Suasana tenang dan nyaman dalam learning center di kampusnya, sepertinya Bima sudah menemukan tempat belajar yang cocok untuknya, tak terasa sudah menghabiskan waktu hampir dua jam ia terlarut dalam deretan huruf di depannya.
Bima bukan tipe mahasiswa yang ambisius sebetulnya, namun tuntutan dari ayahnya terpaksa ia lakukan agar bisa mendapatkan ipk yang diinginkan di semester ini.
"Eh, Bima?"
Cowok itu duduk lesehan di lantai bersandar pada rak buku yang letaknya dekat jendela, lantas mengadahkan kepalanya melihat siapa yang memanggilnya.
"Winter?" Bima menampakkan senyum sumringahnya kala ia menemukan gadis yang terlebih dulu menyapanya.
Secelah cahaya dari jendela sepertinya menembus masuk ke dalam ruangan, menyorot wajah si gadis yang nampak semakin menyilaukan, apalagi pakaian yang dikenakan Winter berwarna pink membuat dirinya terlihat cerah dan mampu membuat Bima terpesona.
Lalu, ada yang membuat gadis itu tampak berbeda dari biasanya, Winter mengubah warna rambut cokelatnya menjadi blonde.
"Cantik." tanpa sadar mulut Bima mengatakan kata itu.
Sedangkan Winter mengusap tengkuknya yang tidak gatal, menahan senyumnya dan membuang pandangan ke arah lain, sejenak menghilangkan semu merah yang mungkin menghiasi pipinya.
Sial, gue salting.
Bima juga tidak meralat perkataannya barusan.
Namun Winter dengan cepat mengatur napasnya agar salah tingkahnya tertutupi, "Lo kenapa gak duduk di kursi, Bim?"
"Oh, tadinya gue cuma ambil buku terus niatnya baca sebentar tapi males gerak jadinya gue duduk disini, ternyata nyaman juga, terus keliatan pemandangan luar juga lewat kaca."
Winter mengangguk menyetujui, suasana di luar dengan berlalu lalang mahasiswa dan kegiatan lainnya membuat suasana hidup, "Gue boleh duduk di samping lo?"
Tentu saja Bima langsung mengangguk dan mempersilahkan Winter mengikutinya, "Boleh banget." katanya dengan antusias.
Sayangnya Winter mengenakan rok pendek yang membuatnya kurang nyaman, tapi sebisa mungkin Winter menutupinya dengan buku yang tadi ia bawa. Bima menyadarinya, cowok itu peka dan melepas jaket dengan menyisakan kaos hitam polosnya.
"Tutupi pake jaket gue aja, Win."
"Oh iya, thank you."
Sedangkan dari sudut lain, netra milik Ethan tak sengaja menangkap Bima dan Winter yang duduk berdampingan, sesekali mengobrol, becanda lalu tertawa bersama, dan yang paling mengejutkannya adalah ketika Bima refleks mengusap puncak kepala Winter dengan gemas.
Sejak kapan mereka dekat?
Kalau saja Ethan tidak menahan diri, ia sudah duduk diantara dua orang itu, menghalangi Bima untuk mendekati Winter secara terang-terangan, "Sial, gue cemburu." gumamnya yang mengepalkan kedua tangannya.
●●●
Ethan rasa sudah lebih dari cukup membuatnya panas ketika di dalam learning center tadi, nyatanya Bima dan Winter justru terlihat lagi oleh pandangannya. Ia menyesal menginjakkan kaki di minimarket seberang kampus hanya sekedar membeli minuman karena di sisi lain mereka juga tengah memilih beberapa makanan ringan.
"Bima anjing." umpatnya tertahan, kemudian Ethan memilih keluar dari tempat ini tanpa membeli apapun.
Barulah Bima menengok ke arah pintu keluar, dan saat itu juga ia menyadari kalau yang barusan di belakangnya adalah temannya, "Loh Ethan."
KAMU SEDANG MEMBACA
D'SEVEN | 01 LINE
FanfictionSTORY FOR KPOP FAN! DISCLAIMER: 1. Fiksi. Karangan yang berisi kisahan atau cerita yang dibuat berdasarkan khayalan atau IMAJINASI PENGARANG. 2. BXG area. BIM do not interact. 3. Just for fun. Happy reading ♡