D-DAY (LAST STAGE)

192 24 0
                                    

"Semalam kamu pulang jam berapa?"

Bima terlonjak saat mendengar suara lain di balkon kamarnya, ia menengok ke belakang melihat sang ibu yang niat awalnya membangunkan Bima.

"Jam duabelas, Bu."

"Ayah kamu tahu." ucapnya yang lagi-lagi membuat Bima terkejut dan membelalakkan matanya.

"Ayah ada di rumah?"

"Gak ada, mata-mata ayah kamu kan banyak."

"Tinggal bilang aja deadline nugas di kampus."

"Bukan itu masalah utamanya, Bima." kata ibunya serius, wanita setengah baya itu menatap putranya dengan rasa khawatir dan takut, "Ayah tahu kamu melanggar peraturannya, kamu kan udah janji gak akan main musik lagi."

Bima gugup seketika, kemarin terlalu sibuk dengan dunianya sampai lupa kalau ia memiliki ayah yang begitu ketat aturan, "Ma- maksudnya?"

"Kemarin ayah kirim bukti kamu lagi nge-band sama teman-teman kamu, kalau bisa hiatus dulu, setelah ayah gak lagi suruh orang buat pantau kamu, silahkan lanjut kegiatan kamu, Bima."

Sayangnya, hari ini adalah puncaknya dan dimana semua kalangan bisa dengan bebas menyaksikan penampilannya, mungkin termasuk si penguntitnya itu bisa bebas mengambil bukti berupa foto untuk ayahnya.

"Ibu tenang aja, kalau bisa Bima tangkap langsung aja orang suruhan ayah."

●●●

Melupakan sejenak pikiran tadi pagi, sesampainya di kampus, Bima langsung mendatangi backstage yang tersedia ruangan untuk D'Seven, dan Bima selalu menjadi orang terakhir yang bergabung dengan teman-temannya.

Tak lama seorang panitia dengan kaus biru memegang selembaran kertas dan nametag yang menggantung di lehernya serta handy talky di satu tangannya lagi mendatangi ruangan mereka, tak lain adalah Winter yang selama ini berurusan dengan mereka.

"D'Seven udah siap, ya?"

Aksa mengacungkan jempolnya ke arah Winter juga yang lain mengangguk tanda mereka sudah siap.

"Oke, langsung aja tunggu di bawah stage." katanya, lalu mereka berbarengan keluar ruangan menuju area serenity park yang begitu ramai dan mungkin semua mahasiwa berkumpul di sini, pusat acaranya.

"Winter?" panggil Bima dan kebetulan keduanya berjalan paling belakang.

Bima memberikan ikat rambut kecil pada Winter yang entah didapatinya darimana.

"Oh iya tadi gue buru-buru sampai lupa bawa ikat rambut."

Biasanya Winter memilih menggerai rambut blondenya dibanding mengikatnya, namun belakangan ini Bima sering melihat gadis itu dengan gaya rambut di cepol, mungkin karena akhir-akhir ini mengharuskannya banyak gerak.

"Makasih ya, Bima." ujar Winter sambil mengambil ikat rambutnya dari tangan Bima.

Bima mengangguk sambil tersenyum tipis, "Gue naik dulu ya, jangan lupa foto gue buat kenangan, mungkin ini last stage gue."

"Oke siap tenang aja, ada tim dokumentasi dan gue juga bakal siap ambil gambar lo dari sudut lain."

●●●

Sorak sorai ribuan penonton dari para mahasiswa yang berteriak ramai ketika D'Seven mulai menyapa mereka, padahal sebenarnya D'Seven bukan guess star utama pada acara kali ini, masih ada artis besar tampil siang ini hingga nanti malam acara puncaknya, tapi pembukaan yang dibuat D'Seven sangat memberikan kesan keseruan Dies Natalis Parama University seperti konser besar.

D'SEVEN | 01 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang