Harap untuk mencari tempat yang nyaman saat membaca book ini. Jangan lupa bawa makanan dan minuman kalian sebagai teman saat membaca. Terima kasih sudah membaca book ini. Dimohon untuk tidak memasukkan ke dalam hati plot pada book ini.
Semua alur terinspirasi dari GTA Roleplay Tokyo Noir Familia. Berikan Vote dan Comment kalian agar Anna bisa lebih semangat saat menulis dan apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan mohon ditandai. Terima kasih dan selamat membaca >.<
----------0000000000----------
----------0000000000----------
Cuaca pagi itu yang lumayan dingin membuat Rion terbangun dari tidurnya tapi ia enggan untuk membuka kedua matanya. Ia berdehem sekali dan merapatkan selimutnya lalu memiringkan tubuhnya agar ia bisa meringkuk dengan posisi yang benar.
Disisi lain, Garin dan Souta yang sudah bangun sejak tadi berjalan mendekati kamar Rion dengan keadaan setengah panik. Alasannya, karena mereka tidak menemukan sosok Caine dikamarnya. Bayang bayang hal buruk mendatangi mereka.
"Rion," ucap Garin mengetuk pintu beberapa kali dan dibalas dengan gelengan kepala Souta. Dengan seenak jidatnya, ia membuka pintu kamar Rion dan menyelonong masuk ke dalam. Melihat itu, Garin menepuk jidatnya namun ia menaikkan sebelah alisnya bingung.
"Kenapa?.." ucap Garin terpotong saat ia masuk ke dalam kamar dan menemukan 2 orang yang tidur dengan damai diatas kasur. Matanya melebar menyadari siapa dua orang itu. Ketika ia hendak berteriak, Souta dengan cepat membekap mulutnya.
"Shsshttt, jangan ganggu Papi sama Mami. Mereka lagi bubu cantik," bisik Souta dan menempelkan jari telunjuknya di bibir lalu menggelengkan kepalanya. Melihat itu, Garin menganggukkan kepalanya untuk tetap menutup mulutnya.
Selang beberapa detik, setelah Souta melepaskan bekapannya dan memberi jarak pada Garin. Salah satu dari 2 orang itu terbangun dari tidurnya, ia dengan perlahan mendudukkan dirinya dan membuka matanya lalu menatap 2 orang yang berdiri mematung di depan pintu.
"Selamat pagi," sapa Caine dengan suara khas baru bangun tidur. Garin dan Souta mengganggukkan kepalanya karena tidak tau apa yang harus mereka katakan pada Caine. Caine kemudian meregangkan tubuhnya lalu berdiri.
Pernahkah dari mereka ada yang menyadari betapa sempurnanya sosok Caine Blaze? Mereka terdiam ketika Caine berjalan ke arah meja sambil mengambil ikat rambut dan bagai film yang berjalan lambat. Semuanya terlihat sangat indah.
Bagaimana tidak, Caine mengikat rambut merahnya dengan ikat rambut yang ia ambil tadi dan berjalan ke arah balkon kamar. Souta mengeluarkan ponselnya lalu memotret dengan cepat Caine dari samping sebelum kembali memasukkan ponsel itu ke sakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
【NOIR】
Fiksi Penggemar"𝘙𝘦𝘮𝘦𝘮𝘣𝘦𝘳, 𝙬𝙚 𝙖𝙧𝙚 𝙛𝙖𝙢𝙞𝙡𝙮 𝙖𝙣𝙙 𝙩𝙝𝙞𝙨 𝙗𝙪𝙨𝙞𝙣𝙚𝙨𝙨 𝙞𝙨 𝙛𝙤𝙧 𝙛𝙖𝙢𝙞𝙡𝙮. 𝙒𝙚 𝙖𝙧𝙚 𝙘𝙧𝙞𝙢𝙞𝙣𝙖𝙡𝙨 𝙗𝙪𝙩 𝙬𝙚 𝙝𝙖𝙫𝙚 𝙚𝙩𝙝𝙞𝙘𝙨. 𝘜𝘴𝘦 𝘺𝘰𝘶𝘳 𝙗𝙧𝙖𝙞𝙣 𝘣𝘦𝘧𝘰𝘳𝘦 𝘺𝘰𝘶 𝘢𝘤𝘵." - 𝐑𝐢𝐨𝐧 𝐊𝐞𝐧𝐳𝐨...