DUSK TILL DOWN

274 33 1
                                        

Kemeriahan acara berlanjut di malam harinya, karena ini malam puncak, D'Seven mengikuti keseruan bersama penonton lainnya di bawah stage, menikmati penampilan bintang papan atas yang ikut memeriahkan malam ini.

Termasuk para panitia, meskipun sudah di penghujung acara, tanpa rasa lelah yang ditunjukkannya, justru mengisi barisan paling depan dengan penuh semangat.

Namun tidak dengan ketiga orang di belakang stage. Pertama, Bima yang berlari menuju ruangan mengambil barang-barangnya karena ia akan pulang detik ini juga, raut wajahnya begitu panik, tidak salah lagi ayahnya yang membuatnya seperti ini. Kedua, Yola yang terlihat tidak karuan dan terakhir ada Aiden yang menemukannya.

Refleks Aiden menepuk pundak Yola yang tengah mengusap wajahnya dengan gelisah, gadis itu menengok ke belakang dan reaksinya begitu terkejut sampai berteriak, meskipun begitu hanya Aiden yang mendengar karena dentuman musik terdengar keras seantero kampus.

"Ini gue, Aiden."

Yola menghela napasnya, tapi masih ada sorot ketakutan meskipun Aiden telah menyadarkannya tadi.

"Lo kenapa di sini?" tanya Aiden.

"T-tadi a-ada yang harus gue ambil di ruang panitia."

"Oh." kata Aiden mempercayainya, "Kalau gitu gak mau gabung sama yang lain?"

"Nanti gue nyusul, lo duluan aja."

Ada rasa ingin terus bertanya, namun Aiden sadar mereka tidak dekat satu sama lain dan terlalu melewati batas, tapi presetan dengan sebutan tadi, "Ada yang bisa gue bantu?" tawarnya, karena ia yakin kalau Yola sedang tidak baik-baik saja.

Yola menggelengkan kepalanya, "Thanks, gue gapapa kok."

"Tapi ini udah malem, dan lo sendirian di sini."

"Lo-" Yola menggantungkan kalimatnya, menatap Aiden dengan lekat sambil meyakinkan dirinya untuk berbicara jujur pada Aiden, "Bisa bantu gue?"

"Tentu."

●●●

Sedangkan di sisi lain yang berkumpul dengan sekian ribu penonton, dari D'Seven hanya Aksa yang tersisa dan bergabung dengan teman-teman jurusannya, lalu Hansel dan Shaka juga ada di paling depan. Sengaja Hansel menarik Shaka untuk mengikutinya nyaris ke tengah, di sana ada Mirela dan Winter yang ikut menikmati musik malam ini.

"Hai, El." kata Hansel tepat di samping telinga Mirela agar gadis itu sadar akan kehadirannya, lalu ia merangkul Mirela agar si gadis terlindungi dari desak-desakan.

Pada akhirnya Shaka berada di sebelah Winter, saling menyapa sesingkat mungkin, lalu keduanya ikut bernyanyi dan mengikuti sorakan seperti penonton lain.

Diam-diam Shaka memperhatikan bagaimana perhatian yang Hansel berikan pada Mirela, ini bukan kali pertamanya dan sejujurnya Hansel adalah panutan Shaka dalam hal ini. Apalagi ketika penonton dari belakang agak rusuh karena lagu yang bawakan begitu energik sehingga Hansel lebih mengeratkan lagi Mirela pada dekapannya.

Kalau Shaka melakukan hal yang sama seperti Hansel, Winter bisa menerimanya atau mungkin risih? Tapi Shaka tidak bisa melihat Winter yang seperti sendirian karena Mirela lebih banyak berinteraksi dengan Hansel dan keadaan seperti ini, dan entah angin dari mana, tangan Shaka yang terasa ringan itu akhirnya merangkul sang gadis di sampingnya.

Winter yang atensinya penuh ke atas stage itu seketika menengok ke sampingnya, menatap Shaka dengan tatapan bertanya tapi dengan entengnya Shaka menampakkan senyum tipis dan mengajak Winter kembali menikmati musik.

"Shaka?" panggilnya, lalu Shaka sedikit menunduk agar mendengar apa yang akan dikatakan Winter.

"Thanks for today, D'Seven keren banget!"

"Lo lebih keren, Winter. Abis ini istirahat yang cukup."

"Oke."

●●●

Sementara Bima yang terpaksa pulang ke rumahnya, dengan kecepatan maksimal mengendarai mobil, tidak sampai sepuluh menit mobilnya terparkir di halaman rumahnya, ada satu mobil lainnya yang menjadi alasan ia pulang detik ini juga, sang ayah.

Bima berlari masuk ke dalam rumah yang menurutnya tidak ada kehangatan sama sekali jika saja bukan ibunya alasan ia bertahan sekarang. Dan yang Bima lihat pertama kali saat masuk adalah Sarayu yang menangis sambil menunggu kedatangannya.

"Bima." panggilnya dan berusaha menghalangi Bima untuk menemui ayahnya, "Jangan temui ayah dulu, ayah lagi marah banget, ibu gak mau kamu kenapa-napa."

"Bu, Bima harus selesaikan sekarang."

"Ibu gak mau kamu kenapa-napa."

"Ayah gak akan bunuh Bima."

Sarayu semakin tersedu-sedu mendengar kalimat tadi, "Kalau gitu, ibu harap kamu turuti ayah agar kamu baik-baik aja."

Belum sempat menjawab, sang ayah keburu turun dari tangga lantai atas, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, menatap Bima tajam, aura dingin yang dipancarkannya begitu menusuknya, Bima hendak melangkah, namun Sarayu menahan lengannya.

"Kalau bukan sekarang, nanti lebih kejam hukuman dari ayah."

Benar, dengan berat Sarayu menyerahkan Bima pada ayahnya.

Bima tidak akan mati di tangan ayahnya hanya karena melanggar perjanjiannya, persis seperti apa yang dikatakannya tadi, paling hanya luka ringan karena emosi dari sang ayah yang diluapkan pada putra semata wayangnya.

Entah apa yang dilakukannya semalam, ketika ia membuka mata, sudah berganti hari, sinar matahari masuk ke dalam kamarnya melalui celah jendela, saat kesadarannya terkumpul, tubuh Bima bereaksi dengan merasakan sakit karena luka di tubuhnya juga di wajahnya.

Semalam gue di pukulin abis-abisan sama ayah ternyata.

"Udah bangun?" Sarayu masuk ke dalam kamar yang tidak tertutup rapat itu dengan membawa kain basah untuk mengompres luka lebam Bima.

"Hari ini istirahat aja ya di rumah."

Bima tidak mengindahkan ucapan ibunya, ia terpikirkan hal lain sekarang, Bima mengubah posisinya menjadi duduk terlebih dulu, "Aku siap tinggalin band D'Seven itu." katanya tiba-tiba, "Tapi, tolong jangan coba pisahin Bima sama mereka apalagi buat D'Seven ancur."

"Bim-"

"Itu ancaman ayah, Bu."

Sarayu sudah tahu dan ia hanya menghela napas sembari menatap iba putranya, "Maaf, Ibu belum bisa lakuin apapun buat kamu."

"Dengan ibu yang sejalan sama aku aja udah lebih dari cukup."

Percakapan ibu dan anak itu terhenti ketika seorang nenek tanpa diundang itupun masuk menemui Bima, sepertinya masalahnya sudah sampai ke telinga wanita tua yang Bima sebut kanjeng ratu itu. Semakin kuat tekad Bima menemukan penguntitnya selama ini.

●●●

btw guys, aku ada au 01l di x alias twitter, tapi winter disini pairnya bukan sama bima, shaka, aksa ataupun ethan tapi hansel wkwkwkwkkkkk

https://twitter.com/haiicauniverse/status/1738590894918717454?t=R3hjpl6HV6XVuJWVIuG8QQ&s=19

itu linknya gabisa dibuka ya? aku taro di komen aja yaaw♡

D'SEVEN | 01 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang