"Kamu peka banget, Fia. Arya emang segitu berharapnya sama kamu. Ya, aku udah kasih peringatan berkali-kali, tapi ternyata dia malah keceplosan. Mau gimana lagi, kan?"
Syauqi membenarkan segala hal yang mengusik pikiran Silfia tentang Arya. Dan yang terjadi di setiap pulang sekolah, adiknya itu lebih memilih untuk bersabar menunggunya daripada harus pulang bersama dengan Arya lagi.
Meskipun keluhan kadang tidak bisa dibendung kala diri sudah sangat bosan menunggu, tapi Silfia tetap berusaha sabar dan terus sabar.
Menjauh adalah pilihan yang tepat. Semata demi kebaikan Arya. Silfia tidak mau bila laki-laki itu terus-terusan berharap, sebab terkadang terlalu sering berharap malah menimbulkan kekecewaan dan sakit hati.
Silfia sudah menceritakan semuanya kepada Rendra dan Nara. Mereka justru senang putrinya memilih keputusan itu. Pun kepada Syauqi yang setuju dan sangat mendukungnya. Meski awalnya abangnya itu malah tertawa sambil berkata, "Cie-cie ... perhatian, nih?"
Melihat Arya di sekolah, Silfia selalu sengaja menghindar. Tidak peduli Arya melihatnya atau tidak, yang penting ia bisa mencegah terjadinya peristiwa "berpapasan" yang berisiko menimbulkan perasaan-perasaan aneh mendebarkan.
Dan, atas kuasa Allah, Silfia sungguh bisa bersabar sampai akhirnya Syauqi telah lulus SMA dan akan melanjutkan pendidikannya.
Lalu dengan siapa Silfia akan pulang setelah Syauqi lulus? Lagi-lagi Allah Yang Maha Kuasa telah mengatur semuanya sedemikian rupa.
Nara mempunyai adik bungsu yang usianya tidak jauh dari Silfia. Husain namanya. Lulus SMP, paman termudanya itu lanjut ke SMA, tempat Silfia bersekolah. Alhasil, gadis itu tidak perlu khawatir lagi akan pulang bersama dengan siapa. Husain pun mengaku tidak keberatan dan justru merasa senang bila ia bisa pulang bersama dengan ponakannya yang lebih tua setahun dari dia.
Arya yang masih terus suka memerhatikan Silfia diam-diam di sekolah, tentu melihat kedekatan antara gadis pujaannya itu dengan Husain. Tak heran jika ia dilanda suatu rasa yang apakah terlalu berlebihan bila rasa itu disebut dengan cemburu?
Bertanya langsung kepada Syauqi adalah jalan satu-satunya yang bisa diambil agar gelisah yang menyiksa segera lenyap dari jiwa.
"Gue udah duga lo bakalan nanya tentang dia, Ar."
"Ya udah, kasih tau gue buruan. Malah ngakak lo."
"Lo coba tebak-tebak dulu, deh, biar seru."
"Kalau gue bilang pacar dia dan ternyata gue benar, gue bakal tuntut lo di akhirat karena lo udah janji gak bakalan biarin Silfi pacaran."
"Buset, dah ... ngeri," ucap Syauqi yang seketika takut untuk tertawa lagi, "jauh sebelum lo suka sama Fia juga gue udah punya janji itu, Ar. Pokoknya sampai adik gue satu-satunya itu nanti udah nikah, barulah gue ikhlas biarin dia pacaran sama cowok halalnya."
"Oke-oke, gue percaya lo, kok. So, tell me who is he, please?"
"Dia Husain, adik bungsunya ibu gue."
Mendengarnya, dalam sekejap mata, Arya merasa segala beban hidupnya telah diangkat dan akhirnya pergi meninggalkannya. Lega.
"Lo segininya suka sama Fia bikin gue ikutan berharap lo adalah jodohnya dia tau. Gue kasih restu dari sekarang, deh."
"Wahai Tuan Syauqi," kata Arya dengan menahan emosi, "bicaranya dijaga, ya! Silfi udah bela-belain menjauh biar harapan gue gak membesar, lo malah datang ngomong kayak gini. Gue nikahin sekarang juga adik lo itu, ya!"
Setelah Syauqi kuliah di luar kota, yang menemani Silfia tinggal di rumahnya adalah Husain. Namun terkadang, Nara ataupun Rendra secara bergantian datang dan menginap ketika hari sudah gelap. Di mata mereka, Silfia tetaplah anak kecil penakut yang selalu butuh untuk dilindungi. Sementara Husain, terkhusus Nara, adiknya itu tetaplah hanya seorang anak kecil yang belum mampu untuk memberikan perlindungan.
Satu tahun kemudian, ketika Silfia sudah duduk di bangku kelas 12 selama beberapa bulan, usianya pun memasuki 17 tahun. Dengan dibantu oleh Rendra atau Husain, gadis itu mulai belajar untuk mengendarai motor.
Ada masa, saat jalan sepi, ia dan Husain malah lomba balapan motor. Beginilah ketika dua remaja terlepas dari pengawasan orang tua. Akan tetapi, balapan mereka ada taruhannya. Yang kalah harus traktir pemenangnya.
Bisa ditebak siapa yang selalu kalah. Walaupun demikian, Silfia diam-diam menganggap dengan membayarkan makanan ataupun minuman untuk Husain adalah sebagai wujud dari rasa terima kasih dan balas budinya kepada Husain, karena setahun penuh yang lalu, sang paman muda itu telah menemaninya pergi dan pulang di setiap hari-hari sekolah mereka.
Saat sebentar lagi Silfia akan ujian, gadis itu akhirnya bisa tahu rasanya pulang sore terlambat, karena ada kelas tambahan. Penuh rasa lelah dan kantuk. Ia pun dihujam rasa bersalah pada Syauqi. Sekedar mondar-mandir di dalam kelas sampai bosan ketika menunggu Syauqi pulang ternyata tidak ada apa-apanya dibanding lelahnya mengikuti kelas tambahan.
Lalu, bagaimana hubungan Silfia dan Adeeva? Sebelum Arya lulus, gadis itu masih sering menemui ketika Adeeva dititipkan lagi di rumah Rendra dan Nara. Setiap Arya telah pulang dari sekolah dan datang ke panti untuk menjemput adiknya, Silfia meminta tolong kepada Nara untuk menggantikannya dalam menjaga Adeeva, lalu ia akan segera berlari ke kamar.
Adeeva semakin pintar dan tidak sering rewel lagi. Kala Arya sudah datang, gadis mungil itu akan langsung berpamitan sambil mencium punggung tangan Rendra dan Nara. Sesekali berpamitan kepada Silfia pula, namun jika Silfia sudah ke kamar, atas izin Allah, Adeeva seakan mengerti dan tidak akan mencari keberadaannya lagi.
Ingin hati bisa bermain bersama Adeeva di setiap harinya, tapi Silfia tak ingin bertemu dengan Arya. Dan selama itu terjadi, Silfia mulai merasa kurang bahagia, karena dirinya tidak bisa bebas berada di dekat Adeeva, seperti sediakala.
Hampir setiap malam ia menangis saat rasa rindunya pada Adeeva datang kembali. Namun, Silfia tidak bisa melakukan apa-apa selain harus belajar sabar menahan rasa yang kian menyiksa.
Dan, tidak ada lagi tempat cerita perihal bagaimana besarnya rasa rindu itu setelah Syauqi jauh. Silfia sangat mengerti, sang abang harus fokus pada kuliahnya. Ia tidak ingin menambah beban pikiran Syauqi.
Sedangkan ke Husain, ia hampir tidak pernah mengutarakan sebagian isi hatinya yang bersedih. Mungkin Silfia di mata Husain adalah seorang gadis yang selalu bahagia.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Nuraga untuk Arya
Teen FictionArya adalah orang yang ternyata sudah pernah bertemu dengan Silfia. Hanya saja pertemuan mereka saat itu sangatlah singkat dan dalam situasi yang tidak memungkinkan untuk terjadinya suatu perkenalan. Tapi satu yang pasti, senyuman tulus Arya kala it...