Shasa ingin menghubungi Erine tentang Kimmy yang kembali masuk ke ruang ICU tetapi Regie melarang karena takut Erine khawatir, Shasa mengerti namun menurutnya tidak baik menyembunyikan ini semua.
"Mending dia tau besok besok" ucap Regie
"Lah? kenapa?" tanya Shasa
"Kan kalo dia tau di kemudian hari Kimmy juga pasti udah membaik, kalo tau sekarang pas lagi parah nanti dia khawatir" jawab Regie
"Iya si, yaudah deh"
Erine begitu disibuk kan dengan tugas tugas yang di berikan oleh gurunya sehingga ia tidak bisa pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Kimmy, padahal ia ingin sekali menjenguk Kimmy.
Erine mengeluarkan keluh kesahnya dengan cara menelfon Shasa, dengan senang hati Shasa mendengarkan keluh kesah Erine. Saat Shasa sudah selesai dengan telfonnya ia tiba-tiba tersenyum yang dimana hal itu membuat Regie merasa aneh.
"Kenapa lo?" tanya Regie
"Pernah mikir ga si, kalo Kimmy sama Erine itu kaya kita dulu" ucap Shasa
Flashback on
"Duh males banget di bangku depan, nyari bangku belakang aja deh.." ucap Regie
Regie melihat satu siswi yang terlambat datang dan hanya ada satu kursi kosong yaitu di sampingnya, dengan senang hati Regie menawarkan siswi tersebut untuk duduk disampingnya.
"Kenapa telat?" tanya Regie
"Aku bangun kesiangan tadi.."
"Oh.. kenalin aku Regie.."
"Salam kenal ya aku Shasa"
Mereka berdua memiliki kesamaan, yaitu sama sama malas belajar tetapi tegas dalam menangani sesuatu hingga beberapa hari setelah hari pertama mereka masuk ke SMP, Regie terpilih menjadi ketua kelas sedangkan Shasa menjadi bendahara.
"Kenapa ga lo aja yang jadi ketua kelas sih" ucap Regie
"Yaelah, lo aja gabisa itung itungan ga pantes jadi bendahara, lo males nulis ga pantes jadi sekretaris. Masih mending jadi ketua kelas yang cuma nyuruh nyuruh"
"Kan gua yang di panggil kalo ada masalah!" seru Regie
"Ya cuma itu doang kan? palingan juga cuma di panggil panggil"
"Palingan palingan, mending gua ga jadi apa apa. Ini gara gara lo ya anjing!"
"Kan yang pantes cuma lo doang, yang lain gabisa jadi ketua kelas"
Regie menjadi ketua kelas karena Shasa merekomendasikan kepada guru dan mengatakan bahwa Regie adalah orang yang tegas.
Hanya berteman beberapa hari saja mereka sudah saling memahami satu sama lain, mereka saling membentak namun bukan berarti mereka saling membenci, tetapi itu yang mereka lakukan agar semakin dekat.
Hari terus berlalu, Regie sudah sangat muak dengan jabatannya sebagai ketua kelas.
"Piket!!" seru Shasa
"Males ah ngantuk gua mau pulang" ucap Regie, Shasa menarik kera seragam Regie lalu memberinya sapu
"Malu diliat temen temen yang lain" ucap Shasa
"Lagian siapa sih yang naruh jadwal piket gua di hari senin, udah tau senin banyak pelajaran.." ujar Regie
"Gua juga piket, cepet!" seru Shasa
Seiring berjalannya waktu, Regie mulai terbiasa dengan kesibukan yang selalu merepotkannya sepanjang waktu, begitu juga Shasa yang selalu menyuruh-nyuruh Regie. Hingga pada satu pelajaran mereka berdua dipilih menjadi satu kelompok untuk mengerjakan tugas yaitu bernyanyi dengan di iringi alat musik, dan dikumpulkan berupa video. Setelah mendapat tugas seperti itu mereka berdiskusi untuk mengerjakan tugas itu dimana.
"Di rumah gua aja sepi" ucap Regie
"Yaudah ntar share lock"
Shasa melihat rumah Regie cukup besar dan memasukinya, keadaan di dalam rumah Regie sangat sepi hampir tak ada suara yang terdengar sampai dia di kagetkan oleh Regie yang tiba-tiba berada di belakangnya.
"Lagian masuk ga bilang bilang" ucap Regie
"Udah gua chat lo nya ga bales"
"Habis dari kamar mandi gua.."
Mereka berdua berdiskusi tentang lagu apa yang akan di nyanyikan, sembari berpikir Regie melakukan pemanasan dengan memainkan piano.
"OHH GUA PUNYA IDE.." teriak Shasa yang baru saja mendapat ide, membuat Regie terkejut
"Goblok, kaget anjing!" seru Regie
"Lagu Sampai Jadi Debu aja" ucap Shasa
"Intronya lama banget itu lagu, enak dong lo cuma nyanyi bentar"
"fifty fifty itu, udah cocok dah"
Beberapa perdebatan muncul yang akhirnya Regie menyetujui ide Shasa dan mereka membuat video, setelah mengerjakan tugas itu Shasa iseng bertanya kepada Regie tentang orang tuanya.
"Orang tua lo kerja apa?" tanya Shasa
"Gatau" jawab Regie sambil menutup pianonya
"Kok gatau? emang lo gapeduli sama orang tua lo?"
"Engga lah kan mereka ga peduli gua"
"Maksudnya?" tanya Shasa kebingungan
"Pas gua udah masuk smp, gua dikirim ke rumah ini. Sendiri gua disini, ga ada temen ga ada siapa siapa"
"Kok gitu?"
"Mereka gamau nerima gua jadi anak mereka dah kayaknya"
Regie menjelaskan tentang kelainan genetik yang di alaminya yaitu futa, Setelah mendengar hal itu Shasa merasa kasihan terhadap Regie tapi merasa lega saat Regie mengatakan ia masih mendapat transfer bulanan.
Setelah Shasa mengetahui Regie tidak memiliki siapa siapa dirumah Shasa menjadi lebih sering datang ke rumah Regie untuk bermain, ia tidak pernah takut dan tidak tertarik dengan kelainan Regie karena dirinya adalah seorang lesbian. Shasa sangat pandai menjaga privasinya sehingga Regie tidak akan pernah mengetahui hal ini sampai kapanpun.
"Sha.. kalo kita kelas delapan di tunjuk jadi osis lo mau ga?" tanya Regie
"Mau lah, buat pengalaman aja"
Regie yang mendengar itu seketika ingat selama ini dirinya tidak pernah menjadikan sesuatu untuk menjadi pengalaman, lalu ia menjadikan semua hal penting seperti menjadi ketua kelas dan kapten di tim basketnya sebagai pengalaman yang penting.
***
"Ga kerasa banget udah mau naik kelas" ucap Shasa
"Apanya ga kerasa orang gua ngerasa lama BANGET!!" seru Regie
"Eh gua lupa bilang, kita di pilih jadi osis"
"Beneran? jangan sampe dah jadi osis"
"Lah? kenapa?"
"Males aja"
Saat kenaikan kelas beberapa nama di panggil, itu adalah siswi siswi yang akan menjadi osis. Regie merasa kesal karena dirinya terpanggil sedangkan Shasa senang karena ia menjadi osis.
Saat pembina OSIS menjelaskan tentang struktur dan fungsi fungsi dalam OSIS, Regie sama sekali tidak peduli sedangkan Shasa juga begitu karena tidak seperti apa yang dia harapkan, sehingga mereka hanya menjadi anggota OSIS atau kasta terendah dalam OSIS.
Mereka melihat betapa antusiasnya siswi yang lain saat ingin menjadi ketua OSIS, mereka berdua memperhatikan dengan baik beberapa calon ketua OSIS karena mungkin itu dapat di pelajari dan berguna untuk suatu saat.
"Terus yang jadi anggota kaya kita ngapain Sha?" tanya Regie
"Ya cuma disuruh-suruh aja, nanti bakalan ada kenaikan jabatan.. yang rajin aja"
"Ah, emang udah firasat gua ga enak ternyata bener!" seru Regie
Mereka berdua selalu terlihat rajin agar cepat mendapatkan kenaikan jabatan, perlahan lahan Regie dan Shasa juga berubah yang sebelumnya malas belajar sekarang menjadi lebih giat karena memiliki tujuan.
-TBC-