BLIND DATE

298 33 2
                                    

Winter baru saja merebahkan tubuhnya di atas kasur, tadi pulang bareng Shaka yang mendadak setiap hari pulang ke rumahnya, alasannya kali ini katanya 'karena besok weekend' Hansel juga pulang ke rumahnya, jadi di kost sepi.

Ponsel yang dibawanya ke atas kasur itu bergetar menandakan pesan masuk, Winter mengeceknya segera, nomor tidak dikenal mengirim pesan yang begitu mengejutkan.

Anonymous:
Hai Winter, will you go on a date with me on satnight?

"Hah?"

Tak cukup satu kali membaca pesan tadi, Winter membaca entah yang keberapa kalinya, "Ngajak gue ngedate?"

"Siapa ya?" gumamnya yang masih tidak percaya dikejutkan dengan deretan kalimat tadi, bahkan ia memegang jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat, bukan karena kasmaran, melainkan rasa takut yang lebih mengelabuinya.

"First time gue diajak ngedate."

Winter belum membalas pesannya, ia begitu penasaran sosok dibalik pengirimnya, namun disisi lain bagaimana jika orang itu mencari kesempatan dan berbuat jahat pada Winter? Entahlah bagaimana menanggapinya, akan ia ceritakan terlebih dulu pada ketiga temannya yang kebetulan Jenni, Mirela dan Yola sudah mengenal satu sama lain dan keempatnya memiliki grup chat khusus.

Winter menekan tombol panggilan di grupnya, menunggu siapa yang akan menjawabnya, ketiganya kompak menghubungkan sambungan telepon dari Winter.

"Hallo? Ada apa nih?" Jenni yang pertama bersuara.

"Kenapa, Win?" tanya Yola.

"Gue mau minta pendapat kalian." ujar Winter, namun ia menyadari sesuatu, "Tapi Mirela gak ada suaranya."

"Gue ada kok ini lagi dengerin." katanya bersuara.

"Yeh lagi sama Hansel ya lo?" ujar Yola yang mendapat respon helaan napas dari sang lawan.

"Cie, boleh liat gak kalian lagi ngapain?" Jenni juga sudah terbiasa dengan kebiasaan circle ini yang menjadikan Mirela bahan candaan. Apapun pembahasannya, akan diakhiri dengan kisah Hansel dan Mirela yang mereka sebut terjebak friendzone itu.

"Mana boleh Hansel diliatin ke kita." Winter juga ikut menyahuti candaan teman-temannya, seolah bahasan diawal terlupakan.

"Gue lagi makan sendirian di rumah sumpah." aku Mirela yang sebenarnya percuma membuat pembelaan apapun.

"Win, mending lo lanjut aja, tadi katanya mau minta pendapat." lanjut Mirela sebelum teman-temannya lebih jauh meledeknya.

"Iya, gue mau cerita sebenernya," ujar Winter yang terdengar agak heboh seolah ada berita menggemparkan, "Barusan ada nomor gak dikenal chat gue, pesannya juga to the point banget, ngajak ngedate besok malam."

"Anjir, maulah! Kapan lagi, Win?" kata Yola yang tanpa pikir panjang.

"Lo gimana si, La? Kesannya Winter gampangan banget langsung mau diajak, udah gitu kita gak tahu siapa orang dibalik itu." cegah Mirela yang ada benarnya juga.

"Ya paling mereka." kata Yola lagi, entah siapa yang Yola maksud dengan kata mereka.

"Emm." Jenni tampaknya sedang berpikir, "Gimana kalau lo bales dulu, chit chat tanya siapa dia."

"Oke oke gue sambil bales, nih." Winter mengetikkan balasan pada anonymous sesuai arahan teman-temannya.

Interesting invitation, but who are you?

"Eh langsung mengetik." ujar Winter.

"Oh my god, fast response, tipe gue banget." sahut Jenni.

Anonymous:
You will know who I am the next time we meet.

D'SEVEN | 01 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang