12

8 1 0
                                    

Tiba tiba Mingyu terbangun dan meraih tangan Jeon. Jeon terkejut, dan menampar tangan Mingyu hingga terjatuh. Mingyu menatapnya dengan tatapan tajam. "Kau kan pembunuh itu?" Tanya Mingyu dengan suaranya yang teredam masker oksigen. "Kau mengagetkan ku, ku tunjukkan siapa aku." Kekeh Jeon dengan santai membuka masker dan penutup kepalanya.

"Benar, kau yang ada di foto itu. Aku menangkapmu." Ucap Mingyu dengan nada lemah dan terbata. Lalu tangannya meraba raba samping tubuhnya, rupanya ia mencari ponselnya dan menemukannya. Dengan sigap Jeon merebutnya, "Aishhh jinja, jika kau siuman seharusnya istirahat." Gerutu Jeon. Brakkk!!!! Tiba tiba Jeon membanting HP itu ke lantai hingga hancur berantakan. "Ya, kenapa kau ikut campur denganku ha?" Kekeh Jeon.

Mingyu sangat ketakutan. Jeon pun berjalan mondar-mandir di depan ranjang Mingyu. Seketika ia menghampiri alat bantu Mingyu dan mencabutnya satu persatu satu secara brutal begitu pula alat pernapasannya. "Bagaimana, sesak? Tidak bisa bernafas. Itu yang aku alami dulu, aku terus berlari dan mereka terus mengejarku dan menangkapku. Mereka pembunuh. Tapi lihatlah sekarang, aku kembali dan masih hidup. Sementara mereka mati satu persatu di tanganku. Hebat bukan?" Kata Jeon panjang lebar.

"Menjauhlah!" Suruh Mingyu dengan nafasnya yang tersenggal senggal.

Jeon tertawa kecil, "Sepertinya aku tidak punya banyak waktu. Enyahlah." Kekeh Jeon. Seketika ia menusukkan pisau ke perut dan dada Mingyu berulang kali, hingga darah itu muncrat ke wajahnya yang tampan itu."Annyeong.." kata Jeon. Lalu ia meninggalkan Mingyu pergi begitu saja. Sementara Mingyu berlumuran darah dengan tubuhnya yang sudah dingin dan mati rasa.

***

"Seonsaengnim, kenapa anda dari kamar ICU?" Ujar seorang suster memergokinya. Seketika Jeon memasang raut wajah panik, "ahh aku bersyukur bertemu denganmu, pasien..." Rintih Jeon. Suster itu membungkam mulutnya dan langsung membuka pintu, "aaaa!!' Teriakan histeris melihat darah sudah melebar ke teras. Jeon pun pergi meninggalkannya.

Sementara itu Sunghoon mulai bosan menunggu Jeon tak kunjung kembali. Hingga akhirnya melihat Jeon yang datang menghampirinya. Sunghoon terus memperhatikan Jeon dari ujung kepala sampai ujung kaki. " Aku tidak mencium apapun, tapi percikan darah di tanganmu. Apa yang kau lakukan lagi?" Gerutu Sunghoon. Jeon menunduk sembari melihat tangannya yang berlumuran darah dengan tertawa kecil. "Aku bersenang-senang." Kekeh Jeon.

Tiba tiba ia melemparkan beberapa kantung obat ke Sunghoon. "Apa ini?" Kekeh Sunghoon.

"Hanya obat. Obat untuk memperpanjang usiaku sejenak. Dokter memvonis ku." Jawab Jeon dengan raut wajah ceria seolah ia tak peduli. Sunghoon mengedipkan matanya berulang kali mencoba untuk memahami, "Kalau begitu, kenapa kau tidak menjalani perawatan saja? Bagaimana dengan Na Yuna." Ujar Sunghoon.

"Gwenchana, ini rahasia kita. Tak perlu khawatir. Aku sudah bertahan hidup saat aku hampir mati, ini bukan masalah." Ucap Jeon dengan senyum. Lalu ia masuk kedalam mobilnya.

***

Tibalah pada malam hari, Sunghoon mengantar Jeon dan Na Yuna ke tempat pesta di sebuah restoran. Setelah tiba Jeon langsung menggandeng tangan Na Yuna. " Kau tidak mau ikut?" Sahut Jeon kepada Sunghoon. "Ani, aku lebih nyaman merokok diluar… aku akan menyusul." Kekeh Sunghoon. Jeon mengangguk, lalu masuk kedalam.

Saat itu pula Jeon dan Na Yuna menjadi pusat perhatian banyak orang, Jeon yang mengenakan kemeja hitam dengan menghisap vape nya dan Na Yuna menggunakan dress pendek terbuka. "Lihatlah mereka, sangat cocok sesekali." Lontar para peserta pesta dengan saling berbisik. Tiba tiba lagu dansa berputar, seolah memberi kesempatan bagi Jeon dan Na Yuna untuk menari.

Mereka pun langsung menempatkan posisi di tengah tengah bersama sorot lampu yang menyinari nya. Keduanya saling bertatapan mata dengan sangat dalam, dimulai dengan Jeon yang memegang pinggang dan tangan Na Yuna kemudian Na Yuna yang memegang pundak Jeon. Kakinya berayun kesana kemari mengikuti irama dan mereka tersenyum.

"Jeon ah, aku benar benar telah jatuh cinta kepadamu. Aku tidak peduli siapa dirimu sebenarnya. Dan dirimu membuatku merasa nyaman. Gomawo Jeon." Ucap Na Yuna dalam hatinya.

Jeon terus menatap Na Yuna dengan tatapan dalam, dan semua ikut menari.

Sementara itu, Sunghoon sedang duduk di luar bersama banyak pria. Kemudian seorang pria tampan berkemeja putih berjalan di hadapannya tapi Sunghoon tak memperdulikan nya. Pria itu masuk ke dalam pesta, semua orang langsung menjadikannya pusat perhatian. Mereka terkesima karena paras tampan yang dimilikinya. Pria itu tersenyum.

Angel is Back || JeonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang