Denne dengan gerakan sekuat yang dia bisa mendorong Allen..
Tangan dan tubuh nya bergetar hebat akibat hal yang barusan hampir terjadi.
Setelah nya Denne mundur selangkah menjauhi Allen yang kembali ingin mendekat.
Allendra menyadari sesuatu, meski tidak mau mengakui.. Allen yakin Denne nampak trauma.
Denne menghindari tatapan terkejut yang Allen lontarkan padanya.
"G-gua.. gak b-bermaksud buat lo takut" ntah sadar tidak sadar, Allen berbicara dengan terbata.
Ada perasaan tidak terima mendapat penolakan kembali persis sebelum Allen mulai bisa menjamah Denne.
Bahkan Allen merasa ini lebih dari sebelumnya.
Sebenarnya sesaat sampai didepan rumah Denne, Allen yang merasakan perasaan rindu yang tidak di sadari nya, membuat keinginan menyentuh Denne sangat kuat.
Namun yang dia dapatkan adalah penolakan keras ketika tangannya berusaha menggapai Denne dalam dekapan nya.
Denne menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan nya..
Wajahnya memerah dan terasa panas, air matanya tertahan..Berusaha menutupi ketakutan nya.
Denne benci ketika dia harus terus terlihat lemah dihadapan orang seperti Allen.
Sedangkan Allen sendiri hanya dapat terdiam, suasana di antara mereka cukup tegang.
Allen ingin sekali menggapai Denne, tapi ada perasaan nyeri yang dia rasakan di dalam dadanya saat ditolak dengan begitu nya.
"O-ok.. gua pergi.." hanya itu yang bisa Allen katakan.
Meski sedikit tidak rela, tapi setelah nya dia melangkah menjauh meninggalkan Denne yang berdiri dengan ke dua telapak tangan masih menutupi wajahnya.
Denne segera membuka pintu rumah lalu mengunci nya, tubuhnya merosot terduduk bersandar tepat dibalik pintu.
"Huhuu.." dasar cengeng, batinnya.
Padahal dia dulu bercita-cita menjadi seorang pria yang kuat, dan bisa membahagiakan ibunya.
Memiliki tubuh atletis dan tidak mudah di jatuhkan.Tapi apa..
Dia lemah..
Ditambah perundungan yang kian dia dapat kan dari sejak kecil.
Denne lelah, menjadi penakut dan cengeng membuatnya terus di remehkan.
Dan mengapa juga dia harus bertemu seseorang seperti Allen.
Yang bahkan telah melecehkan dan merusak dirinya..
Dia kan bukan seorang gadis, kenapa Allen meniduri nya.. kenapa Allen mencium nya, kenapa pemuda itu suka menyentuhnya.. dan kenapa harus Denne...
.Disisi lain..
"Allen..!! Lo apa-apaan sih!!" Alim berteriak, berusaha menghentikan dan menyadarkan Allen yang terus memukuli salah seorang preman yang sengaja menyinggung nya..
Biasanya sekalipun Allen marah, dia masih bertindak sewajarnya..
Tapi ini..
"Fakk!!.. dia sekarat Allen!!" Joy menimpali, melihat preman itu sudah tidak bergerak sama sekali.
Allen terdiam.. kepalanya sedikit berdenyut.. menyadari apa yang telah dia perbuat.
Dia mengejar preman itu sampai dapat, kemudian menariknya ke salah satu gang sempit lalu tanpa basa basi memberi pukulan dan berlanjut menghajar tanpa ampun, tanpa perlawanan yang berarti.
Sebenarnya itu hanya preman jalanan yang suka mencari gara-gara tanpa maksud serius.
Namun tindakan nya yang sengaja sedikit menyenggol motor Allen dari belakang.. membuat si pemuda geram, ditambah suasana hati Allendra yang sedang buruk parah.Kedua temannya yang mengikuti dari belakang segera mencoba menghentikan Allen.
Jangan bertanya dimana Rein.. saya juga gatau kemana dia wkk.
.
.
.
.Alim terus mengamati Allen yang saat ini mulai memantik koreknya dan membakar ujung dari nikotin yang terapit di kedua belah bibirnya.
"Kenapa..? Lo suka sama gua?" Ini Allen, merasa risih oleh pandangan mata Alim yang terus menerus mengarah padanya.
Alim yang sadar segera mendecih..
"Gua bukan homo kayak lu" sahutnya sedikit dengan nada datar.Allen menghembuskan asap rokok dari mulut nya.. kembali menyesapnya.
Kini hanya ada mereka berdua, mereka berada di tempat yang sering mereka sebut sebagai Markas.
Sedangkan Joy sendiri di tumbal kan Alim sebagai orang yang membawa dan mengantar preman yang hampir mati ditangan Allen sebelumnya.
"Gua juga bukan homo" kata Allen, tubuhnya bersandar di kursi kayu yang berada disana, kepala nya terdongak dengan mata yang ditutup.
Seolah sedang memikirkan banyak hal."Ck.. lo kira gua tolol Len. Adek kelas yang hampir setiap hari lu cariin itu bukti kuat" Alim yang sedari tadi masih berdiri sambil berlipat tangan di depan dada, mengucapkan hal yang membuat Allen menegakkan tubuhnya.
Teringat akan kejadian kemarin sore dan Denne.Dia membuang rokok yang sudah dia hisap setengahnya, mengacak rambutnya kasar..
Alim tersenyum miring melihat ke frustrasian Allendra.
"Apa yang pernah gua bilang itu dulu benar kan?" Tanyanya.
Allendra mendengus "Lim bantu gua"
Alim langsung menggeleng "gak.. itu urusan lu.. lu sendiri yang bilang itu bukan urusan gua.. dan gua juga udah pernah ngingetin lu buat lebih berlaku baik sama Denne"
"Sialan lo.." Allen.
Suana hati nya semakin buruk.. aura dingin dapat Alim rasakan dari Allendra.
Seperti nya Joy punya keberuntungan tersendiri, karena anak itu tidak akan berada di situasi dimana Allendra dalam suasana hati yang buruk.
Biasanya Joy dan Rein terkadang akan menjadi tempat Allen menguap kan kekesalannya, dengan memarahi dan mengumpati kedua bocah berisik itu.
Berbeda dengan Alim yang hampir memiliki dominasi yang sama dengan Allen. Jadi hal ini tidak akan terlalu membuat Alim terganggu.
.
.
.
.
Hellooww~
Rekor terlama saya menghilang di cerita saya yg ini sejauh ini wkk.
Smpet mau ksih notice buat hiatus tiga atau 4 bulanan.. karena setres pekerjaan, dan wktu istirahat yg kdg kurang. Mood nulis gdak, tkut alurnya g nymbung wkk. Tp g jdi hiatus wkk.Jan lupa tinggalin jejak nyaa..^^
Pendek ya? Makin gaje yak perasaan:)
Chptr selanjutnya saya mau buat side story wkk.. kalo jadi tp ya.
Terimakasih sdh rela mnjdi slh satu readers saya all:'D eheeekkk.
