Harap untuk mencari tempat yang nyaman saat membaca book ini. Jangan lupa bawa makanan dan minuman kalian sebagai teman saat membaca. Terima kasih sudah membaca book ini. Dimohon untuk tidak memasukkan ke dalam hati plot pada book ini.
Semua alur terinspirasi dari GTA Roleplay Tokyo Noir Familia. Berikan Vote dan Comment kalian agar Anna bisa lebih semangat saat menulis dan apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan mohon ditandai. Terima kasih dan selamat membaca >.<
----------0000000000----------
----------0000000000----------
"Yuhuu, saya kembali," pekik gembira Gin. Pria yang menjadi alasan keterdiaman seluruh anggota TNF. Rion menatap ke arah Gin dengan wajah yang memerah marah. Sialan, sekali manusia satu ini.
"Nah, ini nih manusia yang dengan santainya bilang ga usah khawatir," ejek Rion kemudian berdiri dan berdecak pinggang menatap kedatangan Gin yang terlihat baik baik saja tapi entah mengapa terlihat menyebalkan dimata Rion.
"Yaelah, baru dateng dah disinisin kayak gitu. Sapa gitu kayak, selamat datang kembali Gin atau lu ga papa, Gin? Bukannya malah disinisin kayak gini," ucap Gin menampilkan raut wajah kecewa dengan tangan kanan yang menyentuh dadanya sendiri.
Melihat itu, semua orang merotasikan matanya jengah. Rion mengusap wajahnya gusar lalu berkata dengan lembut pada Gin, "Selamat datang,Gin Gaheboy. Bagaimana kabarnya?" tanya Rion lalu mengakhiri katanya dengan merotasikan matanya.
"Gua baik. Tanpa kekurangan apapun. Malah kayaknya, mereka yang bakalan kenapa napa," ejek Gin membayangan apa yang baru saja terjadi padanya. Rion menaikkan sebelah alisnya bingung karena tidak mengerti maksud dari ucapan Gin.
"Dah, kita ke ruang tamu. Lu jelasin semuanya disana, Gin," perintah Rion pada Gin kemudian dibalas dengan anggukkan kepala Gin. Satu persatu member TNF mulai berjalan menuju ruang tamu dan mengambil tempat ternyaman mereka untuk mendengar Gin.
"Intinya, mereka bodoh udah nyulik gue. Coba lu bayangin, Rion. Lu diculik dan malah dibawa ke rumah mereka. Like, what the fuck?" ucap Gin menggebu gebu dan diakhiri dengan umpatan. Mendengar itu, Rion berdengus kemudian menyandarkan tubuhnya ke sofa.
"Mereka kan memang sekumpulan orang bodoh. Mereka ada di playboy mansion itu kan, Gin?" tanya Rion pada Gin. Gin menolehkan kepalanya dan menatap Rion lalu menganggukkan kepalanya namun terlihat jelas di wajahnya perasaa bingung. Bagaimana bisa Rion tau?
"Rion, aku, dan Marcel langsung menyisir lokasi sekitar dan mengingat keributan kita kemarin. Akhirnya, Rion memutuskan untuk pergi ke area playboy mansion dan benar saja ada banyak mobil disana," ucap Caine menjelaskan semuanya pada Gin.
"Ah, begitu. Lalu, apa lagi yang kalian temui?" tanya Gin pada Rion dan mengalihkan pandangannya ke arah Caine. Rion menghela nafas sekali dan menggelengkan kepalanya lalu duduk sambil menyilangkan kaki.
"Saat kami sedang terbang diatas mansion mereka. Kami menemukan ada beberapa anak putih yang keluar untuk mengecek dan itu adalah tindakan paling bodoh yang pernah gue lihat dalam hidup gue," cemooh Rion lalu menggelengkan kepalanya dan dibalas kekehan Gin.
"Kalian mau tau apa yang lebih bodoh lagi?" tanya Gin memancing mereka semua. Mereka semua serentak menolehkan kepalanya dan menatap Gin dengan alis yang terangkat sebelah. Menunggu apa yang dimaksud Gin. Gin tersenyum miring dan berkata,
"Mereka dengan santainya ngomong, jangan kasih tau siapa siapa, ya. Like, hahaha!" tawa Gin pun pecah seketika membayangkan ucapan polos dari mereka. Ruangan seketika senyap sejenak namun itu tidak bertahan lama karena berakhir dengan pecahnya tawa mereka.
"Lagi lagi, namanya juga manusia. Pasti ada saatnya mereka keceplosan dan mungkin juga itu pertama kalinya mereka pake codename. Eh, keceplosan," ledek Gin dengan suara mengebu gebu pada orang bodoh yang menculiknya. Mendengar itu, tawa mereka pun kembali pecah.
"Aduh, capek gue ketawa. Cukup cukup, hahahaha," pekik Krow yang duduk di atas sofa dengan kaki yang menendang udara dan gelengan kepala yang kuat menandakan betapa lucunya apa yang dikatakan oleh Gin. Bagaimana bisa ada kelompok mafia seperti mereka?
"Tapi, baiknya mereka memperlakukan gue dengan baik. Mungkin juga efek mereka gak tau siapa gue. Meskipun kayaknya, pria yang dipanggil Imbot itu sedikit mencurigai gue dari suaranya," ucap Gin melanjutkan ucapannya dan menatap Rion.
"Gue juga ga punya pilihan lain. Mereka sekarang udah tau siapa nama gue karena mereka ngeledah gue dan nemuin kartu identitas gue," ucap Gin pada Rion. Rion tersenyum kecil dan menganggukkan kepalanya sambil menepuk pelan pundak Gin.
"Ga papa, santai aja. Malah kalau dalam kondisi ini lu ngasih nama palsu. Itu semakin mencurigakan dan mungkin lu gak bakalan pulang ke rumah ini dalam keadaan sehat. Lu tenang aja, Gin," ucap Rion pada Gin berupaya menenangkannya.
"Ya, terus gimana selanjutnya?" tanya Rion pada kelompoknya. Mereka tersenyum miring serempak menganggukkan kepalanya atas ide tersirat di wajah Rion. Rion menganggukkan kepalanya puas melihat reaksi persetujuan dari mereka.
"Ada dari kalian yang mau lepasin mereka gitu aja? Kayak, 'Wah, Gin pulang dengan selamat. Yaudahlah' Ada?" tanya Rion pada seluruh anggota yang dibalas dengan gelengan kepala dari mereka semuanya. Ayolah, mana bisa begitu?!
"Lu juga, Gin. Lu terima diculik sama mereka?" tanya Rion pada Gin yang dibalas dengan degusan Gin lalu menggelengan kepalanya. Membiarkan orang orang gila dan bodoh itu lepas begitu saja? Oh tentu saja, TIDAK!
"Gila aja gue terima diculik sama mereka. Ya, kagaklah, njir!" pekik Gin tak terima dengan nada sewot dan tatapan sinis yang dilemparkan Gin pada Rion. Rion tersenyum dan menganggukkan kepalanya puas lalu bersedekap dada.
"Begitupun juga gue. Kita tentuin dulu, hadiah apa yang bagus untuk mereka nanti," saran Rion yang dibalas dengan anggukkan kepala oleh semua orang yang ada diruangan itu. Alis Rion mengkerut dan tangannya perlahan menyentuh lukanya.
Sialan! Rion dapat merasakan basah di bekas lukanya. Sepertinya, ini efek dia terlalu banyak gerak. Jahitannya juga masih belum kering sepenuhnya. Ia menekan lukanya dengan tangan kanannya. Dia mendongakkan kepalanya dan menatap seluruh anggota yang tengah tertawa.
Dia tidak ingin menganggu keadaan ini. Kenapa jahitannya bisa lepas dalam kondisi seperti ini? Ia menundukkan kepalanya dan menekan lebih kuat lukanya. Caine tersenyum melihat tingkah aneh bin ajaib dari anggotanya itu.
Hingga matanya menangkap gerakan aneh dari Rion. Disaat semua orang tertawa gembira kenapa ia hanya diam dan menundukkan kepalanya? Menangkap sesuatu, Caine mengangkat tangannya membuat semua anggotanya terdiam dan menatapnya. Caine menunjuk jamnya.
"Sudah pukul 2 pagi. Kalian tidurlah," ucap Caine dengan senyum di wajahnya. Mendengar itu, mereka menganggukkan kepalanya dan mulai meninggalkan ruang tamu satu persatu. Begitupun dengan Rion, melihat itu Caine menaikkan sebelah alisnya dan menghela nafas jengah.
"Dasar terong, apa susahnya sih ngomong kalau dia sakit?" Batin Caine lalu merotasikan matanya jengah dan diam diam mengikuti Rion dari belakang dan tanpa sepengetahuan Rion sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
【NOIR】
Fanfic"𝘙𝘦𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳, 𝙬𝙚 𝙖𝙧𝙚 𝙛𝙖𝙢𝙞𝙡𝙮 𝙖𝙣𝙙 𝙩𝙝𝙞𝙨 𝙗𝙪𝙨𝙞𝙣𝙚𝙨𝙨 𝙞𝙨 𝙛𝙤𝙧 𝙛𝙖𝙢𝙞𝙡𝙮. 𝙒𝙚 𝙖𝙧𝙚 𝙘𝙧𝙞𝙢𝙞𝙣𝙖𝙡𝙨 𝙗𝙪𝙩 𝙬𝙚 𝙝𝙖𝙫𝙚 𝙚𝙩𝙝𝙞𝙘𝙨. 𝘜𝘴𝘦 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝙗𝙧𝙖𝙞𝙣 𝘣𝘦𝘧𝘰𝘳𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘢𝘤𝘵." - 𝐑𝐢𝐨𝐧 𝐊𝐞𝐧𝐳𝐨...