ELANG AND HIS LOVE RELATIONSHIP

250 25 0
                                    

"Gue fix gak ikut event kali ini, atau mungkin gue keluar dari D'Seven." ujar Bima di depan semuanya, termasuk Winter, Mirela dan Yola yang kebetulan ada di basecamp untuk membahas acara nanti.

"Gak keluar juga anjir." balas Shaka, "D'Seven gak ada lo ya bukan D'Seven, lo cuma gak ikut partisipasi aja, Bim."

"Maksud gue, pertemanan kita gak akan jadi korban, guys!" ralat Bima.

"Udah lo pikirin baik-baik?" tanya Ethan.

Bima diam sejenak, dari semalam ia terus memikirkannya, namun yang membuatnya yakin tentang keputusan ini adalah dorongan dari sang ayah yang kembali memberikan peringatan padanya, "Udah, Than."

"Bim, gue sedih banget dengernya."

Bima merangkul Aiden yang kebetulan ada di sampingnya, "Gue gapapa, Den."

"Kok tiba-tiba?" tanya Mirela.

"Gak tiba-tiba sih sebenarnya, mereka udah pada tahu cuma keputusan gue yang mereka belum tahu, sekalian gue kasih tahu lo, Winter dan Yola."

"Gue boleh saran, gak?" Winter bersuara.

"Boleh, Win." kata Bima.

"Walaupun gue gak tahu apa yang lo permasalahkan, gimana kalau event ini tuh lo tetap ikut, apalagi lo bilangnya bakal keluar dari bandnya aja, anggap aja last stage buat lo."

Bima nampak berpikir, ucapan Winter yang sangat ia setujui pikirnya, karena sebenarnya Bima pun masih ingin terus bermain musik dengan teman-temannya, maka dari itu ia akan menciptakan memori D'Seven untuk terakhir kalinya.

"Ide bagus, gimana, Bim?" tanya Elang.

"Gue liat kondisi kedepannya deh."

●●●

Setelah selesai membahas banyak permasalahan, D'Seven dan ketiga gadis ini masih di dalam basecamp, obrolan serius sudah berubah menjadi bahasan ringan dan ngobrol santai hal lainnya.

Di tengah-tengah obrolan, Elang mengambil ponsel yang sedari tadi ia change dengan mode silent. Puluhan pesan dan panggilan tak terjawab dari Jenni yang membuatnya sadar kalau kesalahan kali ini ia sendiri yang buat, seketika Elang tidak karuan perkara belum menghubungi Jenni.

Kesalahanpahaman pasti terjadi ketika kurang komunikasi, Elang tidak memberitahu apapun pada Jenni, saat ia hendak menelpon balik, justru nomor yang dituju tidak aktif.

Kalau kayak gini sih harus kerumahnya.

Tanpa pikir panjang, ia mengambil jaket dan kunci motor, Elang tidak bisa menutup kepanikannya dengan cara apapun.

"Lang, kenapa?" tanya Hansel yang menyadarinya.

"Biasa, Jenni."

"Oh gitu." balasnya lagi, paham apa yang sering terjadi pada temannya itu.

Tak lupa Elang pamit pada teman-temannya yang masih menggunakan basecamp ini. Setelah itu, ia berjalan cepat menuju motornya yang terparkir di depan gedung UKM dari lantai dua, sampai beberapa orang yang tengah menuruni anak tangga itu terlewatinya.

Elang sudah siap dengan motornya, tapi tiba-tiba seorang gadis yang terlihat keluar dari gedung yang sama menahannya, "Elang, gue boleh nebeng gak?" katanya dengan sangat memohon, sebenarnya ia tidak mengenal siapa gadis ini, tapi Elang sudah biasa dengan orang-orang yang mengenalnya lantaran nama D'Seven sedang naik-naiknya.

"Cuma sampe depan gerbang doang kok." Gedung UKM memang terletak di ujung, paling belakang di area kampusnya ini.

"Lang, please gue harus ngumpulin tugas ke rumah dosen gue." lanjutnya lagi.

D'SEVEN | 01 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang