𝐈𝟔. 𝐍𝐎𝐈𝐑 : 𝘋𝘳𝘦𝘢𝘮

1.6K 251 10
                                    

Harap untuk mencari tempat yang nyaman saat membaca book ini. Jangan lupa bawa makanan dan minuman kalian sebagai teman saat membaca. Terima kasih sudah membaca book ini. Dimohon untuk tidak memasukkan ke dalam hati plot pada book ini.

Semua alur terinspirasi dari GTA Roleplay Tokyo Noir Familia. Berikan Vote dan Comment kalian agar Anna bisa lebih semangat saat menulis dan apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan mohon ditandai. Terima kasih dan selamat membaca >.<

----------0000000000----------

----------0000000000----------

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

----------0000000000----------

Rion menatap lurus ke arah layar laptopnya yang menampilkan email anonim yang memberikan bukti untuk mereka agar dapat memasukkan Liliana ke penjara. Tapi, bagaimana orang itu tau apa yang sebenarnya terjadi?

Apakah karena dia ada disana? Atau, ada alasan lain dibalik itu semua?. Rion menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesarannya lalu menutup kedua matanya. Saat ini seluruh anggota TNF berjalan jalan bersaman orang tuan Caine.

Alasan mengapa Rion tidak ikut adalah atas permintaan kedua orang tua Caine karena mereka tau bahwa permintaan senjata meningkat. Orang tua Caine ingin ia fokus pada urusannya. Yang mana itu, disetujui oleh Rion. Apa yang dikatakan oleh Tuan Chana benar. 

Dia harus fokus pada permintaan yang semakin lama semakin membludak. Ia menutup kedua matanya dan membiarkan dirinya untuk rileks beberapa menit menenangkan pikirannya. Ayah. Seperti apa ayahnya sekarang? Tunggu, apakah orang seperti dia pantas dia sebut ayah? 




Haha, cih!




Entahlah, ia tidak tau dan juga tidak peduli dengan keberadaan pria bajingan itu. Meskipun, pamannya sudah menjelaskan  tentang apa yang terjadi sebenarnya. Itu masih belum cukup. Pria itu harus menemuinya.

"Rion," panggil seseorang membuat Rion seketika membuka matanya dan menegakkan tubuhnya lalu menyadari bahwa ini bukan kantornya melainkan sebuah ladang bungan Dandelions. Bunga kesukaan sang ibu.

"Jangan tunjukkan wajah bajingan itu padaku, pria sialan! Aku tak sudi menatap wajah sialanmu itu," tolak Rion saat ia menyadari suara yang tak asing itu. Pria yang berdiri tepat dibelakangnya tersenyum kecil.

"Anakku sudah dewasa rupanya. Berapa usiamu, Ken?" Tanya pria itu sekali lagi dan membuat Rion menjadi marah. Dengan wajah yang memerah dan tangan yang mengepal ia membalikkan badannya.

【NOIR】Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang