𝐈𝟐. 𝐍𝐎𝐈𝐑 : 𝘋𝘦𝘦𝘱 𝘛𝘢𝘭𝘬

1.9K 269 16
                                    

Harap untuk mencari tempat yang nyaman saat membaca book ini. Jangan lupa bawa makanan dan minuman kalian sebagai teman saat membaca. Terima kasih sudah membaca book ini. Dimohon untuk tidak memasukkan ke dalam hati plot pada book ini.

Semua alur terinspirasi dari GTA Roleplay Tokyo Noir Familia. Berikan Vote dan Comment kalian agar Anna bisa lebih semangat saat menulis dan apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan mohon ditandai. Terima kasih dan selamat membaca >.<

----------0000000000----------

----------0000000000----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------0000000000----------

Mata itu perlahan berkedip beberapa kali menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam indra penglihatannya. Suasana yang sunyi dan cahaya remang remang membuat Caine yakin bahwa kini hari sudah berganti menjadi malam.

Perlahan, Caine mendudukkan dirinya sendiri hingga matanya menangkap sosok Rion yang tertidur dalam posisi duduk diatas sofa. Tapi, bukan itu yang menjadi fokus Caine. Fokus Caine teralihkan pada kondisi Rion yang jauh dari kata baik.

Memar di nyaris seluruh wajahnya bahkan sampai ke rahang dan ditambah dengan tangan kanannya yang dililit dengan perban yang ia yakini akibat pukulan keras yang dilakukannya pada Rion tadi siang. Matanya pun beralih pada keadaan kamarnya.

Berantakan, penuh dengan pecahan kaca, dan bercakan darah yang ia yakini berasal dari Rion. Perlahan, Caine menurunkan kakinya ke lantai dan memakai sendal kamarnya. Dengan hati hati, ia melangkah melewati serpihan kaca itu. 

Caine menghentikan langkahnya tepat di samping sebuah kaca seukuran tubuhnya yang memantulkan dirinya. Keadaannya baik baik saja, tanpa adanya goresan sedikitpun di kulitnya. Ia mengalihkan pandangannya dan menatap kondisi Rion yang berbeda dengannya.

Ia menundukkan kepalanya dan menatap kedua tangannya yang bergetar. Dia menyakiti Rion. Itu adalah fakta yang tak bisa ia tepis. Dengan perlahan, ia mengambil baskom berisi air bersih beserta dengan kainnya dan berjalan pelan ke arah Rion.

Caine berjongkok tepat di hadapan Rion dan menatap kaki Rion penuh dengan luka akibat serpihan kaca yang melukai kakinya bahkan beberapa diantaranya masih tertancap. Dengan tangan yang bergetar, Caine membasahi kain itu dengan air lalu memerasnya.

Dengan helaan nafas pendek, Caine mengelap kaki Rion dengan sangat hati hati dan sesekali mencabut serpihan kecil yang ada menancap di kaki Rion. Merasakan rasa sakit itu, Rion mengerutkan keningnya dan perlahan membuka matanya.

"Caine? Argh!" ucap Rion dan mengakhiri ucapannya dengan ringisan kecil ketika Caine mencabut serpihan kaca itu dari kakinya. Rion berusaha mengatur nafasnya dan menatap Caine yang fokus membersihkan lukanya dengan tangisan yang mengiringinya.

【NOIR】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang