jaga anak-anak ku selagi aku dipenjara ya", ucap Jungkook sebelum akhirnya ia dibawa masuk ke mobil. Yoongi masih diam, setelah mobil itu menghilang perlahan ia mendongak ke atas melihat langit biru yang tengah berawan.

Namjoon-ah...

Di lain tempat, sesosok pria berumur 24 tahun tengah duduk sambil menatap jendela di samping nya. Air mata terus mengalir di pipinya, tangan nya meremat kertas hingga kusut.

Surat itu, surat dari Namjoon adiknya. Seok jin sudah menerimanya sejak semalam. Soal namjoon ia sudah tahu, ia juga tahu jika pendonor jantungnya adalah orang yang ia benci selama ini.

Seok Jin menangis, hatinya semakin sakit saja rasanya. Tiap kali mengingat dia sangat membenci adiknya itu, kini orang yang ia benci itu sudah membalasnya, bahkan berkali lipat banyaknya.

Pengorbanan Namjoon padanya seketika menimbulkan rasa bersalah sendiri pada nya. Seok jin marah, dirinya lah yang menjadi sang adik merenggang nyawa. 

Namjoon yang masih ingin merasakan kebahagiaan, ingin merasakan kasih kedua orangtuanya, keinginan nya untuk hidup lebih lama lagi. Dalam surat itu akhirnya Seok jin mengerti satu hal, bahwa Namjoon sudah menyerahkan semua mimpi nya demi menyelamatkan nya.

I'm Okay [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang